Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KHODAM KERIS MACAN PUTIH GUNUNG LAWU


Kali ini saya akan menceritakan Gunung yang paling angker di pulau jawa yaitu Gunung Lawu, gunung lawu dianggap paling keramat di jawa konon banyak penampakan yang sering muncul dan salah satunya adalah macan (Harimau) kehadiran macan di lawu dianggap sebuah pertanda buruk tapi terkadang dianggap juga sebagai pertanda baik bagi orang orang yang mencari ilmu di gunung ini. 

Dan cerita kali ini mengisahkan Pendaki yang menerima sebuah Pusaka yang berisi 4 Macan Putih yang mendiaminya, yang diberikan oleh salah satu makhluk disana, dan ternyata ada rahasia besar dibalik pusaka tersebut. 

Jadi seperti apa kisah selengkapnya; langsung saja kita ke cerita. Sebelumnya perkenalkan namaku Mahmed awalnya aku tidak mengira kalau aku harus mendaki Gunung Lawu, sudah beberapa bulan ini aku dibayang bayangi Gunung Lawu terus menerus melalui mimpi Gunung yang selama ini ku indam idamkan untuk di daki aku adalah seorang pekerja wiraswasta di Bogor dan aku sangat menyukai kegiatan pendakian, kalau ada waktu senggang aku pasti menyempatkan diri untuk mendaki ke beberapa gunung di Jawa barat seperti gunung gede parango, Gunung Cikurai, Gunung Ciremai, dan lain-lain.

Selain menyukai kegiatan pendakian aku juga hobi mengoleksi benda mistik seperti Batu Akik, Keris, Kujang, Semar Mesem, dll. Suatu hari ada komunitas pecinta alam di kotaku sedang mengadakan OpenTrip ke Gunung Lawu, melihat berita itu aku tertarik untuk ikut lalu aku mengajak temanku, tapi tidak bisa karena temanku waktu itu sedang ada pekerjaan akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar dan ikut sendiri.

Setelah mendaftar dan di setujui oleh admin aku mencari cari info tentang Gunung Lawu di internet, singkat cerita tibalah waktunya OpenTrip berangkat pada Kamis sore semua peserta berangkat dengan menggunakan kendaraan umum dan jalur yang akan dilalui kali ini adalah BaseCamp Ceto aku tidak begitu banyak membawa perbekalan karena menurut artikel yang ku baca di Gunung Lawu banyak penjual makanan dan minuman, kami sampai di basecamp ceto hari jumat pagi lalu admin mengurus pendaftaran waktu itu kurang lebih ada 30 peserta yang ikut setelah sampai di basecamp aku merasakan ada yang berbeda di Gunung Lawu tidak seperti gunung yang sudah aku daki sebelumnya. 

Aku merasakan ada aura positif di Gunung Lawu karena aku merasakan sejuk di sekujur tubuhku, singkat cerita jam 09:00 Pagi rombongan mulai berangkat, sebelum berangkat admin mengajak semuanya untuk Berdoa dan Berpesan agar tidak jauh jauh dengan rombongan.

Mulai berjalan, kami melewati Candi-candi peningalan Kerajaan Majapahit waktu itu aku berjalan di barisan paling belakang, aku berjalan sambil melihat lihat keadaan sekitar, disitu aku merasa seperti kembali ke masa lampau seakan akan disitu aku merasa seperti tidak berjalan di pegunungan tapi dilingkungan sebuah Kerajaan dalam hati aku berucap mungkin saja ini efek karena aku sangat mengagumi Gunung Lawu.

