TINGKATAN DAN JUMLAH WALI ALLAH
KompasNusantara - Dalam kitab salaf, Wali Allah itu ada 85 jenis. Berikut ini adalah beberapa macam Wali Allah beserta tugas-tugasnya, dan secara garis besar terdiri dari sembilan tingkatan Wali Allah.
1. Al Aqtab
Berasal dari kata tunggal Al Qutub yang memiliki arti penghulu. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Al Aqtab adalah derajat kewalian yang tertinggi. Jumlah wali yang memiliki derajat tersebut hanya terbatas seorang saja untuk setiap waktunya. Seperti Abu Yazid Al Busthami dan Ahmad Ibnu Harun Rasyid Assity. Di antara mereka ada yang memiliki posisi di bidang pemerintahan, meskipun tingkatan taqarrubnya juga mencapai derajat tinggi, seperti para Khulafa? Ur Rasyidin, Al Hasan Ibnu Ali, Muawiyah Ibnu Yazid, Umar Ibnu Abdul Aziz dan Al Mutawakkil.
2. Al Aimmah
Berasal dari kata tunggal imam yang memiliki arti pemimpin. Setiap waktunya hanya ada dua orang saja yang dapat mencapai derajat Al Aimmah. Keistimewaannya, ada di antara mereka yang pandangannya hanya tertuju ke alam malakut saja, ada pula yang pandangannya hanya tertuju di alam malaikat saja.
3. Al Autad
Berasal dari kata tunggal Al Watad yang memiliki arti pasak. Yang memperoleh derajat Al Autad hanya ada empat orang saja setiap waktunya. Kami menemukan seorang di antara mereka dikota Fez di Morocco. Mereka tinggal di utara, di timur, di barat dan di selatan bumi, mereka bagaikan penjaga di setiap pelosok bumi.
Hanya dengan ilmu bisa mengenal. kalau tidak musuh yang nyata dapat menyamar.
4. Al Abdal
Berasal dari kata Badal yang memiliki arti menggantikan. Yang memperoleh derajat Al Abdal itu hanya ada tujuh orang dalam setiap waktunya. Setiap wali Abdal ditugaskan oleh Allah untuk menjaga suatu wilayah di bumi ini. Dikatakan di bumi ini memiliki tujuh daerah. Setiap daerah dijaga oleh seorang wali Abdal. Jika wali Abdal itu meninggalkan tempatnya, maka ia akan digantikan oleh yang lain. Ada seorang yang bernama Abdul Majid Bin Salamah pernah bertanya pada seorang wali Abdal yang bernama Muaz Bin Asyrash, praktek apa yang dikerjakannya sampai ia menjadi wali Abdal? Jawab Mu’adz Bin Asyrash: “Para wali Abdal mendapatkan derajat tersebut dengan empat kebiasaan, yaitu sering lapar, gemar beribadah di malam hari, suka diam dan mengasingkan diri”.
5. An Nuqaba
Berasal dari kata tunggal Naqib yang memiliki arti kepala kaum. Jumlah wali Nuqaba? dalam setiap waktunya hanya ada dua belas orang. Wali Nuqaba? itu diberi karamah mengerti sedalam-dalamnya tentang hukum-hukum syariat. Dan mereka juga diberi pengetahuan tentang rahasia yang tersembunyi di hati seseorang. Selanjutnya mereka pun mampu untuk meramal tentang karakter dan nasib seorang melalui bekas jejak kaki seseorang yang ada di tanah. Sebenarnya hal ini tidaklah aneh. Kalau anggota jejak dari Mesir bisa mengungkap rahasia seorang setelah melihat bekas jejaknya. Apakah Allah tidak mampu membuka rahasia seseorang kepada seorang waliNya?
6. An Nujaba
Berasal dari kata tunggal Najib yang memiliki arti bangsa yang mulia. Wali Nujaba? pada umumnya selalu disukai orang. Dimana saja mereka mendapatkan sambutan orang banyak. Kebanyakan para wali tingkatan ini tidak merasakan diri mereka adalah para wali Allah. Yang dapat mengetahui bahwa mereka adalah wali Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi derajatnya. Setiap zaman jumlah mereka hanya tidak lebih dari delapan orang.
