Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HILANG DAN DISESATKAN DI PASAR SETAN GUNUNG ARJUNO


Ini adalah sebuah kisah yang dialami oleh Doni ketika sedang mengantarkan adik kelasnya ke gunung Arjuno via jalur Tretes.

Semoga bisa menjadi pelajaran untuk kita semua bagi para pendaki gunung.

Langsung ke cerita;

Kejadian ini terjadi pada tahun 2017 lalu.

Agung, Nanda, Herman dan Eka, mereka mempunyai niat untuk pergi ke gunung Arjuno tapi diantara mereka berempat tidak ada yang mempunyai pengalaman di bidang pendakian oleh karena itu mereka berempat berinisiatif mengajak Doni untuk mengantarkannya ke gunung Arjuno.
Doni memang lebih berpengalaman dari mereka berempat dan Doni merupakan kakak kelas mereka.

Mendengar ajakan dari mereka Doni berfikir,
“Kalau ke Arjuno berlima berarti ganjil dong”

Kenapa Doni berfikir seperti itu? Karena setau Doni kalau mendaki ke gunung Arjuno itu kalau bisa jangan ganjil karena mitosnya akan mengundang bahaya, akhirnya Doni mempunyai inisiatif untuk mengajak satu temannya yang bernama Fiki untuk mengantarkan mereka dan tanpa keberatan Fiki setuju dengan ajakan Doni.

Sekarang mereka sudah genap 6 orang, setelah itu mereka berkumpul dan berunding untuk mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk pendakian nanti sekalian menentukan hari pemberangkatan.Setelah semuanya sudah beres maka ditetapkanlah hari pemberangkatan yaitu hari selasa.

Singkat cerita tibalah hari pemberangkatan itu, hari selasa siang mereka semua berkumpul di titik kumpul yang sudah di rencanakan, setelah sudah berkumpul tiba-tiba ada satu anggotanya yang menghubungi Doni dan memberitahukan secara tiba-tiba bahwa dia tidak bisa ikut serta dalam pendakian ini dengan alasan dia ada acara keluarga yang tidak bisa ditinggalkan.

Mendengar kabar itu Doni cemas karena sekarang jumlah mereka jadi ganji lagi, setelah berfikir akhirnya Doni memutuskan untuk tetap berangkat karena nanggung juga dengan peralatan yang sudah disiapkan dan siapa tau nanti di basecamp mereka bisa bertemu dengan pendaki lain dan bisa jalan bareng.

Siang itu mereka lekas mengendarai motornya masing-masing menuju ke basecamp gunung Arjuno via Tretes, sekitar pukul 2 siang mereka sampai di basecamp, sesampai disitu Doni mengurus ijin mendaki ke pos dan setelah ijin sudah didapatkan tanpa menunggu lama mereka memulai pendakian.

Perjalanan dimulai dengan sangat santai hingga sampai di pos 1 sekitar pukul setengah 3 sore, di pos 1 mereka istirahat sebentar untuk membeli minum di warung yang terdapat di pos 1. Sesampai di pos 1 belum ada kendala apapun, setelah cukup beristirahat perjalanan kembali dilanjutkan menuju ke pos 2.

Perjalanan dari pos 1 menuju ke pos 2 ini rata-rata memakan waktu 3-4 jam, mereka sampai di pos 2 tepat masuk waktu maghrib. Di pos 2 mereka break untuk menunggu habis waktu maghrib, di pos 2 itu Doni melihat salah satu anggotanya yang bernama Nanda sepertinya sudah kelelahan.
Setelah habis waktu maghrib Doni bertanya pada mereka,
“Ini gimana? Kita camp disini atau lanjut ke pos 3?”

Nanda yang memang fisiknya sudah lemah menjawab,
“Camp disini aja mas aku udah gak kuat soalnya”.

Sebenarnya niat Doni mengajak mereka untuk camp di Lembah kijang atau di pos 3, soalnya nanggung kalau harus camp di pos 2 mengingat jarak dari pos 2 ke puncak masih sangat jauh tapi, melihat keada’an Nanda yang sudah lemah akhirnya terpaksa mereka camp di pos 2.

“Yaudah kita camp disini, besok pagi-pagi kita lanjut jalan lagi”

Mereka mendirikan tenda di pos 2 setelah itu masak dan makan, setelah selesai makan Doni mengajak mereka untuk istirahat dan tidur karena mengingat besok mereka masih ada perjalanan yang cukup jauh.

