Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Perjalanan Panjang Salman Al-Farizi Menjemput Islam

Awal Kehidupan Al-Farizi

KompasNusantara - Salman Al-Farisi adalah orang Persia, tepatnya dari Asfahan di desa yang bernama Jayyu. Ayahnya seorang tokoh di desa tersebut dan Salman adalah orang yang paling dicintainya.

Ayahnya sangat mencintainnya hingga ia dipingit di rumahnya seperti anak gadis dipingit di rumah. Salman serius memeluk agama Majusi hingga ia menjadi penjaga api yang harus menyala terus dan tidak boleh padam sesaat pun.

Ayah Salman mempunyai ladang yang sangat luas. Pada suatu hari, ayahnya disibukan dengan bangunan hingga ia tidak mempunyai waktu mengurusi ladangnya. Oleh karena itu ia meminta Salman pergi ke ladang. Ia memerintahkan Salman beberapa hal yang harus dikerjakan.

Kemudian ayahnya berkata kepada Salman, “Jangan terlambat pulang kepadaku, sebab jika engkau terlambat pulang kepadaku, engkau lebih berarti bagiku daripada ladangku dan engkau membuatku lupa segala urusan yang ada.”

Kemudian Salman pergi ke ladang seperti yang diperintahkan ayahnya. Dalam perjalanan ke ladang, ia melewati sebuah gereja milik orang-orang Nashrani dan ia mendengar suara-suara mereka sedang mengerjakan ibadat di dalamnya.

Salman tidak tahu banyak persoalan manusia, karena ia dipingit ayahnya di rumah. Ketika ia mendengar suara tersebut, ia masuk kepada mereka untuk melihat dari dekat apa yang mereka kerjakan di dalamnya. Ketika Salman melihat, ia kagum dengan ibadah mereka dan tertarik kepada aktivitas mereka.

Ia berkata, “Demi Allah, agama orang-orang ini lebih baik daripada agamaku.”

Salman tidak meninggalkan gereja itu hingga matahari terbenam dan ia batal pergi ke ladang ayahnya.

Ia berkata kepada orang-orang Nashrani, “Agama ini berasal dari mana?”

Mereka menjawab, “Dari Syam.”

Setelah itu, Salman pulang dan ternyata ayahnya mencarinya dan membuatnya tidak mengerjakan pekerjaannya. Ketika Salman kembali, ayahnya berkata, “Anakku, dari mana saja engkau? Bukankah engkau telah membuat perjanjian denganku?”

Salman berkata, “Ayah, aku tadi berjalan melewati orang-orang yang sedang beribadah di gereja, kemudia aku kagum pada agama mereka. Demi Allah, aku berada di tempat mereka hinga matahari terbenam.”

Ayahnya berkata, “Anakku, tidak ada kebaikan pada agama tersebut. Agamamu dan agama nenek moyang lebih baik dari agama tersebut.”

Salman berkata, “Tidak. Demi Allah agama tersebut lebih baik daripada agama kita.”

Setelah kejadian tersebut, ayahnya mengkhawatirkan Salman. Ia mengikat kaki Salman dan memingitnya di rumah.

Salman mengutus seseorang kepada orang-orang Nashrani dan ia katakan mereka, “Jika ada rombongan dari Syam datang kepada kalian, maka beri kabar aku tentang mereka.”

Tidak lama setelah itu, datanglah pedagang-pedagang Nashrani dari Syam, kemudian mereka menghubungi Salman. Salman berkata kepada mereka, “Jika mereka telah selesai memenuhi kebutuhannya, dan hendak pulang ke negeri mereka, maka beri izin aku untuk bisa ikut mereka.”

Kabur Ke Syam

Ketika para pedagang Nasrani hendak kembali ke negerinya, orang-orang Nasrani memberitahu Salman informasi tentang mereka. Kemudian Salman melepaskan rantai dari kakinya dan pergi bersama mereka hingga tiba di Syam.

Setelah tiba di Syam, Salman bertanya kepada orang di sana, “Siapakah pemeluk agama Nasrani yang paling banyak ilmunya?”

Mereka menjawab, “Uskup di gereja.”

Kemudian Salman datang kepada uskup tersebut dan berkata kepadanya, “Aku amat tertarik kepada agama ini. Jadi aku ingin sekali bisa bersamamu, dan melayanimu di gejera agar bisa belajar darimu dan beribadah bersamamu.”

Uskup itu berkata, “Masuklah!”