7. Al Hawariyun
Berasal dari kata tunggal Hawariy yang memiliki arti penolong. Jumlah wali Hawariy ini hanya ada satu orang saja di setiap zamannya. Jika seorang wali Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan di-ganti orang lain. Di zaman Nabi hanya sahabat Zubair bin Awwam saja yang mendapatkan derajat wali Hawariy seperti yang dikatakan oleh sabda Nabi:
"Setiap Nabi memiliki Hawariy. Hawariyku adalah Zubair ibnul Awwam".
Meskipun pada waktu itu Nabi memiliki cukup banyak sahabat yang setia dan selalu berjuang di sisi beliau. Tetapi beliau saw berkata demikian, karena ia tahu hanya Zubair saja yang meraih derajat wali Hawariy. Kelebihan seorang wali Hawariy biasanya seorang yang berani dan pandai berhujjah.
8. Ar Rajbiyun
Berasal dari kata tunggal Rajab. Wali Rajbiyun itu adanya hanya di bulan Rajab saja. Mulai awal Rajab hingga akhir bulan mereka itu ada. Selanjutnya kondisi mereka kembali normal seperti semula. Setiap waktu, jumlah mereka hanya ada empat puluh orang saja. Para wali Rajbiyun ini terpecah di berbagai wilayah. Di antara mereka ada yang saling mengenal, tapi kebanyakan tidak. Disebutkan bahwa ada sebagian orang dari Wali Rajbiyun yang dapat melihat hati orang-orang Syiah melalui kasyaf. Ada dua orang Syiah yang mengaku sebagai Ahlu Sunnah dihadapan seorang wali Rajbiyun. Lalu keduanya diusir, karena wali Rajbiyun itu melihat keduanya berupa dua ekor babi, sebab keduanya membenci Abu Bakar, Umar dan sahabat-sahabat lain. Ke-duanya hanya mencintai Ali dan sejumlah sahabatnya. Ketika keduanya bertanya padanya, maka si wali tersebut berkata: “Aku lihat kamu berdua berupa dua ekor babi, karena kamu menganut mazhab Syiah dan membenci para sahabat Nabi”. Ketika berita itu disadari kebenarannya oleh keduanya, maka keduanya mengaku benar dan cepat memohon ampun kepada Allah. Demikianlah secebis kisah kasyaf seorang wali Rajbiyun.
Pada umumnya, di bulan Rajab, sejak awal harinya, para wali Rajbiyun menderita sakit, sehingga mereka tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Selama bulan Rajab, mereka senantiasa mendapat berbagai pengetahuan secara kasyaf, kemudian mereka memberitahukannya kepada orang lain. Anehnya penderitaan mereka hanya bertahan di bulan Rajab. Setelah bulan Rajab berakhir, maka kesehatan mereka kembali seperti semula.
9. Al Khatamiyun
Berasal dari kata Khatam yang memiliki arti penutup atau penghabisan. Maksudnya derajat Al Khatamiyun adalah sebagai penutup para wali. Jumlah mereka hanya seorang. Tidak ada derajat kewalian umat Muhammad yang lebih tinggi dari tingkatan ini. Jenis wali ini hanya akan ada di akhir masa, yaitu ketika Nabi Isa as. Datang kembali.
Di antaranya, ada para Wali yang hatinya seperti Nabi Adam as. Jumlah mereka hanya tiga ratus orang. Sabda Nabi saw: “Mereka berhati seperti hati Adam as”. Mereka diberi penghargaan tersendiri oleh Allah. Syeikh Muhyidin berkata: “Jumlah wali jenis ini bukan hanya tiga ratus orang saja dikalangan
Umatnya, tetapi ada juga kalangan umat-umat lain. Tentang keberadaan mereka hanya dapat diketahui secara kasyaf. Setiap waktunya dunia tidak pernah kosong dari keberadaan mereka. Mereka memiliki budi pekerti Ilahi, mereka sangat dekat disisi Allah. Doa mereka selalu diterima oleh Allah. Mereka senang dengan doa: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami suka menganiaya diri kami. Jika Engkau tidak berkenan memberi ampunan dan kasih sayang kepada kami, pasti kami akan termasuk orang-orang yang rugi".
Di antara mereka ada pula yang berhati seperti hati Nuh as. Jumlah mereka hanya empat puluh orang di setiap zamannya. Hati mereka seperti hatinya Nabi Nuh as. Beliau adalah Nabi dan Rasul pertama. Mereka suka berdoa, seperti doa Nuh as yang artinya: “Tuhan, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan siapa saja dari orang beriman, lelaki atau wanita yang masuk ke dalam rumahku dan jangan Engkau tambahkan bagi orang-orang yang berbuat aniaya kecuali kebinasaan”.
