Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KAROMAH SYEKH ABDUL QODIR JAILANI KETIKA JADI GELANDANGAN


KompasNusantara - Syekh Abdul Qodir Al Jaelani رحمه الله‎ pernah mengalami musim paceklik di Baghdad. Saat itu ulama yang menganut madzhab Imam Ahmad ini sampai memakan sisa-sisa makanan di tempat sampah. Dalam keadaan yang sangat lapar Beliau رحمه الله‎ keluar untuk mencari makanan. Namun setiap sampai ke tempat sampah, selalu ada orang lain yang mendahuluinya.

Jika Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎ melihat orang-orang fakir berebut di tempat sampah, maka Beliau رحمه الله‎ memilih meninggalkan tempat itu. Dan hal itu terus berlaku saat menemui tempat pembuangan, dan Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎ akhirnya tidak memperoleh makanan.

Beliau رحمه الله‎ akhirnya berjalan hingga sampai di Masjid Yasin di Baghdad, karena sudah tidak mempu lagi melanjutkan perjalanan karena lapar, dan memilih duduk di dekat masjid tersebut. Disaat yang sama datanglah seorang pemuda ke masjid dengan membawa roti, dia duduk dan mulai makan. Karena rasa lapar yang menusuk, setiap pemuda itu mengambil suapan maka Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎ ingin membuka mulut, meski Beliau رحمه الله‎ terus berusaha menahannya.

Akhirnya pemuda itu pun menoleh ke arah Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎ seraya mengatakan, ”Bismillah ya Syech”, dengan maksud ingin memberi suapan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani رحمه الله‎. Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎ menolak, namun pemuda itu terus-menerus memaksa, hingga akhirnya Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎ memakan sedikit dari apa yang diberikan.

Setelah itu si pemuda pun bertanya,
”Siapa engkau, apa pekerjaanmu, dari mana engkau?”

Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎ pun menjawab
"Saya pencari ilmu dari negeri Jilan”.

Si pemuda pun membalas, ”Saya juga dari Jilan.
Apakah engkau mengenal seorang pemuda dari Jilan yang namanya Abdul Qadir cucu dari Abu Abdullah As Shuma’i yang ahli zuhud?”

Syeikh Abdul Qadir رحمه الله‎ pun menjawab, ”Itu adalah saya”.

Mendengar jawaban itu si pemuda pun terperangah,

”Demi Allah saya sampai di Bagdad dengan sisa-sisa uang yang saya memiliki dan saya telah mencari-cari dimana keberadaanmu namun tidak ada seorang pun yang bisa memberikan petunjuk. Sampai akhirnya uang saya habis hingga 3 hari saya tidak makan. Dengan terpaksa saya menggunakan uang yang dititipkan untukmu untuk membeli roti ini. Makanlah sesungguhnya ia milikmu.”

Syekh Abdul Qadir Jailani رحمه الله‎ pun bertanya, apa yang sebenarnya terjadi.

Pemuda itu pun menjelaskan bahwa ibu Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎ telah menitipkan kepadanya 9 dinar untuk disampaikan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎. Dan uang itu pun sudah berkurang untuk dibelikan roti.

Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎ pun merelakannya dan memberikan kepada pemuda itu sisa roti serta sebagian dinar. (Dzail Thabaqat Al Hanabilah, 1/298)

Meski menolak untuk meminta-minta, Syekh Abdul Qodir Jaelani رحمه الله‎ tetap memperoleh rezeki bahkan di saat yang sama Beliau رحمه الله‎ malah memberikan sedekah kepada orang lain.

Referensi: Dzail Thabaqat Al Hanabilah, 1/298

Semoga bermanfaat

Sampaikanlah ilmu ini kepada orang lain. Semoga mempermudah urusanmu di Dunia Akhirat dan Memberatkan timbangan Amal baikmu di Yaumul Mizan.

Riwayat dari Rasulullulah saw. mengatakan:

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).

Kita menghindari kesia-siaan. Penting untuk menyampaikan kebaikan, namun tidak kalah pentingnya juga untuk memperhatikan cara yang baik dalam menyampaikan kebaikan. Kebaikan harus tersampaikan dengan baik, agar pesannya tidak hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan.

Wallahu a’lam bis-shawab.
close