Kurang lebih pukul 2 dini hari Doni bangun dan mengajak anggotanya untuk melanjutkan perjalanan.
Sambil menahan udara dingin perjalanan kembali dilanjutkan hingga sampai di pos 3 sekitar jam 6 pagi.
Di pos 3 mereka istirahat lumayan lama untuk menghangatkan tubuh yang pagi itu terasa sangat dingin, setelah cukup lama istirahat perjalanan kembali dilanjutkan sekitar pukul 7 pagi.

Berjalan santai, sesampai di area Lembah kijang mereka tidak berhenti untuk mengejar waktu. Karena salah satu anggotanya yang bernama Nanda ini fisiknya lemah jadi sebentar-sebentar dia meminta break di jalan dan mereka pun seringkali break untuk mengimbangi Nanda.

Singkat cerita, sesampainya mereka di area pasar setan disitu Nanda sudah mencapai batasnya, dia tidak kuat kalau harus melanjutkan perjalanan ke puncak.

“Mas aku udah gak kuat, kalian lanjut aja aku nungguin kalian disini”, ucap Nanda pada Doni.
“Jangan! Kalau berhenti satu kita berhenti semua kalau jalan kita jalan semua, puncak udah dekat paling 15 menit sampai”, jawab Doni memberi semangat pada Nanda.

Beberapa kali Doni membujuk Nanda tapi nanda tetap saja ingin berhenti disini yaa karena memang dia sudah tidak kuat lagi.
Doni mempunyai inisiatif, dia memita pada Fiki untuk mengantar anggotanya untuk melanjutkan perjalanan ke puncak sedangkan Doni ingin disini menemani Nanda tapi Nanda menolak untuk ditemani.

“Gpp mas aku sendirian aja, sampaeyan antar anak-anak ke puncak”
“Kamu berani disini sendiri?”, tanya Doni.
“Berani mas tenang aja, aman kok”.

Mengingat jarak dari pasar setan ke puncak itu tidak jauh akhirnya Doni membiarkan Nanda istirahat sendirian disitu, sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak dia memberi Nanda satu botol air minum dan beberapa cemilan sambil bilang,

“Ingat! Kamu duduk disini aja jangan pindah kemana-mana soalnya disini tempatnya angker, tunggu sampai kita balik turun”.

Dengan rasa sedikit cemas Doni dan yang lain berjalan ke puncak dan meninggalkan Nanda dengan keada’annya yang sangat kelelahan di pasar setan.

Singkat cerita, sekitar pukul 10 pagi Doni dan rombongannya sampai di puncak, mereka di puncak tidak terlalu lama, setelah berfoto-foto dan menikmati pemandangan alam Doni mengajak mereka untuk kembali turun karena dia khawatir dengan Nanda yang sedang sendirian di bawah.

Sesampainya kembali di area pasar setan mereka tersentak karena melihat Nanda tidak ada di tempat tadi dia istirahat.
Mereka mencari Nanda keliling pasar setan dan memanggil-manggil namanya tapi tidak ada respon sama sekali dari Nanda dan tidak menemukannya.

“Ini gimana, Nanda kok nggak ada? Apa mungkin dia sudah turun duluan?”, ucap Doni pada yang lain.
“Enggak mas, Nanda itu orangnya penakut gak mungkin dia berani turun sendiri”, jawab salah satu temannya.

Sudah setengah jam mereka mencari Nanda di area pasar setan tapi Nanda tidak juga ditemukan hingga akhirnya teman-temannya mengira kalau mungkin Nanda sudah turun duluan bareng rombongan lain. Doni tidak ingin berfikiran negatif mungkin saja benar apa yang dikatakan teman-temannya kalau Nanda memang sudah turun bareng rombongan lain.

Dengan perasa’an cemas mereka kembali berjalan turun dengan pelan sambil memanggil-manggil nama Nanda dan di perjalanan turun itu mereka tidak bertemu dengan rombongan pendaki lain ataupun Nanda hingga sampai di area Lembah kijang.
Sesampai di Lembah kijang Doni semakin cemas dengan Nanda yang tiba-tiba hilang begitu saja.

Mereka berhenti lumayan lama di area Lembah kijang, disitu Doni berfikir,
“Anak ini kemana ya udah dibilang jangan kemana-mana sampai aku balik eh malah ngilang”

Teman-teman yang lainnya makan-makan cemilan sambil memikirkan keberada’an Nanda tapi tidak dengan Doni, dia tidak ikut makan, dia bingung tidak karuan memikirkan keberada’an Nanda karena mengingat dia adalah ketua rombongan jadi dia bertanggung jawab atas keselamatan anggotanya.

