Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bintang Adalah - Pengertian Bintang


Pengertian Bintang

Astronomi - Bintang adalah benda langit yang bisa memancarkan cahaya. Bintang sebenarnya merupakan bola gas besar yang mempunyai komponen utama hidrogen dan helium. Bintang ada yang dapat menghasilkan cahaya sendiri tapi ada juga yang cahayanya dipancarkan dari pantulan bintang lain.

Bintang yang bisa menghasilkan cahaya sendiri disebut bintang nyata, sementara bintang yang tidak bisa menghasilkan cahaya sendiri disebut bintang semu.Walaupun bintang ada yang tidak bisa menghasilkan cahaya sendiri, tapi biasanya istilah bintang secara dipakai untuk benda langit yang menghasilkan cahaya sendiri.

Bintang adalah semua objek bermassa antara 0,08–200 kali massa Matahari yang sedang atau pernah melangsungkan pembangkitan energi lewat reaksi fusi nuklir.

Sejarah Kuno Bintang

Ribuan tahun yang lalu sejak zaman Mesir kuno, ilmu perbintangan telah dikenal di masyarakat, walaupun masih dalam kepercayaan tahayul dan mitosmitos. Konsep masyarakat Mesir kuno tentang matahari, bulan, dan bintangbintang masih sederhana dan keliru. Bumi masih dianggap sebagai pusat dari peredaran matahari, bulan dan bintang-bintang. Formasi bintang-bintang tertentu yang berbentuk gambaran hewan atau lainnya (yang kemudian disebut rasi bintang) dijadikan ramalan penasiban, bahkan bintang-bintang yang terang dan menarik perhatian orang akan diartikan sebagai petunjuk lahirnya pemimpin dunia.

Warisan peradaban kuno itu sampai sekarang masih tersisa. Misalnya meramal nasib berdasarkan tanggal dan bulan kelahiran seseorang, yaitu yang disesuaikan dengan munculnya rasi bintang tertentu ketika seseorang dilahirkan. Rasi bintang yang digunakan untuk meramal biasanya rasi bintang zodiak. Zodiak adalah 12 rasi bintang sepanjang ekliptika membentuk gelang melingkari garis edar bumi mengelilingi matahari.

Dua belas rasi bintang itu sudah kita kenal yaitu, Capricornus, Pisces, Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo Libra, Scorpio dan Sagitarius. Pada awal tahun 2007, rasi zodiac ditambah satu lagi yaitu rasi Ophiuchus (pawang ular) yaitu muncul pada 29 November samapi dengan 18 Desember. Selain zodiac, terdapat pula rasi bintang yang lainnya yang sangat terkenal seperti rasi crux yang terkenal sebagai rasi salib atau di Jawa dikenal dengan nama gubuk menceng. Rasi ini berada yang terletak di belahan langit selatan.

Jika orang dalam perjalanan kehilangan arah di malam hari, dapat melihat kedudukan rasi bintang ini. Bentuk rasi ini seperti laying-layang. Untuk menentukan titik selatan caranya dengan menarik garis lurus binatng yang paling atas kea rah bumi melalui bintang yang paling bawah. Ujung garis dan seterusnya adalah titik selatan yang sesungguhnya.

Ciri-ciri Bintang

1. Ukuran Bintang

Semua bintang kecuali Matahari tampak seperti titik-titik kecil jika dilihat dari Bumi dengan mata telanjang. Hal tersebut dikarenakan jaraknya yang sangat jauh dari Bumi. Sedangkan itu Matahari terlihat sangat besar dikarenakan Matahari merupakan bintang terdekat dengan Bumi. Walaupun bintang tampak seperti titik, tapi ukuran sebenarnya dari bintang sangat besar dan bervariasi, ada bintang yang ukurannya hanya 20 – 40 km, ada juga yang ukurannya mencapai 900 km.

2. Massa Bintang

Karena ukuran bintang yang bervariasi, maka massa bintang pun bervariasi. Yang jelas, sebuah benda langit bisa dikatakan bintang jika dia menghasilkan cahaya sendiri dan mempunyai massa 0,08 – 200 kali massa Matahari. Salah satu Bintang yang paling besar ialah Eta Carinae yang massanya mencapai 100 – 150 kali massa Matahari.