Di sepanjang perjalanan kami mengobrol santai dengan rekan pendaki lainnya dan tidak terasa kami sampai di Pos satu sebelum waktu duhur, disana kami Break lumayan lama karena admin ingin mengecek jumlah anggotanya, takutnya ada yang tertinggal setelah di hitung alhamdulillah tidak berkurang dan masih sama seperti di awal, 30 menit kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan santai, singkat cerita sampailah kami di area Bulak Peperangan ketika hari sudah mulai sore aku masih berjalan dibarisan belakang tiba-tiba aku melihat ada burung merpati mengikutiku sepanjang jalan dan seakan mengucapkan selamat datang kepadaku, burung itu selalu terlihat sepanjang jalan Bulak Peperangan dan sudah tidak terlihat ketika kami hampir sampai di pos 5. 

Di Pos 5 tidak beristirahat lama karena tujuan Camp adalah di Gupakan Menjangan kami hanya beristirahat kurang lebih 5 menitan kemudian lanjut berjalan lagi, ketika akan melanjutkan perjalanan tiba-tiba aku melihat ada orang tua yang sedang duduk bersandar di pohon dari kejahuan tapi orang tua itu terlihat samar, karena efek hari yang mulai petang kali ya,, 

Singkat cerita sampailah kami di gupak menjangan ketika hari sudah mulai gelap, kami serombongan mendirikan tenda masing masing setelah tenda sudah berdiri kami semua masak dan kemudian makan setelah selesai makan kami semua berkumpul di depan tenda dan jumlah anggota masih tetap sama tidak berkurang, waktu itu aku membawa tenda sendiri dan menepati tendaku sendirian di dalam tenda aku merasa sangat senang karena bisa menginjakan kaki di Gunung Lawu, gunung yang selama ini ku kagumi, tapi waktu itu sudah larut malam aku tidak bisa tidur lalu aku merasa ingin keluar tenda, 

Akupun keluar tenda dan setelah keluar aku membuat segelas kopi ketika aku sedang membuat kopi tiba-tiba aku melihat ada bayangan putih yang melintas di depanku dengan cepat, melihat itu aku berfikir mungkin itu adalah makhluk halus penunggu disini aku mengabaikan itu dan lanjut membuat kopi, setelah membuat kopi selesai aku duduk santai di teras tenda sambil meminum kopi, nah,, ketika aku sedang menikmati kopi tiba-tiba bayangan putih itu melintas lagi di depanku, melihat itu aku penasaran dan aku mencoba menunggu bayangan itu lagi, ya,, siapa tau muncul lagi kan?? 

Aku menyalakan sebatang rokok sambil melihat keadaan sekitar sambil menunggu bayangan putih itu melintas, ketika rokok yang ku hisap akan habis ternyata benar bayangan putih itu melintas lagi dan berhenti tepat di belakang pohon pinus yang jaraknya tidak jauh dari tempatku bersantai, aku bukannya takut tapi malah penasaran kemudian aku mendekat ke arah pohon itu untuk mencari tau bayangan putih dari yang berhenti di pohon itu,

Aku berjalan mendekati pohon itu belum sampai aku tiba di pohon yang aku tuju bayangan putih itu berpindah ke pohon lainnya, karena aku semakin penasaran aku terus mengikutinya dan bayangan putih itu terus berpindah pindah dari pohon ke pohon akupun tidak sadar kalau waktu itu aku sudah berjalan jauh meninggalkan tenda, 

Setelah aku jauh berjalan meninggalkan tenda untuk mengejar bayangan putih itu tiba-tiba aku mendengar ada suara keramaian tapi aku tidak menghiraukan suara ramai itu dan terus mengejar bayangan putih tadi, tapi bayangan putih itu malah menuntunku ke arah suara keramaian itu, setelah sampai di tempat keramaian itu aku benar-benar terkejut karena melihat banyak orang yang sedang melakukan transaksi jual beli layaknya di sebuah pasar melihat itu aku semakin penasaran dalam hati aku berkata (Suara dalam hati) "kok ada pasar di gunung" kemudian aku berjalan mengelilingi orang yang sedang berjualan disitu, aku juga mencoba berinteraksi dengan salah satu orang yang ada disitu, aku sempat bertanya sama satu orang pembeli, "pak ini pasar ya pak" ? Iya ini pasar,, "kamu orang baru ya disini jawab bapak itu", iya saya baru datang tadi sore, tapi kok bisa ya ada pasar di gunung pak,, "tanyaku lagi kepada bapak itu" tapi bapak itu malah pergi dan tidak menjawab pertanyaanku, karena tidak ada jawaban dari bapak itu aku mencoba bertanya kepada pembeli lain anehnya semua orang yang ku tanya tidak ada yang menjawab dan pergi meninggalkanku, 