Tingkatan wali dari jenis ini sulit diraih orang, sebab fitur khusus mereka sangat keras dalam menegakkan agama, seperti sifat Nabi Nuh as. Mereka selalu memperhatikan sabda Nabi saw yang artinya: “Barangsiapa yang beribadah selama empat puluh hari dengan penuh ikhlas, maka akan terpancar ilmu hakikat dari lubuk hatinya ke lidahnya”.
Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Ibrahim. Jumlah wali jenis ini hanya ada tujuh orang dalam setiap zamamnya. Rasulullah saw pernah menceritakan tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Mereka suka dengan doa Nabi Ibrahim as yang artinya: “Tuhanku, berikan kepadaku kebijaksanaan, dan ikutkan aku ke orang-orang saleh”. Mereka diberi keistimewaan yang luar biasa, hati mereka dibersihkan dari rasa ragu, rasa dengki dan rasa buruk sangka terhadap Khalik maupun makhluk, mereka dilindungi dari segala perbuatan buruk.
Syeikh Muhyiddin mengatakan: “Aku pernah menemui salah seorang dari jenis wali tersebut, aku kagum dengan kemuliaan budi pekertinya, luas pengetahuannya dan kesucian hatinya, sampai aku beranggapan bahwa kese-nangan surga telah dipercepat baginya”.
Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Jibril. Jumlah wali jenis ini hanya ada lima orang saja dalam setiap zamannya. Rasulullah saw pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Mereka diberi kekuatan seperti yang diberikan kepada malaikat Jibril yang amat kuat. Di hari kiamat, mereka akan dikumpulkan dengan malaikat Jibril. Dan malaikat Jibril senantiasa membantu rohani mereka, sehingga mereka selalu terpimpin.
Diantaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Mikail as. Jumlah mereka hanya ada tiga orang saja dalam setiap waktunya. Keistimewaan
mereka suka berlemah-lembut terhadap semua orang, dan mereka diberi kekuatan seperti Malaikat Mikail.
Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Israfil. Jumlah mereka hanya ada satu orang saja dalam setiap zamannnya. Nabi saw pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Menurut pengamatan kami, Syeikh Abu Yazid Al Bustami termasuk salah seorang dari jenis wali ini. Termasuk juga Isa as.
Di antaranya pula ada yang diberi hati seperti hati Nabi Daud. Jumlah mereka di setiap waktunya hanya terbatas beberapa orang saja. Mereka diberi berbagai keistimewaan, posisi tinggi di dunia dan ketebalan iman.
10. Di antaranya pula ada yang diberi pangkat Rijalul Ghaib atau manusia-manusia misterius. Jumlah wali jenis ini hanya sepuluh orang di setiap masanya. Mereka orang-orang yang selalu khusyu?, Mereka tidak berbicara kecuali dengan perlahan atau berbisik, karena mereka merasa bahwa Allah selalu mengawasi mereka. Mereka sangat misterius, sehingga keberadaan mereka tidak banyak dikenal kecuali oleh ahlinya. Mereka selalu rendah hati, malu dan mereka tidak banyak mementingkan kesenangan dunia. Bisa dikata segala tindak tanduk mereka selalu misteri.
Di antaranya pula ada yang selalu menegakkan agama Allah. Jumlah mereka hanya delapan belas orang di setiap masanya. Fitur khusus mereka adalah selalu menegakkan hukum-hukum Allah. Dan mereka bersikap keras terhadap segala penyimpangan.
Syeikh Abu Madyan termasuk salah seorang di antara mereka. Ia berkata kepada murid-muridnya: “Tampilkan ke manusia tanda redha kamu sebagaimana kamu menampilkan rasa ketidaksenangan kamu, dan perlihatkan kepada manusia segala nikmat yang diberikan Allah, baik yang zahiriyah maupun batiniyah seperti yang dianjurkan Allah dalam firmanNya berikut:
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaknya engkau menyebut-nyebutnya sebagai tanda bersyukur”
11. Di antaranya pula ada wali yang dikenal dengan nama Rijalul Quwwatul Ilahiyah artinya orang-orang yang diberi kekuatan oleh Tuhan. Jumlah mereka hanya delapan orang saja di setiap zamannya. Wali jenis ini memiliki keistimewaan, yaitu sangat tegas terhadap orang-orang kafir dan terhadap orang-orang yang suka menghargai agama. Sedikit pun mereka tidak takut oleh kritikan orang. Di kota Fez ada seorang yang bernama Abu Abdullah Ad Daqqaq. Ia dikenal sebagai seorang wali dari jenis Rijalul Quwwatul Ilahiyah.