“Aku harus bilang apa pada orang tuanya kalau sampai Nanda benar-benar hilang”, ucap Doni dalam hati.

Tidak lama setelah itu ditengah-tengah kebingungan ini dari arah hutan samar-samar mereka mendengar teriakan,

“Mas Doni.... Maass..”

Dan mereka melihat Nanda berjalan keluar dari hutan sambil memanggil-manggil nama Doni dan keluarnya Nanda dari Hutan itu tidak pada jalur pendakian melainkan jauh di sebelah kanan jalur pendakian.

Melihat itu Doni langsung berlari kearah Nanda dan memeluknya,

“Kamu ini dari mana aja Nda, aku nyariin kamu dari atas sampai sini gak ketemu lo”, ucap Doni pada Nanda.
“Aku nggak kemana-mana mas, aku tadi tidur disana”, jawab Nanda tanpa ada beban.
“Tapi tadi kita nyariin kamu muter-muter tapi gak ada lo”.

Doni memberinya minum dan meminta Nanda agar makan dulu, setelah kepanikan mereka sudah mereda Doni bertanya lebih lanjut pada Nanda,

“Nda, sebenarnya kamu tadi kemana kita udah nyariin kamu lama tapi gak ada”

Nanda menceritakan sedikit tentang apa yang dialaminya pada Doni.

Menurut Nanda dia tidak pergi kemana-mana, setelah ditinggal ke puncak itu dia tidur, tidak lama tidur dia dibangunkan oleh kakek-kakek dan kakek itu berucap,

“Le ndang mudun kari koncomu”
(Nak turunlah ditinggal teman-temanmu)

Setelah bangun itu Nanda melihat jam yang sudah menunjukan jam 11 siang, dia bergegas turun untuk menyusul teman-temannya yang kata kakek itu dia sudah ditinggal, sambil berjalan turun Nanda memanggil-manggil nama Doni hingga bertemu kembali disini.

Mendengar penjelasan itu Doni semakin bingung, kalau Nanda dibangunkan jam 11 siang harusnya dia bisa bertemu dengan Doni dan yang lain di pasar setan, sedangkan di jam 11 itu Doni dan yang lain masih sibuk mencari Nanda keliling pasar setan bahkan Doni dan yang lain turun dari pasar setan itu kira-kira pukul setengah 12 siang.

Doni berfikir, “Bisa jadi tadi Nanda ini disembunyikan makhluk gaib tapi Nanda tidak menyadarinya dan kakek-kakek yang membangunkan Nanda itu bukan manusia”.

Doni tidak bilang tentang apa yang ada dalam fikirannyua itu pada yang lain, mengingat kedatangan Nanda tadi dari arah hutan teman-teman yang lain memeriksa fisik Nanda karena takutnya dia terluka atau yang lain, setelah periksa syukurlah tidak ada luka apapun pada diri Nanda.

Doni merasa sangat lega karena akhirnya Nanda bisa ditemukan, kemudian dia mengajak rombongannya untuk melanjutkan perjalanan turun.

Berjalan turun... mereka sampai di pos 3 sekitar pukul 3 sore, sesampai disitu mereka istirahat di sebuah warung yang terdapat di pos 3 untuk membeli minuman, ketika mereka sedang menikmati minuman di warung tiba-tiba hujan turun hingga membuat mereka harus menunggunya sampai reda.

Setelah lama menunggu, sekitar pukul setengah 4 sore akhirnya hujan sedikit reda. Doni berinisiatif untuk mengajak mereka turun agar tidak terlalu malam nantinya tapi karena kondisi masih rintik-rintik hujan dia khawatir dengan keada’an anggotanya.

“Kalian mau ikut turun sekarang atau nunggu hujan reda?”, tanya Doni pada anggotanya.
“Kami tunggu hujan reda aja mas bareng rombongan lain”, jawab mereka.
“Yaudah aku sama Fiki turun duluan untuk masak biar nanti kalian bisa langsung makan”.

Niat Doni ingin turun terlebih dahulu karena dia ingin memasak makanan di pos 2 jadi nanti kalau mereka sudah sampai di pos 2 mereka bisa langsung makan disisi lain waktu itu di pos 3 banyak pendaki lain jadi mereka bisa turun bareng rombongan lain.