3. Komposisi Bintang

Bintang-bintang yang ada di Galaksi Bimasakti mempunyai komposisi yang tersusun atas 71% hidrogen dan 27% helium dan sisanya berupa unsur-unsur yang lebih berat. Karena unsur-unsur yang lebih berat itu terus bertambah di awan molekul (tempat terbentuknya bintang), maka unsur yang dimiliki oleh sebuah bintang menjadi faktor utama untuk mengidentifikasi usia bintang itu. Selain itu, unsur yang dimiliki oleh sebuah bintang bisa memberikan informasi mengenai sistem planet pada bintang itu.

4. Struktur Inti Bintang

Bintang selalu mempunyai bagian inti yang setimbang secara hidorstatis. Kesetimbangan hidrostatis ini terjadi saat tekanan dari dalam ke luar bintang mengimbangi gaya gravitasi yang menarik bintang dari luar ke dalam. Selain kesetimbangan hidrostatis, inti bintang pun mesti berada dalam kesetimbangan termal (suhu).

5. Suhu Bintang

Suhu permukaan sebuah bintang sangat ditentukan oleh besar kecilnya energi di intinya. Suhu sebuah bintang bisa diperkirakan dengan menganalisis indeks warna atau spektrum bintang. Bintang-bintang yang besar biasanya mempunyai suhu mencapai 50.000oC.

6. Usia Bintang

Umur atau usia bintang bisa diperkirakan dari massanya. Biasanya semakin besar massa sebuah bintang maka semakin muda umur bintang itu. Usia bintang yang banyak ditemui sekarang ini berada dalam rentang 1 – 10 milyar tahun, tapi adapula bintang yang umurnya lebih tua sedikit atau lebih muda.

7. Kinematika Bintang

Pengamatan kinematika bintang berdasarkan arah kecepatan radialnya, apakah menuju atau menjauhi matahari serta pergeserannya secara melintang. Lewat data itu, astronom bisa mengetahui asal mula, umur, bahkan struktur dan evolusi bintang dan galaksi di sekitarnya.

8. Rotasi Bintang

Spektroskopi merupakan alat yang dipakai untuk mengukur kecepatan rotasi suatu bintang. Selain memakai alat itu, kecepatan rotasi bintang juga bisa ditentukan dengan mengamati laju rotasi bintik bintang. Bintang muda biasanya mempunyai laju rotasi lebih cepat dibanding bintang yang lebih tua. Faktor yang mempengaruhi kecepatan rotasi bintang ialah medan magnet serta angin bintang.

9. Medan Magnet Bintang

Selain mempengaruhi suhu permukaan bintang, bagian inti bintang juga bisa menghasilkan medan magnet. Medan magnet tersebut timbul karena terjadinya gerakan plasma seperti suatu dinamo di dalam inti bintang. Kekuatan medan magnetis bintang dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya ialah massa, komposisi, dan aktivitasi yang terjadi di sekitar permukaan bintang.

Macam-macam Bintang

1. Macam-Macam Bintang Berdasarkan Efek Luminosistas
  • 0 (Maha Maha Raksasa)
  • I (Maharaksasa)
  • II (Raksasa Terang)
  • III (Raksasa)
  • IV (Sub-Raksasa)
  • V (Deret Utama)
  • VI (Sub-Katai)
  • VII (Katai Putih)

2. Macam-Macam Bintang Berdasarkan Suhu Permukaan dan Warna
  • O (Lebih dari 33.000 derajat Kelvin)
  • B (10.500-30.000 derajat Kelvin)
  • A (7.500-10.000 derajat Kelvin)
  • F (6.000-7.200 derajat Kelvin)
  • G (5.500-6.000 derajat Kelvin)
  • K (4.000-5.200 derajat Kelvin)
  • M (2.600-3.850 derajat Kelvin)

Sistem Penamaan Bintang

1. Sistem Penamaan Bayer

Sebagian bintang telah diberi nama sejak zaman dahulu yang berasal dari kebudayaan kuno. Sebagai contoh semua rasi bintang diberikan nama Latin, namun nama-nama bintang di dalamnya kebanyakan berasal dari bahasa Arab. Nama-nama tradisional contohnya Sirius, Rigel, Vega, Arcturus, dan lain-lain hanya dipakai untuk bintang-bintang yang sangat terang, yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

Bintang-bintang lainnya lebih sering dinamakan sesuai pada Penamaan Bayer. Penemunya, Johann Bayer, memperkenalkan sistem penamaan bintang dengan memakai abjad Yunani. Bintang-bintang ini contohnya Alpha Canis Majoris, Alpha Centauri, Beta Aquarii, Beta Cassiopeiae, dan lain-lain.