Salman pun masuk ke dalam gereja mulai saat itu ia menjadi pembantunya. Masa terus berlalu, hingga ia mengetahui bahwa orang tersebut sebenarnya adalah orang yang buruk. Ia pernah menyuruh para pengikutnya untuk membayar sedekah dan menjanjikan kepada mereka pahala yang akan mereka dapat jika mereka membayar sedekah tersebut di jalan Allah. Uskup tadi malah menyimpan uang tersebut untuk dirinya sendiri dan tidak pernah diberikan kepada kaum fakir dan miskin sedikitpun juga. Sehingga ia berhasil mengumpulkan 7 bejana besar emas.

Salman menjadi benci sekali dan marah atas tindakannya tersebut. Tidak lama kemudian uskup tersebut mati dan orang-orang Nashrani berkumpul untuk menguburnya.

Salman berkata kepada mereka: “Sahabat kalian ini adalah orang yang jahat. Ia pernah memerintahkan kalian untuk membayar sedekah dan menjanjikan kepada kalian pahala yang akan diterima. Begitu kalian membayarkannya, ia malah menyimpannya untuk kepentingan dirinya sendiri. Ia tidak memberikannya kepada kaum miskin sedikitpun dari harta tersebut.”

Mereka bertanya: “Dari mana engkau tahu hal tersebut?”

Salman jawab: “Aku akan menunjukkan kalian tempat penyimpanannya!”

Mereka berkata: “Ya, tunjukkanlah kepada kami!”

Maka Salman tunjukkan kepada mereka tempat penyimpanannya dan dari tempat tersebut mereka mengeluarkan 7 bejana besar yang dipenuhi dengan emas dan perak. Begitu mereka melihatnya mereka berkata: “Demi Allah, kami tidak akan menguburkannya!” Lalu mereka menyalibnya dan melemparnya dengan batu.

Tidak lama setelah itu, mereka mengangkat seseorang untuk menggantikan posisi uskup yang meninggal tersebut. Maka Salman pun menjadi pendamping dan pembantunya.

Salman Bersama Uskup Yang Shalih

Salman tidak pernah melihat seorangpun yang lebih zuhud dari uskup pengganti tersebut. Tidak ada seorangpun yang mengalahkannya dalam urusan akhirat. Tidak ada yang melewatinya dalam masalah ibadah sepanjang malam dan siang. Salman amat mencintainya.

Salma tinggal bersamanya untuk beberapa lama. Saat ia menjelang ajal, Salman bertanya kepadanya: “Ya fulan, kepada siapa kau akan mewasiatkan aku. Berilah nasehat kepadaku akan orang yang perlu aku ikuti setelah kau tiada?”

Ia menjawab: “Anakku, Aku tidak mengenal orang yang kau cari kecuali ada seorang yang tinggal di Mosul. Dia adalah orang yang tidak pernah membuat-buat dan tidak pernah mengganti agama. Maka carilah ia!”

Begitu uskup tersebut meninggal, maka Salman mencari orang yang berada di Mosul tadi. Begitu Salman berjumpa dengannya, ia menceritakan kisahnya kepadanya.

Salman katakan: “Si fulan berwasiat kepadaku menjelang wafatnya bahwa aku disuruh mencarimu. Ia mengatakan bahwa engkau adalah orang yang berpegang teguh dengan kebenaran.”

Ia menjawab, “Tinggallah bersamaku!”

Salman pun tinggal bersamanya dan ia mengenalnya sebagai sosok yang selalu benar. Namun tidak lama kemudian, ajalnya tiba.

Salman pun berkata kepadanya, “Ya fulan, engkau mengetahui bahwa ketentuan Allah akan berlaku pada dirimu dan engkau mengetahui kondisi diriku. Kepada siapa kau mewasiatkan aku? Siapakah yang harus aku ikuti nanti?”

Ia menjawab: “Wahai anakku, Demi Allah aku tidak mengetahui manusia yang beragama seperti kita ini kecuali ada seseorang di Nashibin. Dia adalah fulan, maka carilah dia!”

Begitu ia dikuburkan, Salman pergi mencari orang yang tinggal di Nashibin tersebut. Kepadanya Salman ceritakan kisahnya dan apa yang diperintahkan sahabatnya tadi kepadanya.

Lalu ia berkata: “Tinggalah bersama kami!”

Maka Salman pun tinggal bersamanya. Dia adalah orang baik seperti kedua sahabatnya tadi. Demi Allah, kematian akhirnya berlaku juga pada dirinya. Begitu ajalnya tiba, Salman bertanya kepadanya, “Engkau tahu bagaimana kondisiku. Kepada siapa engkau hendak mewasiatkan aku?”

Ia menjawab: “Hai Anakku, Demi Allah aku tidak mengetahui manusia yang beragama seperti kita ini kecuali ada seseorang di Amuriyah. Dia adalah fulan, maka carilah dia!”

