Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SEJARAH HAJAR ASWAD


Sebagian besar umat Islam, terlebih khusus jamaah haji/umrah, mengenal dengan baik batu hitam (Hajar Aswad) yang terletak di sudut Yamani, Ka'bah. Beberap di antaranya, bahkan pernah mencium Hajar Aswad tersebut. Batu yang memiliki nilai sejarah dalam perkembangan Islam, sejak zaman Nabi Ibrahim عليه السلام hingga masa Rasulullah ﷺ.

Pada awalnya, Allah ﷻmemerintahkan Nabi Ibrahim عليه السلام untuk membangun Ka'bah (QS Al-Baqarah [2]: 125-128). Ka'bah adalah tempat ibadah pertama yang dibangun di dunia (QS Ali Imran [3]: 96-97). Sebagaimana disebutkan dalam kitabnya Qishash al-Anbiyaa' (kisah para Nabi dan Rasul), Ibnu Katsir رحمه الله‎ menjelaskan, saat pembangunan Ka'bah hampir selesai, dan masih terdapat satu ruang kosong untuk menutupi temboknya, Ibrahim عليه السلام berkata kepada anaknya, Ismail عليه السلام, untuk mencari batu, agar ruang kosong itu bisa segera tertutupi.

''Pergilah engkau mencari sebuah batu yang bagus untuk aku letakkan di salah satu sudut Ka'bah sebagai penanda bagi manusia.''

Ismail عليه السلام pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril عليه السلام datang pada Ismail عليه السلام dan memberinya sebuah batu hitam (Hajar Aswad) yang paling bagus. Dengan senang hati Beliau عليه السلام menerima batu itu dan segera membawa batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Nabi Ibrahim عليه السلام pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.

Kemudian Ibrahim عليه السلام bertanya pada putranya, ''Dari mana kamu peroleh batu ini?'' Ismail عليه السلام menjawab, ''Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu.'' Ibrahim عليه السلام mencium batu itu lagi dan diikuti juga oleh Ismail عليه السلام. Begitulah, sampai saat ini banyak yang berharap bisa mencium batu yang dinamai Hajar Aswad itu.

Dalam buku Ibnu Katsir رحمه الله‎ disebutkan, ketika Ibrahim عليه السلام memerintahkan Ismail عليه السلام untuk mencari batu tersebut, Ismail عليه السلام merasa sangat letih. ''Wahai ayah, aku merasa malas dan capek.'' Ibrahim عليه السلام berkata, ''Biar aku saja yang mencari.'' Lalu Beliau عليه السلام pergi dan bertemu dengan Jibril عليه السلام yang membawakan batu hitam dari India. Sebelumnya, batu itu putih bak permata. Adam عليه السلام membawanya ketika ia turun dari surga. Batu tersebut berubah menjadi hitam karena dosa-dosa manusia. Lalu, Ismail عليه السلام datang dengan membawa sebuah batu, namun Beliau عليه السلام telah melihat batu di salah satu sisi Ka'bah.

Ismail عليه السلام berkata, ''Wahai ayahku, siapakah yang membawa batu ini.'' Ibrahim عليه السلام menjawab, ''Yang membawa adalah yang lebih giat darimu.'' Lalu keduanya melanjutkan pembangunan Ka'bah sambil berdoa, ''Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'' (QS Al-Baqarah [2]: 127)

Sebagaimana diterangkan dalam sejumlah hadis yang diriwayatkan berbagai perawi yang terpercaya, Hajar Aswad adalah sebuah batu mulia yang berasal dari surga. Dahulu saat pertama kali diturunkan batu itu berwarna putih bagaikan susu/salju. Namun karena dosa-dosa manusia hingga ia menjadi hitam (aswad).

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
« نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ »

Dari Ibnu ‘Abbas رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, Ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”. ( HR. Tirmidzi no. 877)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ
« الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَكَانَ أَشَدَّ بَيَاضاً مِنَ الثَّلْجِ حَتَّى سَوَّدَتْهُ خَطَايَا أَهْلِ الشِّرْكِ.

Dari Ibnu ‘Abbas رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, Ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Hajar aswad adalah batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.”
(HR. Ahmad 1: 307)

Keadaan batu mulia ini di hari kiamat sebagaimana dikisahkan dalam hadits,

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْحَجَرِ
« وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ يَشْهَدُ عَلَى مَنِ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ »

Dari Ibnu ‘Abbas رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, Ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda mengenai hajar Aswad,
“Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan
akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.” (HR. Tirmidzi no. 961, Ibnu Majah no. 2944 dan Ahmad 1: 247)

Semoga bermanfaat

Kitabnya Qishash al-Anbiyaa' Ibnu Katsir رحمه الله
close