Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nabi Musa Meninggalkan Mesir Berjalan Sampai Ke Kota Madyan


Nabi Musa meninggalkan negeri Mesir dengan perasaan takut dan terburu-buru, takut kalau ada seseorang dari kaum Fir’aun yang membuntutinya dan terburu-buru tanpa mengetahui kemana ia harus pergi dan jalan yang harus ia tempuh, karena ia belum pernah keluar dari negeri Mesir sebelumnya.

Nabi Musa berjalan menuju ke arah negeri Madyan. Sebenarnya Nabi Musa tidak bermaksud untuk pergi ke negeri tersebut, namun ke negeri itulah ternyata kakinya melangkah dan negeri itulah ujung dari jalanan yang ditelusurinya.

Nabi Musa berdoa, “Mudah-mudahan Tuhanku memimpin aku ke jalan yang benar.” Yakni, semoga jalanan yang dia tempuh itu mengantarkannya ke sebuah tempat yang aman dan tidak diketahui oleh bala tentara Fir’aun.

#Madyan sendiri adalah nama sebuah kota yang dahulu pernah dibinasakan penduduknya oleh Allah, yaitu penduduk Aikah kaum Nabi Syu’aib. Menurut sebagian ulama, pembinasaan kaum tersebut terjadi sebelum zaman Nabi Musa.

Ketika Nabi Musa sampai di sumber air negeri Madyan, yaitu satu-satunya sumur tempat kaum Madyan untuk memperoleh air, dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum ternaknya, dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan sedang menghambat ternaknya, maksudnya mencegah ternak mereka untuk tidak bercampur dengan ternak orang lain.

Nabi Musa berkata, “Apakah maksudmu dengan berbuat begitu?” Kedua perempuan itu menjawab, “Kami tidak dapat mengambil air di sumur itu kecuali setelah para penggembala (yang kesemuanya laki-laki) itu pergi, kami tidak mungkin ikut berdesak-desakan dengan mereka, sedangkan alasan mengapa kami yang menggembalakan ternak ini karena ayah kami sudah tua dan tidak mampu lagi untuk melakukannya.”

Ulama tafsir mengatakan, setiap kali para penggembala selesai mengambil air dari sumur tersebut, mereka meletakkan sebuah batu besar di mulut sumur itu, kemudian setelah sumur itu ditutup datanglah kedua orang perempuan untuk memberikan minum ternak mereka dari sisa-sisa air minum ternak para penggembala tadi.

Maka pada hari itu, Nabi Musa mendekati sumur tersebut dan mengangkat sendiri batu yang menutupi sumur, lalu ia mengambil airnya dan memberikan air itu kepada kedua perempuan tadi, hingga mereka dapat memberikan minum ternak mereka dengan cukup bahkan berlebih, dan setelah itu Nabi Musa kembali mengambil batu besar tadi untuk menutup sumur tersebut.

Khalifah Umar pernah mengatakan, “Batu besar itu biasanya tidak dapat diangkat kecuali oleh sepuluh orang.” Dan ketika Nabi Musa memberikan air kepada kedua perempuan tersebut, ia hanya mengambilnya satu cidukan saja, dan cidukan itu telah mencukupi kebutuhan mereka.

Kemudian Nabi Musa kembali ke tempat yang teduh. Ulama tafsir mengatakan, tempat teduh yang dimaksud adalah di bawah pohon Samar (sejenis pohon yang lebat daunnya). Sedangkan riwayat Ibnu Jarir, dari Ibnu Mas’ud menyebutkan, bahwa tempat teduh itu adalah daun-daun yang dikumpulkan oleh Musa lalu daun-daun itu dijadikan atap untuk ia berteduh.

Setelah itu Nabi Musa berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.” Ibnu Abbas mengatakan, “Nabi Musa berjalan dari negeri Mesir hingga negeri Madyan tanpa memakan apapun kecuali rerumputan dan daun-daunan, maka tubuhnya pun semakin kurus hingga membuat alas kaki yang dikenakannya lolos begitu saja karena kebesaran, kemudian ia duduk di tempat yang teduh dengan rasa sakit di perutnya karena terlalu lapar, tentu saja daun-daunan dan rerumputan yang ia makan tidak terlalu berpengaruh untuk mengurangi rasa laparnya, ia sangat membutuhkan makanan meski satu biji korma sekalipun.”

Atha bin Saib mengatakan, “Ketika Musa berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.” Kedua perempuan yang dibantu olehnya tadi mendengar doa tersebut.”

Kemudian keduanya pun bergegas menemui ayah mereka, dan ayah mereka pun merasa kaget dengan kepulangan kedua putrinya yang jauh lebih cepat dari biasanya, lalu kedua perempuan itu memberitahukan ayah mereka tentang apa yang dilakukan oleh Nabi Musa di sumur itu, kemudian ayah mereka memerintahkan salah satu putrinya untuk pergi menemui Musa dan mengajaknya untuk datang ke rumah mereka.”

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan mau-malu (tidak terburu-buru). Lalu perempuan itu berkata kepada Nabi Musa, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas kebaikanmu memberi minum ternak
kami.”

Ketika Nabi Musa mendatangi ayahnya dan dia menceritakan kepadanya kisah mengenai dirinya. Nabi Musa memberitahukan kepada orang tua kedua perempuan tersebut tentang bagaimana ia sampai ke negeri itu dan bagaimana ia meninggalkan negeri Mesir untuk melarikan diri dari kejaran Fir’aun.

Lalu orang tua kedua perempuan tadi berkata, “Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orangyang zhalim itu.” Yakni, kamu telah jauh dari mereka, karena negeri ini tidak termasuk wilayah kekuasaan mereka.

Wallahu a’lam.

Sumber : Qashash Al-Anbiyaa’, Ibnu Katsir, hlm. 510-514 (Diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh H. Dudi Rosyadi, Lc.)
close