KISAH LAILA MAJNUN
KompasNusantara - Orang lebih akrab Menyebut Kisah Laila Majnun, Telah berhasil mengapresiasikan makna cinta sejati. Sosok Qais seorang pria yang telah dibuat mabuk cinta oleh Laila, sampai kepangku julukan Majnun (orang gila).
Ayah Qais bernama al-Mulawwih Bin Muzahim hidup pada masa pemerintahan Abdul Malik Bin Marwan.
Qais pria tampan, cerdas sekaligus pencipta puisi-puisi cinta merupakan keturunan darah biru dari Bani Amir.
Adapun kekasihnya Qais yang bernama Laila mengalir pada tubuhnya darah keturunan Ka’ab Bin Rabi’ah. Qais wafat pada tahun 68 Hijriyah/688M.
Imam Ibn Thulun (wafat tahun 953 Hijriyah) membuat karya tentang kisah Laila dan Majnun (Qais) dengan judul kitab:
بسط سامع المسامر في أخبار مجنون بني عامر
Pada suatu hari Qais Bin al-Mulawwih dikejutkan dengan seekor anjing milik Laila yang sekonyong-konyong berjalan di lorong kampung.
Qais segera mengikutinya dengan harapan ia menemukan tempat di mana Laila berada.
Di tengah perjalanan Qais melewati sekelompok orang kampung sedang shalat berjamaah, tetapi Qais tidak melihat mereka lantaran ia terlalu fokus mengejar anjingnya si Laila.
Setelah Qais pulang, sekelompok orang yang tadi melakukan shalat jamaah bertanya kepada Qais:
Jamaah:
قد مررت بنا ونحن نصلي فلم لم تصل معنا ؟
Wahai Qais, tadi kau melewati kami saat kami sedang shalat. Kenapa kau tidak ikut shalat berjamaah dengan kami?
Qais:
والله مارأيتكم ، ووالله لو كنتم تحبون الله كما أحب ليلى لما رأيتموني ، كنتم بين يدي الله ورأيتموني ، وأنا بين يدي كلبها ولم أركم .أعيدوا صلاتكم يرحمكم الله.
Demi Allah, saat kalian sedang shalat berjamaah aku sama sekali tidak melihat kalian. Bila kalian benar-benar cinta kepada Allah sebagai mana diriku kepincut dengan Si Laila, pastilah kalian tidak melihat aku saat kalian shalat. Padahal kalian sedang beraudiensi dengan Allah tetapi mengapa kalian masih bisa memperhatikan diriku. Aku saja yang mengejar anjing kepunyaan Laila pujaan hatiku sama sekali tidak melihat kalian. Sekarang juga, ulang kembali shalat yang tadi kalian kerjakan. Semoga dengan begitu kalian mendapat rahmat Allah.
Terkadang orang yang kita anggap gila, dapat memberikan hikmah besar dalam hidup kita.
Kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun’yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 86 , KH. Husein & sumber lainnya.