SI TOLE MANUSIA PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG - KISAH TANAH JAWA
Barangkali belum ada yang menduga, jika sesungguhnya ada sosok yang tinggal di dalam kantor kami, konon katanya sosok itu adalah
seorang bocah laki-laki berumur sekitar 8-9 tahun, yang diduga pernah hidup sebagai manusia pada jaman penjajahan Jepang. Belum diketahui sebab pasti kematian bocah pribumi yang diam-diam sering menguntit kami di kantor, yang pasti bocah kecil itu selalu merasa nelangsa di dalam dunianya sendiri.
Pada malam-malam tertentu, sosok anak kecil ini sering bersembunyi di balik tirai atau di balik jendela, mengintip segala aktivitas dan kegaduhan kecil yang kami buat, Tole sering tergugah dengan segala aktivitas yang kami lakukan, layaknya bocah pada umumnya, mencoba mencari tahu atau lebih tepatnya mencoba menjauh dari kesepiannya, dengan mengajak kami bermain, atau sebaliknya menunggu kami untuk mengajaknya bermain.
Namanya si Tole, bukan nama asli melainkan nama yang kita pakai untuk menamainya, nama yang suatu saat bisa kita panggil jika dia berkenan. Sosok anak kecil polos bertubuh kurus, dengan pakaian yang lusuh dan celana kebesaran. Tole secara tidak sengaja muncul pada saat workshop ilustrasi di kantor beberapa minggu yang lalu. Kemunculannya membuat ilustrator kami dengan cepat menggambar sosok Tole, pada malam jumat akhir bulan Januari itu.
Ada yang menduga bahwa Tole meninggal secara tidak wajar pada saat jaman penjajahan Jepang, jika kita melongok pada masa lalu, di mana pada masa itu memang terjadi kelaparan di mana-mana, ditambah dengan serangan wabah mematikan. Bisa saja atas sebab itu Tole meninggal dunia, apalagi jika kita ingat dengan kekejaman tentara Jepang, yang tanpa ampun memberikan penyiksaan terhadap warga pribumi.
Bocah polos yang kemudian terjebak dalam dimensi lain ini pun merasa girang bukan main, ketika kami berhasil menggambar sosoknya dengan pose yang berbeda dari kebanyakan sosok lainnya, pose mengintip yang kami tangkap seperti itu memang sudah menjadi kebiasaan Tole di kantor kami, menjadi ciri khas Tole sebagai sosok bocah kecil pemalu, penakut dan selalu penasaran dengan aktivitas kami, sambil bergumam Tole sering bertanya-tanya pada dirinya sendiri, menduga-duga apakah dirinya bisa terlihat oleh kami.
Pusaran sumur di belakang kantor pun diduga menjadi tempat bermain Tole, sambil sesekali kepalanya menengok-nengok di balik tirai atau pintu yang sering terbuka dekat sumur itu, Tole juga seringkali menyelinap masuk dari satu ruangan ke ruangan lain, mencari-cari sesuatu yang bisa diajaknya bermain, sampai tiba pada hari itu, ketika Tole melihat salah satu ilustrator kami yang sedang mengisi workshop di ruang tengah kantor.
Konon katanya sosok Tole sendiri yang menginginkan dirinya untuk digambar, rasa keinginan Tole yang begitu besar membuat akses terbuka dengan mudah, dibantu dengan beberapa member yang pada saat itu sedang mengikuti workshop, akhirnya dalam hitungan menit sosok Tole berhasil digambar. Dia tersenyum saat melihat sosoknya sendiri di dalam gambar. Ada kegembiraan kecil layaknya anak kecil yang tengah mendapati mainan baru.
Kita semua tahu, bahwa di tanah Jawa ada kepercayaan tersendiri mengenai kehidupan setelah kematian, narasi itu tidak muncul begitu saja ke permukaan, melainkan lahir dari tulisan kuno dalam kitab Kadilangu, dan keterangan dari babad-babad Jawa kuno ratusan tahun yang lalu, bahwasannya bumi dan seisinya, termasuk kantor yang kami tempati sekarang ini, ditempati juga oleh jiwa dan roh.
Roh itu bisa berasal dari manusia yang sudah meninggal, bayangan dari orang tua, nenek, atau kakek serta buyut-buyut yang kita sebut Leluhur. Bayangan dari saudara-saudara yang kita sebut Sedulur, atau bayangan-bayangan lainnya yang kita sebut Lelembut. Bayangan-bayangan itu akan memilih tempat kediamannya sewaktu hidup sebagai tempat tinggalnya, hingga akhirnya mereka menjadi roh penjaga di tempat tersebut.