Karena tidak menemukan jawaban aku menganggap ini memang benar-benar pasar aku lanjut berjalan sambil melihat lihat di tenggah perjalanan aku melihat ada seorang kakek-kakek dan kakek itu mirip dengan kakek-kakek yang kulihat di Bulak Peperangan waktu sore tadi, aku mencoba mendekatinya ternyata kakek itu juga sedang berjualan, tapi yang dijual kakek itu beda dengan yang lainnya, kakek itu sedang jualan berbagai macam benda pusaka disitu ada berbagai jenis benda pusaka salah satunya adalah Keris dan diantara Keris-keris itu ada salah satu jenis Keris yang telah lama aku cari sepontan aku langsung bertanya sama penjualnya,, Kek keris-keris ini dijual ngak,,? Iya dijual mau beli yang mana dek,, ucap kakek penjual keris itu, lalu aku memegang keris yang ku inginkan itu sambil bertanya ini dimahar berapa kek ? Ini sebenarnya tidak kakek jual tapi kalau kamu menginginkannya kamu bisa membawanya dek,, jawab penjual keris itu, dengan muka tertunduk, ya kek saya mau,, maharnya berapa,,? "Tanyaku lagi pada kakek penjual keris", cukup dengan satu uang logam saja dek,, jawab kakek itu dengan singkat aku tidak begitu mengerti lalu aku bertanya lagi "maksutnya uang logam kek,?" uang logam yang kamu punya itu sebagai maharnya, jawab kakek penjual keris itu, lalu aku mengeluarkan dompet dan ada satu uang logam 500 rupiah dan aku bilang sama kakek itu, uang logam begini kek,, kakek itu hanya mengagukan kepalanya sambil menadahkan tanganya, aku memberikan uang 500 rupiah pada kakek itu, dan pamit sambil membawa kerisnya, baru beberapa langkah aku berjalan meninggalkan kakek itu, tiba-tiba aku di panggil oleh kakek penjual keris itu, dek,, tunggu dulu,, 

Mendengar itu aku berjalan kembali ke arah kakek itu dan menjawab ada apa kek,, kakek pesan sesuatu, tolong jaga benda ini baik-baik dan jika tiba waktu saat bulan suro nanti datanglah kemari dan bawa keris ini, aku hanya bisa mengiyakan kata-kata kakek itu, lalu aku berjalan meningalkan nya, belum jauh aku berjalan ternyata aku lupa arah dan tidak tau kemana, aku tidak tau jalan keluar diri pasar ini, kemudian aku kembali lagi pada kakek penjual keris itu, untuk bertanya, belum sampai aku bertanya tiba tiba kakek itu memberi petunjuk arah kepadaku seakan dia tau kalau aku akan bertanya, "ikuti saja jalan ini,, ucap kakek penjual keris itu", lalu aku mengikuti jalan yang di tunjukan kakek itu, hingga tiba kembali di tempatku ngecamp sesampai di tempat Camp aku duduk di depan tenda sambil melihat lihat keris yang tadi aku beli, 