2. Sistem Penamaan IAU

IAU atau International Astronomical Union merupakan lembaga internasional yang bertugas untuk menamai benda-benda langit, baik itu bintang, planet, ataupun objek langit lainnya. Kalau kalian menemuan suatu bintang baru dan ingin menamai bintang itu dengan nama kalian, maka harus mendaftarkan dulu ke IAU.

Tapi perlu kalian ketahui bahwa IAU tidak pernah membuka kesempatan untuk siapapun untuk menamai bintang sesuai nama penemunya. IAU berpendapat bahwa para astronom lebih baik fokus untuk mempelajari bintang dan benda langit lainnya dibanding pusing mencara nama yang cocok.

3. Sistem Penamaan Koordinat

Sistem penamaan bintang yang terakhir ialah berdasarkan letak koordinatnya. Sebagai contoh nama bintang yang hanya berupa jajaran kode huruf serta angka seperti EBLM J0555-57Ab. Bintang ini adalah bintang redup serta sekaligus bintang terkecil di jagad raya.

Deretan angka dan huruf pada nama bintang itu bukan sekadar angka atau huruf asal, namun merupakan posisi titik koordinat bintang tersebut di langit.

Proses Pembentukan Bintang

Proses awal terbentuknya bintang diawali dengan ketidakstabilan gravitasi di dalam awan molekul. Gangguan tersebut biasanya dipicu oleh gelombang supernova akibat benturan 2 galaksi. Ketidakstabilan gravitasi tersebut akan membuat awan yang massanya bisa mencapai ribuan kali massa Matahari menjadi runtuh dengan gaya gravitasinya sendiri.

Bintang bintang ini terbentuk secara berkelompok karena awan molekul yang runtuh sangatlah besar, lalu barulah mereka terpecah menjadi konglomerasi individual. Lama kelamaan bintang itu akan semakin bertambah kerapatannya. Pada proses tersebut energi gravitasi akan diubah menjadi energi panas sampai meningkatkan temperaturnya.

Saat tercapainya kesetimbangan hidrostatik, maka suatu protobintang akan terbentuk di intinya. Saat peningkatan temperatur di inti protobintang mencapai angka 10 juta Kelvin, maka hidrogen di inti akan menjadi helium dalam sebuah reaksi termonuklir. Proses tersebut berlangsung selama puluhan juta tahun.

Jika kandungan hidrogen di inti bintang habis, maka inti itu akan mengecil dan membebaskan energi panas serta memanaskan lapisan luar bintang. Lapisan luar yang masih mengandung banyak hidrogen tersebut akan mengembang dan warnanya menjadi merah.

Seiring berjalannya waktu bintang itu akan menjadi bintang super raksasa merah lalu membentuk nova sampai akhirnya ia hancur. Bintang yang hancur ini dapat berubah menjadi bintang neutron atau lubang hitam, tergantung terhadap kondisinya.

Tata Nama dan Jenis-Jenis Bintang

Pada zaman Babilonia telah dikenal konsep rasi bintang. Para pengamat langit pada saat itu membayangkan suatu pola yang dibentuk oleh bintangbintang, yang kemudian dihubungkan dengan aspek tertentu pada mitologi. Menurut Koch-Westenholz & Koch terdapat beberap pola bintang yang diberi nama dan dijadikan sebagai dasar astrologi. Selain itu, banyak juga bintangbintang yang diberi nama menggunakan penamaan Arab atau Latin.

Orang Yunani kuno mengenal beberapa bintang sebagai planet. Bahkan nama planet yang kini dikenal berasal dari nama dewa mereka diantaranya adalah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus (Coleman, 2012). Sementara itu, nama planet Uranus dan Neptunus diberikan oleh para astronom berikutnya karena pada masa kuno sinar dari kedua planet tersebut masih redup. Tetapi penamaan tersebut juga masih berasal dari nama dewa-dewa Yunani dan Romawi.

