Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Tentang Bapak, Anak Dan Keledai


KompasNusantara - Kisah ini menceritakan tentang seorang lelaki tua bersama anaknya yang masih kecil yang baru saja membeli seekor keledai. Binatang ini mirip dengan kuda, hanya saja bentuknya lebih kecil dari kuda.

Setelah lelaki itu selesai membeli keledai, lalu dia bersama anaknya segera membawa pulang ke rumahnya. Sang bapak menaiki keledai itu, sementara anaknya berjalan kaki sambil menuntun keledainya dari samping menyusuri jalan kampung yang ramai dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Namun baru beberapa langkah keledai itu berjalan, ada seseorang yang berkata : Betapa teganya orang tua ini. Dia naik keledai sementara anaknya yang masih kecil dibiarkan berjalan kaki.

Setelah mendengar ucapan itu, sang bapak turun kemudian meminta anaknya menaiki keledai itu, sementara sang bapak berjalan sambil menuntun keledai tersebut. Sesampainya di kampung lain ada yang berkata lagi : “Alangkah tidak sopannya anak ini, dia enak-enakan naik keledai, sementara ayahnya hanya berjalan kaki.”

Karena ada ucapan seperti itu, maka sang bapak berkata kepada anaknya : “Turunlah nak, kita berdua berjalan kaki saja“. Kemudian mereka berdua berjalan kaki sambil sang bapak menuntun keledainya. Namun ketika mereka melewati kampung yang lain, ada orang yang berkata lagi : “Mengapa kalian berdua tidak memanfaatkan keledai itu, untuk apa kalian berjalan kaki jika ada keledai yang bisa kalian naiki.”

Sang bapak kemudian menghentikan keledainya setelah mendengar perkataan orang itu dan berkata kepada anaknya : ”Apa yang telah kita lakukan salah lagi kita nak. Ya sudah, kita naiki saja berdua“. Kemudian mereka berdua menaiki keledai itu bersama-sama, namun sesampainya di kampung yang lain, tetap saja ada orang yang protes dan berkata : “Kasihan, keledai sekecil itu dinaiki oleh dua orang.”

Sang bapak berkata lagi kepada anaknya : “Kita dikatakan salah lagi nak. Kalau begitu harus kita apakan keledai ini?”. Sang bapak kemudian berkata lagi : “Sudahlah nak, apapun yang akan kita lakukan pasti akan tetap salah menurut mereka. Sekarang kita pikul saja keledai ini dan biarkan nanti kalau ada orang yang mau berkata apa, terserah dan jangan kita dengarkan lagi“. Akhirnya mereka seperti orang gila, karena keledainya mereka pikul bersama.

Pesan hikmah dari kisah ini:

1. Belajar Sabar

Sesungguhnya kita tidak terlepas dari pembicaraan orang. Apapun yang kita lakukan walau itu benar mungkin saja dianggap salah. Tak akan ada habisnya jika kita memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap apa yang kita lakukan karena orang lain akan selalu menemukan celah untuk dijadikan bahan pembicaraan.

Dalam hidup ini kadangkala ada orang yang tidak senang atau tidak suka dengan kita. Ketidaksukaan itu seringkali ditunjukkan dengan mengejek dan menghina. Seorang muslim harus sabar agar tidak menuruti keburukan mereka dengan membalas kemarahan yang berlebihan.

"Maka sabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Rabb-Mu sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam, dan bertasbihlah (pula) pada waktu tengah malam dan diujung siang hari, agar engkau merasa tenang" (QS. Thaha : 130).

2. Belajar Istiqamah

Dari kisah ini pula kita belajar tentang istiqamah (memiliki pendirian yang kuat dalam memegang prinsip kebenaran), karena dengannya seorang muslim tidak dilanda perasaan takut untuk membuktikan nilai kebenaran dan tidak berduka cita bila mengalami resiko yang tidak menyenangkan.

3. Belajar Ikhlas

Yakni setiap melakukan amal kebajikan baik perkataan maupun perbuatan ditujukan hanya kepada Allah semata. Jika kita memiliki jiwa yang ikhlas kita tidak dibelenggu oleh pengharapan akan pujian dan penghargaan juga tidak takut apabila menuai celaan dan cemoohan. 

4. Belajar Tawakal

Seorang muslim haruslah memegang prinsip kebenaran dan menyerahkan segalanya hanya kepada Allah. Hal ini telah ditekankan oleh Allah kepada Nabi Muhammad seperti dalam firmannya:

"Wahai Nabi! Bertakwalah kepada Allah dan janganlah engkau menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana, dan ikutilah apa yang diwahyukan Rabb-Mu kepadamu. Sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan, dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pemelihara." (Al- Ahzab : 1-3).

Demikianlah semoga renungan kisah hikmah ini bermanfaat.
close