Di antaranya pula ada jenis wali yang sifatnya keras dan tegas. Jumlah mereka hanya ada 5 orang disetiap zamannya. Meskipun karakter mereka tegas, tetapi sikap mereka lemah lembut terhadap orang-orang yang suka berbuat kebajikan.
12. Di antaranya pula ada jenis wali yang dikenal dengan nama Rijalul Hanani Wal Athfil Illahi artinya mereka yang diberi rasa kasih sayang Allah. Jumlah mereka hanya ada lima belas orang di setiap zamannya. Mereka selalu bersikap kasih sayang terhadap manusia baik terhadap yang kafir maupun yang mukmin. Mereka melihat manusia dengan pandangan kasih sayang, karena hati mereka dipenuhi rasa insaniyah yang penuh rahmat.
13. Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul haibah Wal Jalali. Jumlah mereka hanya empat orang di setiap masanya. Jenis wali tingkatan ini dikenal sebagai orang-orang yang hebat dan mengagumkan, meskipun sifat mereka lemah lembut, tetapi orang-orang yang menemukan mereka akan tunduk. Mereka tidak dikenal di bumi, tapi mereka adalah orang-orang yang dikenal di langit. Di antara mereka ada yang memiliki hati seperti Nabi Muhammad saw, ada pula yang memiliki hati seperti Syuaib, Nabi Salleh dan Rasul itu. Sayyid Muhyiddin mengatakan: “Aku pernah menemui wali kaum ini di kota Damaskus”.
14. Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Fathi. Artinya rahasia-rahasia Allah selalu terbuka untuk mereka. Jumlah mereka hanya ada 24 orang di setiap masanya. Jumlah mereka sama dengan jumlah jam, yaitu 24 orang. Meskipun demikian, mereka tidak pernah berkumpul di satu tempat dalam jumlah sebanyak itu. Adanya mereka menyebabkan terbukanya pintu-pintu pengetahuan, baik yang nyata maupun yang rahasia.
15. Di antaranya pula ada yang termasuk dalam kelompok Rijalul Ma? Arij Al? Ula. Jumlah mereka hanya tujuh orang di setiap masanya. Mereka termasuk wali-wali tingkatan tinggi, hampir setiap saatnya mereka naik ke alam malakut, mereka adalah orang-orang pilihan.
16. Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalu Tahtil Asfal, yaitu mereka yang berada di alam terbawah di bumi. Jumlah mereka tidak lebih dari 21 orang di setiap masanya. Fitur khusus wali ini, hati mereka selalu hadir di depan Allah.
17. Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Imdadil Ilahi Wal Kauni, yaitu mereka yang selalu mendapat karunia Ilahi. Jumlah mereka tidak lebih dari tiga orang di setiap masanya. Mereka selalu mendapat pertolongan Allah untuk menolong manusia sesamanya. Sikap mereka dikenal lemah lembut dan berhati penyayang. Mereka senantiasa menyalurkan anugerah-anugerah Allah kepada manusia. Pokoknya, adanya mereka menunjukkan berpanjangannya kasih sayang Allah kepada makhlukNya.
18. Di antaranya pula ada yang termasuk Ilahiyun Rahmaniyun, yaitu manusia-manusia yang diberi rasa kasih sayang yang luar biasa. Jumlah mereka ini hanya tiga orang di setiap masanya. Sifat mereka seperti wali-wali Abdal, meskipun mereka tidak termasuk didalamnya. Favorit mereka suka mempelajari firman-firman Allah.
19. Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Istithaalah, yaitu manusia-manusia yang selalu mendapat pertolongan Allah. Jumlah mereka hanya seorang dalam setiap waktunya. Yang termasuk kelompok ini adalah Syeikh Abdul Qadir Jailani. Mereka selalu menolong manusia dan mereka sangat ditakuti.
20. Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Ghina Billah, yaitu orang-orang yang tidak membutuhkan kepada manusia sedikit pun. Jumlah mereka hanya dua orang di setiap masanya. Mereka selalu mendapat siraman rohani dari alam malakut, sehingga kelompok ini tidak membutuhkan kepada bantuan siapa pun, selain bantuan Allah.
21. Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalu? AINUT Tahkim Waz Zawaid. Jumlah mereka hanya sepuluh orang di setiap zamannya. Mereka senantiasa meningkatkan keyakinannya terhadap masalah-masalah yang gaib. Seluruh hidup mereka terlihat aktif di semua aktivitas ibadah.
22. Di antaranya pula ada yang termasuk Rijalul Isytiqaq, yaitu mereka yang selalu rindu kepada Allah. Jumlah mereka hanya lima orang di setiap zamannya. Favorit mereka hanya memperbanyak shalat di siang hari dan di malam hari.
23. Di antaranya, ada yang termasuk Al Mulamatiyah. Mereka tergolong dari wali derajat yang tinggi, pimpinan tertingginya adalah Nabi Muhammad saw. Mereka sangat berhati-hati dalam melaksanakan syariat Islam. Segala sesuatu mereka tempatkan di tempatnya yang tepat. Tindak tanduk mereka selalu didasari rasa takut dan hormat kepada Allah. Tentu saja keberadaan mereka sangat diperlukan, meskipun mereka tidak terbatas. Ada kalanya jumlah mereka meningkat, tetapi ada kalanya pula jumlah mereka berkurang.
24. Di antaranya, ada pula yang termasuk Al fuqara?. Jumlah mereka ada kalanya meningkat dan ada kalanya berkurang. Fitur khusus mereka ini selalu merendahkan diri. Mereka merasa rendah di hadapan Allah.
25. Di antaranya, ada pula yang termasuk dalam kelompok As Sufiyyah. Jumlah mereka tidak terbatas. Ada kalanya tumbuh dan terkadang pula berkurang. Mereka dikenal sebagai wali yang sangat luhur budi pekertinya. Mereka selalu menghias diri mereka dengan kebajikan-kebajikan yang sesuai dengan ketinggian budi pekerti mereka.
26. Di antaranya, ada pula yang termasuk Al? Ibaad. Mereka dikenal sebagai orang-orang yang suka beribadah. Pokoknya, ibadah merupakan kegiatan mereka sehari-hari, mereka suka mengasingkan diri di gunung-gunung, di lembah-lembah dan di pantai-pantai. Di antara mereka ada yang mau bekerja, tetapi kebanyakan dari mereka meninggalkan semua kegiatan duniawi. Puasa sepanjang masa dan beribadah di malam hari merupakan syiar mereka. Sebab, menurut mereka dunia ini adalah tempat untuk menyuburkan amal-amal di akhirat.
Abu Muslim Al Khaulani adalah di antara wali tingkatan ini. Biasanya jika ia merasa letih ketika beribadah di malam hari, maka ia memukul kedua kakinya seraya berkata: “Kamu berdua lebih cepat dipukul dari binatang ternakanku”.
27. Di antaranya, ada pula yang termasuk Az Zuhaad. Mereka termasuk orang-orang yang suka meninggalkan kesenangan duniawi. Mereka memiliki harta, tetapi mereka tidak pernah menikmatinya sedikit, sebab, seluruh hartanya mereka nafkahkan pada jalan Allah. Sayyid Muhyiddin mengatakan: “Di antara pamanku ada yang tergolong dari wali tingkatan ini”. Disebutkan bahwa Syeikh Abdullah At Tunisi, seorang ahli ibadah di masanya, ia dikenal sebagai salah seorang wali Az Zuhad. Pada suatu hari, penguasa kota Tilmasan menghampiri tempat Syeikh Abdullah seraya berkata kepadanya: “Wahai Syeikh Abdullah, apakah aku bisa shalat dengan pakaian kebesaranku ini?” Mendengar pertanyaan itu, Syeikh Abdullah tertawa. Tanya si penguasa: “Mengapa engkau tertawa, wahai Syeikh? Jawab Syeikh Abdullah: “Aku tertawa karena lucunya pertanyaanmu tadi, sebab meng-apa engkau bertanya kepadaku seperti itu, padahal pakaianmu dan makananmu dari harta yang haram?” Mendengar jawaban Syaikh Abdullah seperti itu, maka si penguasa menangis dan menyatakan taubatnya kepada Syaikh, selanjutnya ia meninggalkan kekuasaannya demi untuk mengabdikan diri kepada Syeikh Abdullah, sehingga beliau berkata: “Mintalah doa kepada Yahya Bin Yafan, sesungguhnya ia adalah seorang penguasa dan seorang anggota zuhud, andaikata aku diuji sepertinya, mungkin aku tidak dapat melaksanakannya”.
