Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Rasulullah dan Kaum Muslimin Hijrah ke Negeri Habasyah (Ethiopia)


KompasNusantara - Pada awal kenabian, tepatnya tahun 615 kaum muslimin masih mendapat tekanan dari kafir Quraisy. Akhirnya Nabi beserta kaum muslimin hijrah ke Habasyah atau Abyssinia (sekarang Ethiopia). Habasyah dipilih Nabi sebagai tempat hijrah setelah mendapat petunjuk oleh Allah swt. Di sisi lain, pemimpin Habasyah, Raja Negus (Najasyi) dikenal sebagai orang yang menerima tamu dan menghormati semua pemeluk agama.

Sebanyak 12 muslim laki-laki dan empat perempuan yang dipimpin sepupu Nabi, Ja’far bin Abi Thalib disambut dan diperlakukan dengan baik oleh penguasa yang beragama Kristen itu. Mereka meninggalkan kota Makkah secara diam-diam menggunakan perahu untuk hijrah menuju ke kota Axum, di Negara Habasyah, benua Afrika.

Kaum kafir Quraisy yang mengetahui kejadian tersebut, langsung mengutus juru bicara untuk bernegosiasi dengan raja Habasyah. Raja Habasyah memanggil perwakilan dari kaum muslimin dan kafir Quraisy.

Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah sebagai perwakilan kafir Quraisy terus mendesak raja Habasyah untuk memulangkan mereka dengan alasan kaum muslimin adalah budak kafir Quraisy yang melarikan diri. Namun alasan itu, tidak serta merta diperayai oleh Raja Najasyi.

Kelicikan kafir Quraisy yang membawa serta beberapa hadiah sebagai pelicin tujuan mereka. Para menteri segera terpikat oleh hadiah yang mereka bawakan, namun hal itu tidak berlaku pada raja Habasyah.

Raja Najasyi menghargai hadiah-hadiah pemberian mereka. Kemudian Amru mulai bicara, “Tuan, telah tiba di negeri Anda beberapa orang pengacau dari kaum kami. Mereka telah keluar dari agama kami dan tidak pula menganut agama Anda.

Mereka mengikuti agama baru yang kami tidak mengenalnya begitu pula Anda. Kami berdua diutus oleh pemimpin kaum kami untuk meminta agar Tuanku mengembalikan mereka kepada kaumnya. Karena kaumnya-lah yang lebih tahu apa yang diakibatkan oleh agama baru itu, berupa fitnah dan kekacauan yang mereka timbulkan.

Najasyi menoleh kepada para penasihat istana dan meminta pendapat mereka.

Mereka berkata,
“Benar tuanku, kita tidak tahu tentang agama baru itu dan tentunya kaum mereka lebih paham akan hal itu daripada kita.” 

Raja Najasyi berkata,
“Tidak, demi Allah aku tidak akan menyerahkan mereka kepada siapapun sebelum mendengarkan keterangan mereka sendiri dan mencari tahu tentang kepercayaan mereka. Bila mereka dalam kejahatan, maka aku tidak keberatan menyerahkan mereka kepada kalian. Tetapi kalau mereka dalam kebenaran, maka aku akan melindungi dan memilihara mereka selama mereka ingin tinggal di negeri ini. Demi Allah, aku tidak akan melupakan karunia Allah kepada diriku yang telah mengembalikan aku ke negeri ini setelah terusir karena karena ulah orang-orang keji.”

Raja Najasyi mengundang perwakilan orang muslimin untuk menyatakan pembelaannya. Dari sana, Raja Najasyi mendapat keterangan bahwa mereka mendapat perlakuan tidak baik saat melakukan aktivitas keagamaan.

Kemudian Raja Najasyi menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan agama yang dianut kaum muslimin. Selain itu, dia juga menyuruh membacakan beberapa ayat yang ada pada Al-Qur’an, dan ternyata ayat-ayat tersebut berhubungan dengan agama kristiani yang dianut oleh Raja Najasiy.

Dari ayat tersebut Raja Najasyi semakin yakin akan kebenaran risalah yang dibawakan Rasulullah saw. Maka, Raja Najasyi segera mengusir kaum kafir Quraisy yang terbukti berbohong. Dan akhirnya Raja Najasyi memberikan tempat yang luas untuk kaum muslimin mengembangkan pola keagamaan mereka di negeri Habasyah.

Raja Najasyi tidak memaksa umat muslim untuk memeluk agama Kristen agar mendapat perlindungan di negeri Habasyah. Mereka (kaum muslimin) diberikan kebebasan bahkan ruang untuk mengembangkan keagamaannya. Tidak sedikit pun Raja Najasyi mengoyak keyakinan mereka karena perbedaan diantara keduanya. Diantara mereka tetap terjalin persaudaraan dan saling toleransi diantara keduanya.
close