Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Abdullah Bin Hudzafah Al Sahmy, Sahabat Yang Diutus Untuk Membawa Surat Nabi Muhammad SAW Kepada Kisra Raja Persia


KompasNusantara - Rasulullah ﷺ mengutus beberapa orang sahabatnya untuk membawa surat dari Beliau kepada beberapa orang raja Arab dan non-Arab. Salah seorang dari utusan tadi adalah Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy yang diutus untuk membawa surat Nabi ﷺ kepada Kisra raja Persia.

Abdullah serta-merta mempersiapkan bekalnya. Ia mengucapkan kata perpisahan kepada istri dan anaknya. Ia lalu berangkat menuju tempat tujuannya yang melalui berbagai lereng dan bukit dataran tinggi maupun rendah. Ia lakukan perjalanan tersebut sendirian tanpa ada teman yang mengiringi selain Allah. Saat ia sampai di perkampungan wilayah Persia, ia memohon izin untuk dapat masuk kepada rajanya. Dan para pembantu raja memperingatkan bahaya dari surat yang dibawa Abdullah kepada raja.

Mendengar itu raja Kisra memerintahkan para pembantunya untuk menghias istana, lalu ia megundang para pembesar bangsa Persia untuk dapat hadir dalam kesempatan ini. Kemudian Kisra mengizinkan Abdullah bin Hudzafah untuk datang.

Lalu datanglah Abdullah bin Hudzafah menghadap pemimpin Persia dengan menggunakan selendang tipis yang menutupi tubuhnya, ia juga mengenakan baju panjang berbahan kasar yang ditutupi dengan selendang khusus bangsa Arab.

Akan tetapi ia memiliki leher yang tegak. Postur tubuh yang tegap. Dari tulang rusuknya terlihat keagungan Islam. Dalam hatinya menyala kebesaran iman.

Begitu Kisra melihat Abdullah datang menghadap, ia langsung memberi isyarat kepada salah seorang pembantunya untuk mengambil surat dari tangan Abdullah, maka Abdullah langsung berkata: “Jangan, Rasulullah ﷺ menyuruhku untuk menyerahkan surat ini langsung ke tanganmu, dan aku tidak ingin melanggar perintah Rasulullah.”

Kisra langsung memerintahkan kepada semua pembantunya: “Biarkan ia mendekat kepadaku.” Maka Abdullah langsung mendekat ke arah Kisra sehingga ia dapat langsung menyerahkan surat tersebut ke tangan Kisra.

Lalu Kisra memanggil seorang juru tulis berkebangsaan Arab dari negeri Al Hirah dan ia memerintahkan untuk membuka surat tersebut dihadapannya.

Dan Kisra meminta juru tulis tadi untuk membacakannya: “Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra yang Agung raja Persia. Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk…”

Begitu Kisra mendengar isi surat sebagaimana yang telah dibacakan kepadanya, maka tersulutlah api amarah dalam dadanya. Wajahnya menjadi merah. Keringatnya mengucur deras dari leher karena dalam surat tersebut Rasulullah ﷺ memulai dengan menyebut dirinya sendiri.

Lalu ia langsung menyambar surat tersebut dan merobeknya tanpa ia tahu apa yang ada dalam isi surat itu. Ia pun langsung berseru: “Apakah ia berani menuliskan hal ini kepadaku, padahal dia adalah budakku?!!” Lalu ia memerintahkan para pengawalnya untuk mengeluarkan Abdullah bin Hudzafah dari hadapannya. Dan akhirnya Abdullah dibawa keluar.

Abdullah bin Hudzafah keluar meninggalkan ruang sidang Kisra. Ia sendiri tidak tahu ketentuan Allah yang bagaimana yang akan terjadi pada dirinya. Apakah ia akan dibunuh atau dibiarkan hidup dengan bebas?

Akan tetapi ia masih sempat berujar: “Demi Allah, aku tidak peduli akan nasibku setelah aku menyampaikan surat Rasulullah ﷺ. Iapun langsung menaiki kendaraannya dan akhirnya berangkat.

Begitu amarah Kisra mereda, ia memerintahkan untuk membawa masuk kembali Abdullah; namun ia tidak ditemukan Para pembantu raja lalu mencarinya, namun sayang Abdullah telah pergi tanpa jejak.

Merekapun terus mengejar sepanjang jalan hingga ke jazirah Arab, dan mereka menyadari bahwa Abdullah telah pergi jauh.

Begitu Abdullah datang menghadap Nabi ﷺ ia menceritakan apa yang terjadi dengan Kisra dan surat Nabi ﷺ yang dirobeknya. Rasulullah ﷺ tidak menanggapi dengan ucapan apa-apa selain: “Allah akan merobek-robek kerajaannya.”

Wallahu a’lam.

Sumber: Kisah Heroik 65 Orang Shahabat Rasulullah SAW, Dr. Abdurrahman Ra’fat Al Basya, hlm. 27-28
close