Aku benar-benar merasa sangat senang karena selain aku bisa menginjakan kaki di Gunung Lawu aku juga bisa mendapatkan benda pusaka yang selama ini aku cari, kemudian aku bergegas masuk tenda untuk tidur, dan tidak lupa menghabiskan kopi yang tadi belum habis, pagi pun tiba kurang lebih jam 05:30. Admin membangunkan semua peserta dan aku pun terbangun, setelah terbangun aku mencoba melihat keris yang ku beli semalam karena aku tidak yakin takutnya itu cuma mimpi, setelah ku lihat ternyata benda itu masih ada, itu berarti apa yang ku lihat semalam itu beneran nyata, 

Kemudian aku memasukan benda itu kedalam tas, dan aku keluar untuk makan karena sebentar lagi kami akan Samid, setelah selesai makan kami semua Samid, sepanjang perjalanan naik aku coba ingat-ingat jalan semalam yang aku lewati tapi jalan itu tidak ada, aku berfikir mungkin saja aku lupa karena waktu itu malam dan gelap, 

Singkat cerita sampailah kami semua dipuncak Hargo Dumilah, sampai di puncak aku menceritakan kepada teman-temanku tentang apa yang kulihat semalam,

Tapi aku tidak bercerita kalau aku membeli sebuah pusaka, mendengar ceritaku teman-temanku malah menertawakanku mereka mengira aku sedang bercanda, kemudian aku tidak melanjutkan cerita karena teman-temanku pada menertawakanku, lalu setelah puas di puncak kami semua kembali turun dan kembali ke tempat Camp, setelah sampai di tempat Camp kami semua berkemas kemudian turun, 

Saat perjalanan turun tepatnya di area Bulak Peperangan aku melihat sosok Kakek tua yang aku lihat kemarin lagi, dia sedang duduk di bawah sebuah pohon di tempat yang sama namun kali ini berbeda, kakek itu tidak sendirian dia di temani oleh 4 ekor macan putih, tapi itu hanya sekilas dan aku mengabaikannya belum lama setelah aku melihat kakek tadi tiba-tiba aku mendengar ada suara orang yang sedang berbicara kepadaku, "nak jangan takut,, ini kakek sedang mengantarmu",, 

Suara itu terdengar tepat di belakangku padahal waktu itu aku berjalan sudah paling belakang, mendengar itu sepontan aku kaget dan menoleh ke belakang ternyata tidak ada siapapun di belakangku, sambil berjalan aku memikirkan suara itu, tapi aku tidak bilang rekan-rekan lainnya, tidak lama kemudian aku di kejutkan oleh dua ekor macan putih yang sedang berjalan di sebelah kanan kiriku, mengingat suara tadi yang ku dengar aku mencoba untuk tidak takut dan terus berjalan lalu tiba-tiba aku mendengar ada suara jejak kaki yang sedang berjalan di belakangku akupun menoleh ke belakang ternyata di belakangku terdapat dua ekor macan putih yang sedang berjalan mengikutiku, 

Jadi totalnya ada empat macan putih waktu itu, dua berjalan di sampingku dan dua lagi ada di belakangku seketika itu aku ingat dengan apa yang kulihat di Bulak Peperangan tadi, aku melihat sosok kakek tua yang di temani empat ekor macan putih, akupun berfikir dan menyimpulkan berarti suara tadi yang ku dengar adalah suara kakek itu, dan empat macan yang sedang mengikutiku ini adalah macan yang bersama kakek itu, empat macan ini terus berjalan mengikutiku ketika aku berhenti macan itu ikut berhenti, ketika aku berjalan lagi dan macan itu pun ikut berjalan, teman temanku mungkin tidak melihat keberadaan macan ini karena mereka terlihat biasa-biasa saja seperti tidak melihat apa-apa, 

