Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Karomah Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq Yang Tidak Diketahui Banyak Orang


Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq adalah salah satu orang yang awal memeluk Islam dan khalifah pertama sepeninggal Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq radhiallhu'anhu adalah sahabat yang paling dicintai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Nabi memuji Abu Bakar karena pengorbanannya yang begitu besar terhadap dakwah Islam. Bahkan Rasulullah pernah bersabda: "Sesungguhnya aku tidak tahu sampai kapan aku akan hidup bersama kalian, oleh karena itu teladanilah dua orang sepeninggalku (sambil menunjuk Abu Bakar dan Umar bin Khattab)". (Hadis Jami' At-Tirmidzi No. 3596)

Sayyidina Abu Bakar bernama lengkap 'Abdullah bin Abu Quhafah. Beliau lahir pada tahun 573 M dan salah satu orang yang awal memeluk Islam dan khalifah pertama sepeninggal Nabi. Berikut karomah beliau yang jarang diketahui banyak orang.

'Abdurrahman bin Abu Bakar radhiallahu'anhu menceritakan bahwa ayahnya datang bersama tiga orang tamu hendak pergi makan malam bersama Rasulullah . Kemudian mereka datang setelah lewat malam. Istri Abu Bakar bertanya, "Apa yang bisa engkau suguhkan untuk tamumu?" Abu Bakar balik bertanya, "Apa yang kamu miliki untuk menjamu makan malam mereka?"

Sang istri menjawab, "Aku telah bersiap-siap menunggu engkau datang." Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan bisa menjamu mereka selamanya." Abu Bakar mempersilakan para tamunya makan. Salah seorang tamunya berujar, "Demi Allah, setiap kami mengambil sesuap makanan, makanan itu menjadi bertambah banyak. Kami merasa kenyang, tetapi makanan itu justru menjadi lebih banyak dari sebelumnya."

Sayyidina Abu Bakar melihat makanan itu tetap seperti semula, bahkan jadi lebih banyak, lalu beliau bertanya kepada istrinya, "Hai ukhti Bani Firas, apa yang terjadi?" Sang istri menjawab, "Mataku tidak salah melihat, makanan ini menjadi tiga kali lebih banyak dari sebelumnya." Abu Bakar menyantap makanan itu, lalu berkata, "Ini pasti ulah setan."
Akhirnya Abu Bakar membawa makanan itu kepada Rasulullah dan meletakkannya di hadapan beliau. Ketika itu sedang ada pertemuan antara kaum muslimin dan satu kaum. Mereka dibagi menjadi 12 kelompok, hanya Allah Yang Maha Tahu berapa jumlah keseluruhan hadirin. Beliau menyuruh mereka menikmati makanan itu, dan mereka semua menikmati makanan yang dibawa Abu Bakar. (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Kisah berikutnya, 'Aisyah RA bercerita, ayahku ( Abu Bakar Shiddiq ) memberiku 20 wasaq kurma (1 wasaq setara 60 gantang) dari hasil kebunnya. Menjelang wafat, beliau berwasiat, "Demi Allah, wahai putriku, tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai ketika aku kaya selain engkau, dan lebih aku muliakan ketika miskin selain engkau. Aku hanya bisa mewariskan 20 wasaq kurma, dan jika lebih, itu menjadi milikmu. Namun, pada hari ini, itu adalah harta warisan untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu, maka bagilah sesuai aturan Al-Qur'an.

Lalu aku berkata, "Ayah, demi Allah, beberapapun jumlah harta itu, aku akan memberikannya untuk Asma, dan untuk siapa lagi ya?" Abu Bakar menjawab, "Untuk anak perempuan yang akan lahir." (Hadits dari Urwah bin Zubair).

Menurut Tajuddin Al-Subki, kisah di atas menjelaskan bahwa Abu Bakar memiliki dua karamah. Pertama, mengetahui hari kematiannya ketika sakit, seperti diungkapkan dalam perkataannya, "Pada hari ini, itu adalah harta warisan." Kedua, mengetahui bahwa anaknya yang akan lahir adalah perempuan. Abu Bakar mengungkapkan rahasia tersebut untuk meminta kebaikan hari Sayyidah Aisyah agar memberikan apa yang telah diwariskan kepadanya kepada saudara-saudaranya. Kemudian, memberitahukan kepadanya tentang ketentuan-ketentuan ukuran yang tepat. Memberitahukan bahwa harta tersebut adalah harta warisan dan bahwa ia memiliki dua saudara perempuan dan dua saudara laki-laki.

Indikasi yang menunjukkan bahwa Abu Bakar meminta kebaikan hati Aisyah adalah ucapannya yang menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang ia cintai ketika ia kaya selain Aisyah (putrinya). Adapun ucapannya yang menyatakan bahwa warisan itu untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu menunjukkan bahwa mereka bukan orang asing atau kerabat jauh.

Karamah lainnya, Imam Fakhrurrazi dalam tafsir Ar-Razi dan tafsir An-Naisaburi menceritakan karamah Abu Bakar saat pemakaman beliau. Ketika jenazahnya dipikul menuju pintu makam Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu jasad mulia Abu Bakar mengucapkan salam, "Assalamu 'alaika ya Rasulallah ", ini adalah jenazah Abu Bakar, telah ada di depan pintu. Tiba-tiba pintu makam Nabi terbuka dengan sendirinya dan terdengar 'hatif' (panggilan tanpa rupa) dari arah makam, "Masuklah sang kekasih menuju sang kekasih.".

Demikianlah karomah Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq yang dilansir dari berbagai sumber. Al-Syibli mengutip pendapat Syeikh Abu Hasan yang mengemukakan bahwa karomah berfaedah untuk memperkuat keyakinan kepada ilmu, kekuasaan, kehendak dan sifat-sifat azali Allah yang menyatu seakan-akan satu sifat yang menyatu dalam Zat Yang Maha Esa. Tidaklah sama antara orang yang mengenal Allah Ta'ala melalui mata hatinya dengan orang yang mengenal Allah Ta'ala melalui akalnya.

Semoga bermanfaat

Sampaikanlah ilmu ini kepada orang lain. Semoga mempermudah urusanmu di Dunia Akhirat dan Memberatkan timbangan Amal baikmu di Yaumul Mizan.

Riwayat dari Rasulullulah saw. mengatakan:

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).

Kita menghindari kesia-siaan. Penting untuk menyampaikan kebaikan, namun tidak kalah pentingnya juga untuk memperhatikan cara yang baik dalam menyampaikan kebaikan. Kebaikan harus tersampaikan dengan baik, agar pesannya tidak hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan.

Wallahu a’lam bis-shawab.


close