Doni dan Fiki pun berjalan turun terlebih dahulu, mereka berdua berjalan sedikit cepat dan sesekali berlari untuk mengejar waktu agar tidak kemalaman karena waktu itu mereka tidak membawa senter, semua senter ada di rombongan yang masih tinggal di pos 3.

Di perjalanan turun ke pos 2 ini ada kejadian aneh yang dialami oleh Doni dan Fiki.

Kalau estimasi perjalanan naik dari pos 2 ke pos 3 itu membutuhkan waktu sekitar 3-5 jam harusnya kalau turun estimasi perjalanannya hanya 1-3 jam atau setengah dari perjalanan naik tapi, waktu itu sudah 2 jam lebih mereka berdua berjalan mereka tidak kunjung sampai di pos 2 padahal mereka berdua turunya sudah ngebut harunsya tidak sampai 2 jam bereka sudah sampai di pos 2.

Disitu Doni mulai sadar bahwa jalan yang dilaluinya itu hanya berputar-putar di tempat yang sama, dia bilang ke Fiki,

“Fik, perasaan kita udah lewat jalan ini beberapa kali deh”
“Gak tau mas, aku gak perhatiin”, jawab Fiki.

Doni tidak ingin berfikir negatif dulu, mungkin itu hanya perasa’annya saja dan mereka tetap berjalan mengikuti jalur yang dilewatinya.

Cukup lama berjalan mereka tetap tidak kunjung sampai di pos 2 hingga akhirnya Doni menandai sebuah pohon, setelah pohon ini pasti belok ke kanan kemudian ke kiri, “Kalau nanti aku melihat pohon ini lagi berarti memang benar dari tadi kami memang berputar-putar”.

Mereka terus berjalan dan ternyata benar, Doni melihat lagi pohon yang ditandainya itu dengan rute yang sama, setelah pohon itu belok ke kanan kemudian ke kiri dan ini sudah ketiga kalinya Doni melewati pohon itu.

Doni sudah curiga kalau jalannya ini hanya berputar-putar tapi dia mencoba terus berjalan lagi siapa tau memang itu pohonnya sama dan ternyata mereka bertemu dengan pohon ini lagi dengan rute yang sama sampai lima kali.

Kelima kalinya Doni meminta Fiki untuk berhenti di pohon itu dan bilang,

“Fik, berhenti dulu”
“Kenapa mas?
“Aku dari tadi inget pohon ini udah kita lewati sampai 5 kali lo”

Fiki tidak menyadari kalau mereka sudah melewati pohon ini 5 kali.

Doni yang merasa lelah dan fikirannya kacau dia teriak-teriak kesal karena sudah dibuat seperti ini, perlahan Fiki menenangkan Doni,

“Mas udah mas sabar, kita jalan pelan-pelan aja”

Kemudian Doni mencoba menenangkan fikirannya, setelah sedikit tenang dia bilang ke Fiki,

“Fik coba kita dzikir sebentar”

Mereka berdua pun berdzikir membaca surat-surat pendek, setelah itu Doni bilang,

“Fik, aku pengen pulang”
“Sama mas, aku juga”

Lalu Doni berucap,
“Mbah kulo pengen mantok, kulo mpun pegel, kulo mpun pengen mantuk mbah”
(Mbah saya ingin pulang, saya sudah capek biarkan saya pulang mbah)

Mendengar Doni bekata seperti itu Fiki takut kemudian dia bertanya,
“Mas kenapa mas?”
“Gpp Fik, udah ayo kita lanjut jalan lagi pelan-pelan”, jawab Doni dengan lemas.

Dengan kondisi yang sudah sangat kelelahan pelan-pelan mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Kali ini jalan mereka tidak seperti tadi, yang tadinya mereka jalannya sedikit cepat sekarang sangat lambat sambil di perjalanan mereka berdzikir dan Doni sudah tidak lagi menandai pohon yang mereka lewati sampai 5 kali itu, mereka sudah pasrah dengan keada’an bagi Doni yang penting jalan saja sampai tidak sampai urusan belakang.

Cukup lama berjalan dari kejauhan mereka melihat ada beberapa cahaya dibawah, melihat itu Doni memberitahukan pada Fiki,

“Fik itu pos 2 Fik?”
“Iya mas, alhamdulillah”

Disitu mereka merasa senang karena seidaknya pos 2 sudah terlihat meskipun jaraknya masih lumayan jauh, kalau diwaktukan sekitar 20 menit untuk mencapai sana.