Singkat cerita sampailah kami kembali di BaseCamp dan empat macan putih itu masih mengikutiku hingga sampai si BaseCamp, sampai di BaseCamp tiba-tiba dua ekor macan putih itu berjalan pergi meninggalkanku tapi dua ekor lagi masih duduk tenang di sebelahku, ketika aku sedang duduk melepas lelah, aku mendengar ada suara yang berbisik di telingaku, "Nak,, dua macan ini adalah penghuni dari pusaka yang kamu bawa",, mendengar suara bisikan itu sepontan aku menoleh ke arah dua macan yang sedang duduk tadi, tapi tiba-tiba dua macan putih tadi tidak ada alias menghilang kalau istilah dalam bahasa jawa penghuni pusaka itu dinamakan khodam jadi itu adalah khodamnya keris yang aku bawa, 

Di dalam perjalanan pulang aku yakin kalau keris yang aku bawa ini bukan keris sembarangan aku mempunyai tugas untuk menjaga keris ini sampai datangnya bulan suro nanti dan membawanya kembali ke Gunung Lawu, yang jadi pertanyaanku kenapa keris itu di titipkan kepadaku, singkat cerita sampailah rombongan kami di Bogor kurang lebih jam 02:00 malam, 

Setelah sampai di bogor aku pun pulang sampai di rumah aku menaruh keris yang ku dapatkan di Gunung Lawu itu di dalam lemari kemudian aku mandi lalu tidur, keesokan harinya aku di datangi temanku yang kemarin tidak bisa ikut ke Gunung Lawu, disitu temanku yang bernama Aang bertanya banyak tentang Gunung Lawu padaku, aku pun menceritakan semuanya tentang perjalananku di Gunung Lawu kemarin, termasuk keris yang ku dapatkan itu, awalnya Aang tidak percaya dengan perkataanku tapi aku memperlihatkan keris yang ku dapatkan itu kepada aang. 

Aang adalah teman sepiritualku, dia heran melihat keris itu dan bertanya, ini beneran kamu dapat di Gunung Lawu, iya beneran Ang,, jawabku meyakinkan Aang, kok bisa kamu dapat keris ini,, disana? Tanya Aang, aku juga tidak tau tapi sebelum naik ke Gunung Lawu aku memang sering banget mimpi di bayang-bayangi Gunung Lawu, jawabku kepada Aang. 

Aang memintaku menjaga keris itu baik-baik, karena menurut Aang keris itu sangat istimewa dan tidak semua orang yang bisa mendapatkannya, singkat cerita sudah satu bulan aku menjaga keris itu, dan semuanya baik-baik saja, tapi setelah satu bulan kemudian banyak sekali teror yang ku alami karena keris yang ku simpan banyak sekali yang ingin memilikinya, di rumah aku hanya tinggal bersama ibu, ayahku sudah meninggal ketika aku masih kecil, pada suatu hari aku sedang duduk santai di teras rumah sambil melepas penat karena seharian aku bekerja di sawah, 

Ketika sedang duduk santai, tiba-tiba aku melihat ada gumpalan api yang melintas di sebelah rumahku sepontan aku kaget dan aku penasaran lalu aku berlari ke sebelah rumah untu mencari tau gumpalan api yang tadi melintas, tapi setelah ku cari ternyata tidak ada alias menghilang lalu aku berfikir kalau gumpalan api yang ku lihat tadi adalah kiriman dari seseorang istilahnya adalah santet, tapi aku tidak tau kemana arah santet itu karena hari sudah mulai magrib aku masuk rumah untuk mandi dan sholat dan sesekali melihat kerisku malam itu kurang lebih 01:30 ketika aku sedang tertidur nyenyak aku terbangun kerena mendengar suara seperti ada yang melempar batu di atap rumahku, mendengar itu aku bangun dan keluar rumah untuk melihat siapa yang melempar batu ke atap rumahku, sampai di luar ternyata tidak ada siapa-siapa dan aku merasa ada sesuatu yang ganjil tapi aku mengabaikannya dan kembali masuk ke rumah untuk tidur,