Salman pun mencarinya dan ia ceritakan padanya kisahnya. Ia pun berkata, “Tinggallah bersamaku!”

Salman pun tinggal bersama seorang pria yang demi Allah menganut agama yang sama dengan para sahabatnya tadi. Selama Salman tinggal bersamanya ia berhasil memiliki banyak sapi dan kambing.

Kemudian ia pun wafat menyusul para sahabatnya. Begitu ajal tiba, Salman bertanya kepadanya, “Engkau tahu kondisiku, lalu kepada siapa kau mewasiatkan aku? Apa yang ingin aku perbuat?”

Ia menjawab, “Anakku, Demi Allah aku tidak mengetahui adanya seseorang yang masih menganut agama yang kita ikuti. Akan tetapi sebentar lagi akan muncul di tanah Arab seorang Nabi yang di utus dengan membawa agama Ibrahim. Kemudian ia berhijrah dari negerinya ke sebuah negeri yang memiliki banyak pohon kurma di antara dua buah lembah berbatu. Dia memiliki tanda-tanda yang jelas. Ia menerima hadiah dan menolak sedekah. Di antara kedua pundaknya terdapat tanda kenabian. Jika kau mampu datang ke negeri tersebut, maka lakukanlah!”

Tidak lama setelah itu, ajal menjemputnya. Setelah ia wafat, Salman masih tinggal di Amuriyah beberapa lama.

Pergi Ke Lembah Al-Qura Sampai Tiba Di Madinah

Setelah Salman beberapa lama tinggal di Amuriyah, sekelompok pedagang Arab dari kabilah Kalb datang. Salman berkata kepada mereka: “Jika kau membawaku ke tanah Arab, maka aku akan memberikan semua sapi dan kambingku ini!”

Mereka menjawab: “Baik, kami akan membawamu!”

Maka aku berikan semua hewan ternakku kepada mereka, dan mereka membawaku hingga kami tiba di lembah Al-Qura (Sebuah lembah yang terletak antara Madinah dan Syam, namun lebih dekat ke Madinah). Sesampai di sana mereka mengkhianati Salman dan menjualnya kepada seorang Yahudi. Maka Salman pun menjadi pembantunya.

Tidak lama kemudian ada sepupu majikan Salman dari Bani Quraidzah yang mengunjunginya dan ia pun membeli Salman dari majikannya. Ia membawa Salman ke Yatsrib, dan Salman melihat di sana pepohonan kurma seperti yang diceritakan oleh sahabatnya di Amuriyah. Salman tersadar bahwa ini adalah Madinah yang ia gambarkan itu.

Lalu Salman pun tinggal di sana bersamanya. Saat itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang berdakwah kepada kaumnya di Mekkah. Akan tetapi Salman tidak pernah mengetahui kabar beliau karena ia sibuk dengan tugasnya sebagai seorang budak.

Sesudah lama berselang maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berhijrah ke Yatsrib. Saat itu Salman sedang berada di atas pohon kurma tuanku sambil mengerjakan beberapa tugas. Majikannya saat itu sedang duduk di bawahnya ketika seorang sepupunya datang sambil mengatakan: “Semoga Allah membinasakan Bani Qailah. Demi Allah, mereka kini sedang berkumpul di Quba untuk menyambut seorang pria yang datang dari mereka dan mengaku sebagai Nabi.

Begitu Salmam mendengar apa yang diucapkannya, maka ia seperti langsung demam dan ia menjadi terguncang. Sehingga ia khawatir akan jatuh menimpa majikannya. Ia segera turun dari pohon kurma, dan berkata kepada pria tadi, “Apa yang kau ucapkan? Ceritakan kembali berita tadi kepadaku!”

Maka majikannya langsung emosi dan meninjunya dengan begitu keras. Ia berkata kepada Salman “Apa urusanmu dengan berita ini? Kembalilah lagi untuk meneruskan pekerjaanmu!”

Salman Mempelajari Risalah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

Begitu hari menjelang petang. Salman mengambil beberapa kurma yang ia kumpulkan dan ia bawa ke tempat Rasulullah menginap.

Salman masuk menghadapnya dan berkata, “Aku mendengar bahwa engkau adalah orang yang shalih, dan kau membawa para sahabat yang membutuhkan bantuan. Ini adalah sedikit barang yang dapat aku sedekahkan. Menurutku kalian lebih pantas untuk menerima ini dari lainnya.”

Kemudian Salman mendekat ke arah Beliau. Beliau lalu bersabda kepada para sahabatnya, “Makanlah oleh kalian!”