Salah satu yang menjadi ciri dari bintang maupun benda langit lainnya adalah ukuran dan juga suhunya yang cenderung panas. Namun ada pula planet dengan suhu rendah karena letaknya yang jauh dari matahari. Ukuran bisa menjadi salah satu hal yang membedakan jenis-jenis bintang. Selain itu, jenis bintang juga dibedakan dari kemiripan susunan garis spektrumnya. Adapun berbagai jenis bintang tersebut antara lain sebagai berikut:

》Giant Star (Bintang Raksasa)

Jenis bintang yang pertama adalah bntang raksasa atau yang disebut dengan Giant Star atau bintang raksasa memiliki luminositas atau intensitas cahaya (energy yang dipancarkan oleh bintang per detik) hingga mencapai 1.000 kali luminositas matahari dan bisa 200 kali lebih besar. Ada beberapa contoh bintang yang termasuk ke dalam Giant Star adalah Aldebaran atau Alpha Tauri yaitu bintang tercerah di konstelasi Taurus.

》Supergiant Star (Bintang Super Raksasa)

Jenis bintang yang selanjutnya adalah Supergiant Stars atau bintang yang lebih besar lagi atau bintang super raksasa. Sepanjang sejarah atau sejauh ini, bintang terbesar yang pernah ditemukan memiliki luminositas 10 kali juta luminositas matahari. Apabila matahari memiliki ukuran ukuran

》Dwarf (Bintang Katai atau Cebol)

Jenis bintang yang selanjutnya adalah Dwarf atau yang dikenal dengan bintang katau atau cebol. Bintang jenis ini ukurannya jauh lebih besar daripada planet Bumi, namun sangat kecil apabila dibandingkan dengan kedua bintang diatas. Bahkan matahari yang merupakan tata surya kita ini termasuk ke dalam bintang jenis ini. Selama masa hidupnya, bintang melalui banyak fase.

Ketika ukuran bintang sama dengan massanya, fase tersebut dinamakan fase Dwarf. Dwarf coklat atau brown dwarf merupakan bintang yang gagal yang mana bintang ini tidak cukup panas untuk dapat menjadi bintang yang normal. Dwarf putih atau white dwarf merupakan bintang yang perlahan-lahan mati dan menghabiskan bahan bakarnya. Meskipun namanya adalah white atau putih, namun bintang ini beralih dari warna putih ke warna merah dan pada akhirnya bintang ini mati dan berubah menjadi warna hitam menjadi black dwarf yaitu bintang mati yang tidak memiliki luminositas. Sementara bintang dwarf putih diyakini menjadi bintang yang menghuni dark matter atau materi gelap yang di jagat raya

》Bintang Neutron

Bintang yang memiliki massa dua kali dari matahari, setelah meledak menjadi supernova kemudian akan menjadi bintang neutron. Bintang neutron ini akan menghancurkan atom-atomnya, serta menyatukan proton dan elektron sehingga hanya akan menyisakan neutron hasil fusi tersebut.

Hal itu pula menyebabkan bintang neutron memiliki struktur yang sangat padat dan mampat. Bintang neutron yang memiliki diameter sekitar 30 km memiliki massa yang hampir sama dengan matahari. Jadi, apabila berhasil memindahkan materi sebanyak satu sendok dari bintang neutron ini ke bumi, maka materi itu bisa jadi seberat gunung. Bintang neutron bisa berputa dengan kecepatan yang sangat tinggi, bisa jadi puluhan atau ratusan kali perdetik.

》Pulsar

Selanjutnya adalah bintang ulsar atau pulsating star. Bintang Pulsar atau pulsating star merupakan bintang neutron yang memancarkan getaran radiasi yang sifatnya teratur (biasanya adalah gelombang radio dari kutub magnetiknya). Contoh bintang pulsar adalah PSR+121, yaitu sebuah pulsar radio. Pulsar ini merupakan bintang neutron pertama yang diketahui sebagai pulsar. Radiasi lain yang dipancarkan oleh pulsar ini selain gelombang radio adalah sinar X dan sinar Gamma.

》Magnetar

Magnetar merupakan salah satu jenis dai bintang neutron. Bintang magnetar ini adalah bintang neutron yang memiliki medan magnet yang jauh lebih kuat daripada bintang neutron (Anonim, Jenis Bintang, 2017

》Magnitudo Bintang

Telah ada sebelumnya seorang astronom Yunani bernama Hipparchus membuat sistem klasifikasi keterangan bintang yang pertama. Saat itu, ia mengelompokkan keterangan bintang menjadi enam kategori dalam bentuk yang kurang lebih seperti ini: paling terang, terang, tidak begitu terang, tidak begitu redup, redup dan paling redup. Sistem tersebut kemudian berkembang dengan penambahan angka sebagai penentu keterangan bintang Yang paling terang memiliki nilai 1, berikutnya 2, 3, hingga yang paling redup bernilai 6.

