Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Tragis Jenderal Alexander Yang Setia


Alexander Agung dikenal sebagai salah satu raja dan penakluk terbesar sepanjang sejarah. Namun, ia memiliki sifat yang sangat paranoid karena ayahnya, Philip II tewas karena dibunuh. Tak jarang sifat paranoid Alexander membuatnya mengeksekusi banyak jenderal-jenderalnya yang telah membantu dirinya menaklukan beberapa tempat. Satu yang mungkin ia sesali adalah ketika ia membunuh jenderal sekaligus sahabatnya Cleitus The Black.

Tak banyak diketahui mengenai kehidupan awal Cleitus, namun tercatat ia sudah bergabung dengan tentara Macedonia sejak masa Philip II dimana ia merupakan komandan kavaleri pasukan Macedonia. Ia kemudian mengabdi pada Alexander dimana ia dikenal sebagai seorang jenderal yang loyal. Ia menyelamatkan Alexander dalam Pertempuran Granicus melawan Persia ketika Alexander nyaris terbunuh oleh Spithriades, seorang gubernur Persia.

Pada tahun 328 SM, Alexander mengangkat Cleitus sebagai Gubernur Bactria, sebuah wilayah di Asia Tengah yang kini menjadi bagian dari kota Samarkand, Uzbekistan dan mengadakan pesta besar. Cleitus dan Alexander yang sedang mabuk berat kemudian terlibat dalam sebuah argumen yang panas. Alexander yang tengah mabuk berat dan tidak bisa mengontrol emosinya lantas melemparkan sebuah lembing ke jantung Cleitus. Ia pun tewas seketika.

Ada dua hal menurut para ahli yang menjadi dasar argumen keduanya. Yang pertama adalah Alexander memerintahkan Cleitus berperang melawan para nomaden di Asia Tengah. Cleitus merasa direndahkan sebagai seorang Jenderal veteran dan merasa diasingkan karena dikirim jauh dari pusat pemerintahan, ia lantas menghina Alexander.

Hal yang kedua adalah karena Cleitus tidak senang Alexander banyak mengadopsi budaya-budaya Persia sekaligus menaruh banyak pejabat Persia di sekelilingnya. Bagi Cleitus, tindakan Alexander tidak pantas dan merendahkan pasukan Macedonia karena ia menganggap Persia adalah daerah taklukan dan sebagai penakluknya, maka tidak pantas mengikuti budaya mereka.

Apapun alasannya, Alexander amat menyesali perbuatannya kali ini. Karena pengaruh alkohol dan sifat arogannya, ia secara konyol membunuh salah satu jenderal terbaiknya dan yang paling setia.
close