Merekapun bergegas menuju ke sumber cahaya itu, sesampai disana kira-kira waktu sudah menunjukan pukul 19.15, dan anehnya belum ada 10 menit setelah mereka sampai di pos 2 teman-teman yang tadi tinggal di pos 3 terlihat baru sampai di pos 2.

Melihat kedatangan mereka Doni heran, kok bisa sudah sampai disini? Cepet banget.
Kemudian Doni bertanya pada mereka,

“Kalian tadi turun dari pos 3 jam berapa?”
“Jam setengah 5an mas”, jawab salah satu dari mereka.

Mendengar jawaban itu Doni semakin heran, kok bisa secepat itu padahal tadi Doni berjalan dari pos 3 menuju ke pos 2 ini berjam-jam dari setengah 4 sore sampai jam 7 malam.

Tapi entahlah kejadian ini sudah diluar nalar dan Doni tidak ingin memikirkan soal ini lagi yang terpenting sekarang mereka sudah berkumpul lagi di pos 2.

Sesampai disitu mereka masak-masak dan makan, malam harinya mereka bertukar cerita tentang apa yang sudah mereka alami tapi tidak dengan Nanda, dia hanya diam tidak menceritakan apapun tentang hilangnya dia di pasar setan tadi, mungkin dia tidak ingin mengingat-ingat kejadian itu lagi. Doni bilang ke yang lain bahwasanya selama turun tadi dia hanya berputar-putar di satu tempat.

Singkat cerita, ke’esokan harinya mereka packing untuk persiapan turun, sebelum melanjutkan perjalanan turun Doni sempat mencari tempat untuk buang air kecil di dekat sumber air yang terdapat di pos 2 yang tempatnya sedikit menurun. Nah ketika sedang buang air kecil di semak-semak itu Doni mencium bau busuk yang menyengat tapi Doni menganggapnya mungkin itu adalah bau bangkai hewan yang sudah mati di dekat situ, setelah selesai dia kembali ke teman-temannya dan melanjutkan perjalanan turun.

Berjalan turun... ketika sampai di tempat Doni tadi mencium bau busuk tiba-tiba bau itu sudah tidak tercium lagi, Doni berfikir, “Ini apa lagi”.

Lalu Doni tanya ke teman-temannya apa mereka mencium bau busuk seperti yang tadi Doni cium ketika kencing tapi teman-temannya menjawab tidak ada yang menciumnya.

Kalau memang itu adalah bau bangkai hewan harusnya itu masih tercium dan lama tapi ini tiba-tiba hilang begitu saja. Doni mengabaikan semua itu dan terus berjalan turun.

Di perjalanan turun menuju ke pos 1 tepatnya ketika akan sampai di pos 1, dengan kondisi hutan yang cukup lebat ini Doni yang berjalan di paling belakang melihat ada sebuah penampakan kakek-kakek bungkuk yang sedang berjalan di dalam hutan seorang diri, Doni yang sudah tidak ingin lagi berurusan dengan hal-hal mistis pun mengabaikannya dan menganggap mungkin itu adalah warga setempat yang sedang mencari kayu karena kebetulan itu sudah dekat dengan pemukiman warga.

Singkat cerita sampailah mereka di pos 1, sesampai di pos 1 mereka mendengar kabar bahawa ada orang hilang di hutan tapi yang hilang itu bukan pendaki melainkan warga setempat.

Doni yang sudah tidak mau lama-lama disini bilang ke teman-temannya,

“Sudah sudah kita jangan ikut campur, kita langsung turun aja”.

Merekapun lanjut berjalan turun, sesampai di bascamp mereka istirahat dulu sambil cerita-cerita pengalamannya masing-masing dan ternyata dari setiap orang mempunyai pengalaman mistis tersendiri ketika berada di gunung itu.

Ini adalah pendakian termistis yang pernah dialami Doni selama dia mendaki ke beberapa gunung lain dan di pendakian ini Doni benar-benar percaya kalau ternyata gunung Arjuno memamang menyimpan kisah angker di setiap areanya.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah yang dialami Doni ini adalah dalam konsisi apapun jangan sampai kita meninggalakan teman kita ketika di gunung karena kita tidak akan tau apa yang akan terjadi ketika berada di gunung apalagi gunung Arjuno yang dikenal angker dan jangan menyepelehkan gunung karena bisa saja kalau kita menyepelehkan gunung, gunung juga akan menyepelehkan kita.

~~~SELESAI~~~
close