Keesokan harinya aku bangun dan melakukan aktifitas ke ladang saat berada di ladang aku bertemu dengan Aang yang kebetulan juga sedang di ladang, kami berdua nongkrong sambil bersantai di gubuk ketika sedang bersantai Aang bertanya banyak kepadaku, Med,, semalem kayaknya ada benturan energi di rumahmu, iya aku juga merasa gitu, semalem kaya ada yang melempar batu di atap rumahku tapi aku melihat keluar tidak ada siapa-siapa, jawabku sambil meberi tau Aang, 

Nah,, semalam itu ada yang mau merebut kerismu tetapi bentrok sama penghuni kerisnya, jawab Aang, terus menurutmu aku harus gimana Ang, tanyaku pada Aang, kamu harus lebih berhati-hati dan perbanyak membaca Alqur'an, jawab Aang menasihatiku, karena hari sudah mulai sore kami berdua pulang dari ladang lalu datanglah bulan Suro dimana aku harus membawa keris itu kembali ke Gunung Lawu, 

Kali ini aku di temani Aang, teman sepiritualku, kami berangkat dari bogor kurang lebih jam 21:00 malam dengan manaiki bus, di sepanjang perjalanan kami kembali ke Gunung Lawu, banyak sekali halangan dan godaan yang kami hadapi, di tenggah perjalanan tiba-tiba kendaraan yang kami tumpangi bannya bocor, kami tidak tau sedang berada di daerah mana, soalnya waktu itu tenggah hutan, sambil menunggu bannya di ganti kami berdua turun dari bus sambil menghisap sebatang rokok, kami berdua duduk di pinggir jalan lalu tiba-tiba Aang melihat ada seorang kakek tua yang sedang berjalan menggunakan tongkat di seberang jalan, melihat itu Aang bilang kepadaku, Med lihat ngak,, kaya ada orang tua berjalan disana,, 

Mendengar itu sepontan aku melihat ke arah orang tua yang di tunjuk Aang tapi aku tidak melihatnya, aku bertanya balik kepada Aang,, dimana Ang! Tadi disana Med,, jawab Aang, seketika aku ingat sesuatu tentang kakek di Gunung Lawu waktu itu, 

Kemudian aku menyuruh Aang untuk mengabaikannya dan bilang udah Ang,, biarin, aku mengerti apa yang kamu lihat, tidak lama kemudian ban bus sudah selesai di ganti, kami berdua masuk ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan, kami berdua sempat tertidur, ketika kami sedang tertidur tiba-tiba kami terbangun karena bus yang kami tumpangi itu mogok, waktu itu Aang merasakan ada benturan energi sangat kuat ketika ia sedang tertidur, kemudia sumpir bus memintak penumpangnya untuk turun dan di oper karena waktu itu busnya sudah tidak mungkin untuk melanjutkan perjalanan lagi, 

Ketika semua penumpang sedang menunggu bus lainnya, tiba-tiba Aang dikejutkan oleh sesosok dua ekor macan putih yang berjalan tepat diseberang jalan melihat itu sepontan Aang kaget dan membisiku, Med kamu melihat sesuatu ngak,, di seberang jalan, iya Ang, tapi kamu jangan takut dua macan itu adalah penghuni dari keris yang aku bawa sekarang, jawabku agar Aang tidak takut, tidak lama kemudian bus yang satunya datang dan semua penumpang masuk ke bus untuk melanjutkan perjalanan Nya, 

Singkat cerita sampailah kami berdua di pos pendaftaran Gunung Lawu via Ceto, kurang lebih jam 10:00 pagi, sampai di situ aku dihampiri oleh dua ekor macan putih yang seakan menjemputku dan mengucapkan selamat datang, tapi macan itu yang bisa melihat hanya aku, dan Aang hanya bisa merasakannya saja, 

"Mulai berjalan"

Sepanjang perjalanan kami mengobrol dan dua macan putih itu ikut berjalan di belakangku pos demi pos pun kami lalui sampai di pos 3 macan yang tadi mengikutiku sudah tidak terlihat, kami istirahat lumayan lama sekitar 30 menit, kemudian aku mengajak Aang untuk lanjut jalan, ketika Aang berdiri dari duduknya tiba-tiba kakinya Aang kaku seperti ada yang memeganggi hingga tidak bisa di gerakan,

