PARA PENDAKI ADALAH PERUSAK ALAM
Inspirasi bagi Pendaki.
Tulisan ini mungkin sedikit konfrontatif. Judulnya sengaja saya sematkan yang beraroma agitatif. Hal ini bukan untuk menimbulkan polemic di antara kita selaku pendaki/ penggiat alam bebas. Ini semata- mata hanya mengajak kawan- kawan sekalian untuk berfikir dan menganalisa lebih spesifik lagi tentang masalah ini, sehingga membuka cakrawala berfikir kita lebih luas lagi. Atau setidaknya, judul tulisan ini akan membuat pembaca tertarik untuk membaca goresan tulisan ini sampai pada titik terakhir.
Nah, untuk itu, tulisan ini sengaja saya susun dari perspektif yang berbeda, dari sisi yang “sedikit” berseberangan dari “pandangan/ anggapan” para pencinta alam kebanyakan.
Saya pribadi dalam hal ini berpandangan bahwa, sekecil apapun kegiatan kita di alam/ hutan/ gunung, cukup untuk mengakibatkan kerusakan alam, terutama di lokasi kegiatan tersebut di konsentrasikan. Satu tapak jejak langkah kita di hutan/ gunung, juga berpengaruh terhadap kelestarian alam/ gunung tersebut. Langkah pertama kaki kita dapat saja mematahkan tunas pohon yang dilindungi yang baru tumbuh, langkah kedua kita mungkin saja merusak biji pohon yang tersemai secara alami di tanah, sehingga biji tersebut tidak dapat tumbuh. Bagaimana dengan langkah kaki ketiga kita? Mungkin saja menginjak dan mematikan hewan kecil sebangsa belalang yang hampir punah. Terus,,, bagaimana dengan langkah kaki kita yang keempat? Kelima? Keenam? Dan seterusnya….
Ingat, itu baru kerusakan yang diakibatkan oleh langkah kita kawan. Bagaimana dengan tangan kita? Mungkin memetik daun, menebang ranting untuk kayu bakar, menusuk tanah dengan patok tenda yang mengakibatkan akar pohon rusak. Bagaimana pula dengan mulut kita? Tidak perlu bicara tentang kemasan plastic atau kaca, atau aluminium bekas makan. Yang kecil saja yang sering terlupakan, yakni merokok. Merokok memang menyenangkan di saat cuaca dingin, tapi tahukah anda teman? Filter rokok yang dibuang ke tanah butuh waktu 12 Tahun untuk dapat terurai secara alami di tanah.
Bagaimana dengan bahan kimia yang kita bawa? Shampoo, sabun, odol, dll yang digunakan di hutan?
Kawan,,, hal ini tidak dapat kita pungkiri. Memang demikianlah adanya. Kita ikut andil dalam kerusakan alam kita sendiri.
Secara pribadi, saya tidak setuju dengan cara/ kegiatan KPA/ MAPALA/ KPG atau organisasi lainnya yang mengadakan diksar dengan acara pembukaan jalur baru. Membuka jalur pendakian baru berarti membuka peluang baru yang lebih besar untuk kerusakan hutan/ alam. Setuju…? Sedangkan dengan mengikuti jalur pendakian yang sudah ada, kita dapat dan berpotensi merusak alam seperti ilustrasi jejak langkah yang saya ulas di atas, bagaimana lagi dengan pembukaan jalur baru? Berapa banyak dan berapa ragam flora yang akan ditebas? Berapa banyak fauna yang besar atau kecil yang akan kehilangan tempat tinggal dan tempat mencari makan mereka. Maaf kawan,,,, jangan bangga menjadi pembuka jalur baru… ?
Namun, dengan banyaknya resiko terhadap alam tersebut, kita juga tentunya tidak dapat lepas dari hobby dan “jiwa” pendaki kita. Ibarat ikan yang tidak dapat lepas dari air. Nah, setelah kita menyadari bahwa kita para PENDAKI DAPAT MENJADI PERUSAK ALAM NOMOR 1 DI MUKA BUMI ini, kita harus dapat “mengkondisikan” diri kita untuk MEMINIMALISIR dampak yang akan terjadi terhadap alam sebagai efek samping hobby kita.
Mari kita membedakan diri kita. Membedakan untuk menjadi Pendaki yang PEDULI, atau menjadi Pendaki yang BODOH. Yang tidak mau peduli akan kelestarian alam. Pendaki bodoh yang tidak peduli terhadap konservasi.
Yang membedakan di antara kita di gunung adalah sikap kita terhadap gunung itu sendiri. Kawan,,, mari ,,, mari menjadi PENDAKI YANG PEDULI…
*****
Habiskan sarapanmu kawan,,, dengan perut kenyang kamu dapat merenungkan inti tulisan ini. Semoga jiwamu tercerahkan,,,
By : Bams Nektar - Inspirasi bagi Pendaki.