Klasifikasi inilah yang kita kenal sebagai sistem magnitudo (Wiramiharja, 2010). Sistem tersebut kemudian semakin berkembang setelah Galileo dengan teleskopnya menemukan bahwa ternyata terdapat lebih banyak bintang lagi yang lebih redup daripada yang bermagnitudo 6. Skalanya pun berubah hingga muncul magnitudo 7,8, dan seterusnya (Djamaluddin, 2005).

Klasifikasi Spektrum Warna Bintang

Bintang juga dapat diklasifikasikan berdasarkan spketrumnya. Melalui spektrumnya, banyak yang dapat diketahui seperti suhu dan komposisi yang terdapat pada bintang tersebut (Hawking, 2011). Spectrum merupakan hasil dari pembiasan garisan elektromagnetik yaitu cahaya. Selain dari itu, cahaya putih adalah gabungan dari berbagai warna yang mana setiap cahaya mempunyai kekuatan tertentu.

Pada tahun 1863, seorang astronom bernama Angelo Secchi mengelompokkan spectrum bintang kedalam empat golongan berdasarkan kemiripan susunan garis spectrumnya (Copeland, 2001). Dari hasil klasifikasi bintang yang dilakukan oleh Secchi, Edward Charles Pickering ditahun 1880 memulai penyelidikan spektrum bintang secara fotografi bertempat diobservatorium Harvard. Dengan menggunakan prisma obyektif (Pickering, 1890) para astronom di Harvard meng-klasifikasikan bintang

berdasarkan kuat garis-garis serapan pada deret Balmer dari hydrogen netral (H I), memperluas penggolongan dan menanamkan kembali penggolongan dengan huruf A, B, C dan seterusnya hingga P, dimana bintang kelas A memiliki garis serapan atom hydrogen paling kuat, B terkuat berikutnya dan seterusnya.

Evolusi Bintang

Saat kita membicarakan tentang evolusi bintang, kita membahas tentang perubahan yang terjadi pada bintang saat mereka mengkonsumsi “bahan bakar”, sejak lahir sepanjang masa hidupnya, hingga bintang itu mati. Pengertian tentang evolusi bintang akan membantu para astronom agar mengerti tentang :
  • Sifat alami dan takdir masa depan dari matahari.
  • Asal-usul tata surya.
  • Bagaimana perbandingan sistem tata surya kita dengan sistem planet yang lain.
  • Kemungkinan adanya kehidupan di suatu tempat dalam alam semesta, Bintang sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa tentunya memiliki awal dan akhir.

Proses awal meluputi proses terbentuknya bintang hingga terjadi reaksi termonuklir, selanjutnya terjadi fusi inti yang melepaskan energi dan akhir dari bintang berupa peristiwa supernova.

Cara dan Perkembangan Pengamatan Bintang

Sampai tahun 1930-an, sebagian besar pengamatan bintang dilakukan pada panjang gelombang optic. Akan tetapi, sebenarnya bintang memancarkan radiasi dalam seluruh panjang gelombang,dan panjang gelombang iptik ini sebenarnya hanya mencakup sebagian kecil dari spektrum gelombang elektromagnetik yang terentang dari daerah sinar gamma sampai pada panjang gelombang radio (Admiranto, 2009).

Pengamatan bintang telah dimulai oleh para pemikir kuno jauh sebelum zaman yunani kuno. Ilmu perbintangan yang populer pada zaman dahulu adalah ramalan nasib, ramalan waktu beraktifitas dan ramalan pergantian musim. Selain itu para ilmuan kuno menggunakan rasi bintang untuk menandakan kelahiran keluarga yang saat ini masih dikenal dengan istilah Zodiak.

Saat ini hal tersebut masih dipercayai oleh sebagian besar orang meskipun perhitungan dan prediksi menggunakan bintang ataupun rasi bintang saat ini tidak seakurat zaman dahulu (Spaeth, 2000). Pengamatan bintang bintang secara mendetail dimulai ketika Tycho Brahe berhasil mengidentifikasi bintang-bintang baru yang dikenal dengan istilah novea (nova).
close