Rasulullah tidak menggerakkan tangannya dan memakan kurma bawaan Salmab. Salman berkata dalam hati, “Inilah sebuah tandanya!”

Kemudian Salman kembali ke rumah dan ia kumpulkan beberapa buah kurma. Begitu Rasulullah berangkat dari Quba menuju Madinah aku menghampiri Beliau sambil berkata, “Aku perhatikan bahwa engkau tidak makan harta sedekah dan ini adalah hadiah yang aku bawakan buatmu.”

Lalu Beliau memakannya dan menyuruh para sahabatnya untuk makan bersama Beliau. Lalu Salman berkata dalam diri, “Inilah tanda yang kedua!”

Lalu Salman mendatangi Rasulullah yang saat itu sedang berada di Baqi Al Gharqad untuk menguburkan para sahabatnya. Ia dapati Beliau sedang duduk dengan memakai dua buah kain kasar.

Salman memberikan salam kepadanya, kemudian ia berputar untuk melihat punggung Beliau. Dan benar, aku melihat tanda seperti yang diceritakan oleh sahabatku yang berada di Amuriyah.

Begitu Rasulullah melihat Salman sedang memperhatikan punggungnya, Beliau mengetahui maksud Salman. Kemudian Beliau melepaskan selendang dari punggungnya. Maka Salman memperhatikan dan ia melihat tanda itu.

Salman semakin yakin dan ia pun langsung tersungkur, mencium tangannya dan menangis. Maka Rasulullah bertanya kepada Salman, “Apakah ceritamu ini?”

Salman pun menceritakan kisahnya kepadanya dan Beliau merasa kagum mendengarnya. Beliau kemudian berkeinginan agar para sahabatnya juga mendengar kisah Salman ini. Maka ia pun menceritakan kepada mereka. Mereka begitu kagum mendengarnya. Mereka semua menjadi begitu bahagia.

Salman Membeli Kemerdekaannya Dengan Bantuan Rasulullah SAW

Rasulullah saw. bersabda kepada Salman, “Bebaskan dirimu dengan membayar sejumlah uang, hai Salman!”

Kemudian Salman membebaskan dirinya dari tuannya dengan membayar 300 pohon kurma yang ia tanam untuknya dan emas 40 ons.

Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabat, “Bantulah saudara kalian ini!”

Para sahabat pun memberi bantuan pohon kurma kepada Salman. Ada sahabat yang memberi 30, 20, 15, dan 10 anak pohon kurma. Setiap sahabat membantu sesuai dengan kemampuannya, hingga akhirnya terkumpul 300 anak pohon kurma.

Rasulullah saw. bersabda kepada Salman, “Pergilah hai Salman, dan galilah lubang untuk anak-anak pohon kurma ini. Jika engkau telah selesai menggalinya, datanglah kepadaku agar tanganku sendiri yang meletakkan anak pohon kurma ini ke dalamnya.”

Kemudian Salman menggali lubang untuk anak-anak pohon kurma tersebut dengan dibantu sahabat-sahabatnya. Ketika telah selesai, ia menghadap Rasulullah saw. dan melaporkannya.

Kemudian Rasulullah saw. pergi bersama Salman ke lubang-lubang tersebut. Salman berikan anak pohon kurma kepada Rasulullah saw. dan diletakkannya ke dalam lubang dengan tangannya sendiri hingga proses penanaman selesai.

Salman berkata, “Demi Allah, tidak ada satupun anak pohon kurma yang mati.” Kemudian Salman pelihara pohon-pohon kurma tersebut hingga ia mempunyai sedikit harta.

Tidak lama setelah itu, Rasulullah saw. datang dengan membawa emas sebesar telur ayam dari salah satu lokasi pertambangan. Salman dipanggil Rasulullahsaw. Beliau bersabda, “Ambil emas ini, dan bayarlah hutangmu dengannya, wahai Salman.”

Salman berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa menutup hutangku?”

Beliau bersabda, “Ambillah emas ini, karena Allah akan menutup hutangmu dengannya.”

Salman ambil emas tersebut kemudian menimbangnya. Ia berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman Tangan-Nya, ternyata berat emas tersebut adalah 40 ons.”

Kemudian Salman membayar hutangnya pada tuannya dengan emas tersebut. Setelah itu ia menjadi orang yang merdeka. Ia bisa ikut Perang Khandaq bersama Rasulullah saw. sebagai orang merdeka dan sesudahnya ia tidak pernah melewatkan satu perang pun.
Wallahu a’lam.

Referensi:
1. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
2. Kisah Heroik 65 Orang Shahabat Rasulullah SAW karya Dr. Abdurrahman Ra’fat al-Basya
close