28. Di antaranya, ada pula yang termasuk Rijalul Maa? I. Mereka adalah para wali yang senantiasa beribadah di pinggir-pinggir laut dan sungai. Mereka tidak banyak dikenal, karena mereka suka mengasingkan diri. Disebutkan, bahwa Syeikh Abu Saud Asy Syibly pernah berada di pinggir sungai Dajlah di Baghdad. Ketika hatinya bergerak: “Apakah ada di antara hamba-hamba Allah yang beribadah di dalam air?” Tiba-tiba ada seorang yang muncul dari dalam air seraya berkata: “Ada, wahai Abu Saud. Di antara hamba-hamba Allah ada juga yang beribadah di dalam air dan aku termasuk di antara mereka. Aku berasal dari negeri Takrit, aku sengaja keluar, karena beberapa hari mendatang akan terjadi musibah di negeri Baghdad “. Kemudian ia menghilang ke dalam air. Kata Abu Saud: “Ternyata tidak lebih dari lima belas hari musibah memang terjadi.”
29. Di antaranya, ada pula yang termasuk Al afrad. Mereka termasuk wali-wali berkedudukan tinggi. Di antara mereka adalah Syeikh Muhammad Al? Awani, sahabat karib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani. Mereka ini jarang dikenal manusia publik, karena posisi mereka terlalu tinggi. Jumlah mereka tidak terbatas. Ada kalanya jumlah mereka meningkat dan ada kalanya pula berkurang.
30. Di antaranya, ada pula yang termasuk Al umana? artinya orang-orang yang dapat diberikan kepercayaan. Di antara mereka adalah Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, seperti yang disebutkan oleh Nabi saw: “Abu Ubaidah adalah orang yang paling dapat dipercaya di antara umat ini”. Jumlah mereka tidak terbatas. Mereka jarang dikenal manusia, karena mereka tidak pernah menonjol ditengah masyarakat.
31. Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Qurra?. Mereka anggota membaca Al Quran. Menurut sebuah hadis, wali-wali ini termasuk orang-orang yang dekat dengan Allah, karena mereka anggota Al Quran. Dan mereka harus dimuliakan. Syeikh Sahal Bin Abdullah At Tusturi termasuk diantara mereka.
32. Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Ahbab, yaitu orang-orang yang dikasihi. Jumlah mereka tidak terbatas, adakalanya meningkat, adakalanya pula berkurang. Mereka mencapai tingkatan ini disebabkan mereka melakukan segala ibadah dan takarrub karena cinta kepada Allah. Ibadah yang didasari cinta, lebih baik dari ibadah yang berharap pahala dan surga. Maka sebagai imbalan baik untuk mereka, mereka mendapat kasih sayang Allah yang luar biasa.
33. Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Muhaddathun, yaitu orang-orang yang selalu diberi ilham oleh Allah. Menurut hadits Nabi, ada sebagian dari umatku yang diberi ilham dari Allah. Maka Umar Bin Al Khattab termasuk salah satu dari mereka. Sayyid Muhyiddin Ibnu Arabi ra berkata: “Dizaman kami ada pula wali-wali Al Muhaddathun, di antaranya adalah Abul Abbas Al Khasyab dan Abu Zakariya Al Baha-i”.
Para wali yang tergolong dalam kaum ini senantiasa mendapat bisikan-bisikan rohani dari penduduk alam malakut, misalnya dari Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail, sebab rohani mereka sudah dapat menembus alam arwah atau alam malakut.
34. Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Akhilla?. Mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebab segala ibadah yang mereka lakukan selalu didasari cinta kepada Allah. Jumlah mereka tidak terbatas, adakalanya meningkat dan adakalanya berkurang.
35. Di antaranya, ada pula yang termasuk As Samra?. Kata As Samra? adalah berkulit hitam manis. Jumlah mereka tidak terbatas. Mereka termasuk orang-orang yang senantiasa berdialog dengan Allah, sebab hati mereka selalu dipenuhi rasa ketuhanan yang tiada taranya.
36. Di antaranya, ada pula yang termasuk Al Wirathah, yaitu mereka yang mendapat warisan dari Allah. Mereka adalah para ulama, pewaris para Nabi. Kelompok ini termasuk orang-orang yang gemar beribadah sampai melebihi dari batas kemampuannya. Mereka suka mengasingkan diri di tempat-tempat terpencil demi untuk memenuhi kecintaannya kepada Allah.
BACA JUGA : Kisah Wirdan dan Zaubaah, Jin yang Jadi Mualaf