Sepontan Aang bilang kepadaku Med,, kakiku kaku ngak bisa bergerak, mendengar itu aku langsung menoleh melihat kakinya Aang, sekilas aku melihat ada sebuah tangan yang menempel di kakinya Aang, lalu aku mengambil tindakan sambil berbicara kepada Aang, diem Ang,, 

Ada tangan di kakimu, aku membaca doa dan setelah membaca doa aku mengusapkan tanganku ke kakinya Aang yang tidak bisa bergerak tidak lama kemudian perlahan kakinya Aang sudah bisa bergerak dan lanjut berjalan hingga sampai di pos 4, 

Di pos 4 kami berhenti untuk minum lalu tiba-tiba Aang merasa kedinginan hebat, melihat itu aku pun panik ku pegang keningnya, ternyata suhu tubunya panas banget, lalu aku merasakan ada yang tidak beres, aku mengambil air yang tadi aku minum dan aku baca-bacakan doa setelah selesai aku menyuruh Aang untuk menum air itu, melihat keadaan Aang yang tidak fit aku memutuskan untuk istirahat dulu, dan menyuruh Aang untuk tidur, ketika kita sedang istirahat kami sempat bertemu rombongan lain yang sedang naik, dan rombongan itu bertanya, temanya kenapa mas,,?, gakpapa bang cuma kecapekan aja, jawabku ke pendaki itu, lalu rombongan itu berjalan duluan meninggalkan kami, 

Sudah kurang lebih 30 menit suhu tubuh Aang tidak juga turun, aku hanya bisa menunggu di sebelahnya tapi tidak lama kemudian Aang terbangun, setelah terbangun aku bertanya, udah baikan belum Ang,, lumayan Med jawab Aang. Aang mengajaku untuk melanjutkan perjalanan dan aku pun lanjut berjalan, kami berjalan pelan sampailah kami di Bulak Peperangan, disitu hal mistis kembali kami alami ketika sedang berjalan di area itu, Aang melihat banyak sekali orang yang sedang berjalan tapi orang yang dilihatnya itu bukan pendaki melainkan seperti orang-orang pada jaman dahulu karena terlihat dari cara berpakaiannya, melihat itu Aang memintaku untuk berhenti dan mengatakan tentang apa yang dilihatnya itu, 

Sebenarnya aku juga sudah merasakan kalau disitu memang ramai oleh orang tapi aku tidak bisa melihatnya, jadi,, apa yang dilihat Aang dan apa yang aku rasakan nyambung waktu itu, lalu aku memintak Aang untuk mengabaikannya dan terus berjalan sambil dalam hati mengucapkan permisi, sambil berjalan sesekali Aang menoleh kanan kirinya dan orang-orang itu juga melihat ke arah kami berdua tapi orang-orang itu wajahnya terlihat pucat, Aang berusaha mengabaikannya dan tetap berjalan hingga sampai di pos 5. 

Sampai di pos 5 Aang menoleh ke belakang tapi sekumpulan orang tadi yang dilihatnya sudah tidak ada, yang ada hanya rumput ilalang lalu sampailah kami di Gubakan Menjangan tepat hari mulai gelap, sampai disitu aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, aku dan Aang hanya bisa berdiam diri di dalam tenda hingga larut malam, aku mempersilakan Aang untuk tidur dulu karena kasihan, yang lama kemudian aku juga tertidur karna waktu itu aku sangat kelelahan, malam semakin larut tiba-tiba aku terbangun karena mendengar ada suara raungan harimau tepat disebelah tendaku, mendengar itu aku keluar tenda, ketika sudah diluar tenda ternyata di depan tenda sudah ada empat ekor macan putih yang sudah menungguku, 

Macan itu seperti memberi syarat kepadaku untuk mengajak berjalan lalu ku ambil kerisku dan ku bawa berjalan mengikuti macan itu, selama aku berjalan mengikuti macan itu aku melihat sesekali bayangan-bayangan putih yang melintas di sampingku tapi aku mengabaikannya dan tetap fokus berjalan mengikuti macan putih dan sesekali macan putih itu meraung, macan itu ternyata menuntunku ke Pasar Dieng, 

Aku melihat ada yang berbeda di Pasar Dieng, dulu aku melihat tempat ini sangat ramai bagaikan pasar tapi sekarang kebalikannya tempat itu sangat sepi dan hening lalu tiba-tiba ada yang menepuk pundaku dari belakang sepontan aku menoleh ke belakang ternyata yang menepuk pundaku adalah kakek penjual keris yang waktu itu, melihat itu aku pun langsung menundukan kepalaku dan kakek itu berkata ; "Aku sudah menunggumu",, "aku ingin melihat keris yang dulu aku titipkan", aku mengeluarkan kerisnya dan ku berikan kepada kakek itu tapi kakek itu tidak menerima kerisnya dan berkata; "Kamu sudah merawat keris ini dengan baik, sekarang keris ini jadi milikmu, tidak lagi aku titipkan", 

Mendengar kata-kata dari kakek itu aku tidak yakin kemudian bertanya kenapa kakek memberikan tanggung jawab ini kepadaku, kakek itu memberi tau kepadaku suatu hal yang sebelumnya belum pernah aku ketahui, ayahmu dulu adalah pemilik keris ini dan menitipkannya kepadaku sebelum ia meninggal, kamu adalah pewaris keris ini, ucap kakek itu kepadaku, terimakasih aku akan menjaga keris ini, jawabku pada kakek itu, lalu kakek itu memberiku uang 500 rupiah logam yang dulu pernah aku berikan kepadanya, dan sambil berkata mununjuk ke arah belakangku, empat ekor macan putih itu adalah Khodam dari keris ini dan akan selalu bersamamu, kemudian aku menoleh kearah yang di tunjuk oleh kakek itu dan disitu ada empat ekor macan yang sedang duduk, aku menoleh kembali ke arah kakek itu, tiba-tiba kakek itu sudah tidak ada dan menghilang dari hadapanku lalu aku berjalan kembali ke tenda dan beristirahat, 

Ketika sedang berada di dalam tenda aku merenung seakan tidak percaya dan aku juga baru tau kalau ayahku bukan orang sembarangan karena menjadi pemilik keris ini, pagi pun tiba kami berdua Sumid ke puncak hargo dumilah dan tidak lupa singgah ke Hargo Dalem untuk Sowan, ketika kami sedang berada di Hargo Dalem disitu kami melihat banyak sekali pendaki sepiritual dan ketika kami sedang berjalan di Hargo Dalem semua orang yang berada disitu matanya tertuju ke arah kami berdua dan Aang merasakan ada aura yang memancar di tubuhku, 

Aku dan Aang mengucapkan permisi pada orang-orang yang ada disitu, setelah itu kami mampir di sebuah warung untuk makan ketika berada di warung ada satu pendaki sepiritual yang bertanya kepadaku; Sampean aslinya dari mana lee,, (kamu aslinya dari mana nak..), dari jawa barat pak, jawabku, kepada pendaki sepiritual itu dan orang itu hanya tersenyum, tidak lama kemudian kami turun ke BaseCamp Ceto dan langsung balik pulang, 

Selama perjalanan turun dan pulang kami tidak mengalami gangguan apapun dan lancar, kalau dulu banyak sekali orang yang ingin menyerang Mahmed tapi sekarang tidak lagi karena siapa yang berani mengusik keris itu dan pemiliknya maka dia harus berhadapan dengan khodam dari keris itu yang berupa empat macan putih.

~TAMAT~
close