Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

SEJARAH TIBET NEGERI ATAP DUNIA


KompasNusantara - “Negeri Atap Dunia" itulah julukannya. Dunia lebih mengenalnya dengan nama: Tibet.

Wilayah yang punya sejarah ketegangan selama berabad-abad dengan Cina.

Sebelum Republik Rakyat Cina berdiri pada 1 Oktober 1949, Tibet sebagai negara sudah lebih dulu eksis. Tibet sudah memproklamirkan kemerdekaannya pada 1913 atau 36 tahun sebelum Cina muncul sebagai sebuah negara (China and the Superpowers, New York, 1986: 21)

Kemerdekaan tersebut merupakan buah dari keberhasilan diplomasi Thubten Gyatso, Dalai Lama ke-13, yang bisa membujuk Kerajaan Inggris untuk membantu Tibet keluar dari pengaruh Kekaisaran Cina pada 1904. Setelah tiga abad berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Cina, yang dimulai sejak 1624, Tibet akhirnya berhasil merdeka.

Di sisi lain, setelah berdiri sebagai negara, Cina memang begitu berambisi menjadikan dirinya sebagai negara besar. Itulah kenapa pada 1950, puluhan ribu tentara Cina menginvasi Tibet. Argumen sejarah yang digunakan kala itu merujuk keberhasilan Kekaisaran Cina pada 1368 yang sukses mengusir Mongol dari wilayahnya.

Perlu diketahui sebelumnya, baik wilayah Cina maupun Tibet, dua-duanya pernah berada dalam genggaman Kekaisaran Mongol di bawah kepemimpinan Genghis Khan. Hanya saja, Tibet mendapat sedikit keistimewaan dari Mongol. Pada era Kubilai Khan, Tibet mendapatkan semacam “hak otonomi" khusus. Tidak jelas memang sebabnya, tetapi hal ini dimungkinkan karena masyarakat Tibet punya sikap religius yang kuat sehingga dianggap tidak berbahaya bagi Kekaisaran Mongol.

Karena Tibet pernah berada dalam genggaman Mongol, maka ketika Kekaisaran Cina berhasil mengusir Mongol, muncul klaim bahwa setiap wilayah yang dulunya merupakan wilayah Mongol menjadi milik Kekaisaran Cina. Inilah yang menjadi sebab awal persoalan Tibet dengan Cina.

Meski Kekaisaran Cina berhasil “mengusir" Mongol diksi "mengusir" sebenarnya tidak tepat karena Mongol sendiri memang sudah melemah saat Cina bisa membebaskan diri, namun hal itu sudah lebih dahulu dilakukan oleh Tibet melalui kepemimpinan Raja Jangchub Gyaltsen pada 1358.

Lagi-lagi, Tibet sebagai sebuah kerajaan kecil ternyata sudah lebih dahulu membebaskan wilayahnya dari Mongol lebih dulu dari Kekaisaran Cina. Tidak main-main, Tibet sudah melakukan apa yang Kekaisaran Cina lakukan satu dekade lebih dulu.

Negeri Dalai Lama

Saat mendengar Tibet, biasanya muncul dua gambaran di kepala. Pertama, sebuah wilayah yang berada di atas awan karena berada di ketinggian, dan kedua, sosok Dalai Lama.

Penduduk asli Tibet adalah etnis Tibetan. Agama asli mereka disebut dengan agama Bon yang sudah dikenal sejak Kaisar Songtgen Gampo pertama kali mendirikan Kerajaan Tibet pada abad ke-7. Saat ini mayoritas masyarakat Tibet memeluk agama Buddha. Agama ini sangat memengaruhi cara berpikir masyarakat Tibet. Meski begitu aliran di Tibet tidak sepenuhnya sama dengan agama Buddha di negara-negara lain.

Dalam The Buddhism of Tibet or Lamaism (New Delhi, 1996: 17) dijelaskan bagaimana budaya “Lamaisme" merupakan gabungan ajaran-ajaran Buddha dengan mitologi Tibet. Masyarakat Tibet percaya bahwa Dalai Lama adalah perwujudan manusia dari Avalokitesvara, konsep Tuhan atau dewa yang memiliki sikap welas asih untuk membela manusia dari kesusahan.

Inilah yang membuat konsep ibadah orang Tibet menjadi sangat khas yang sedikit berbeda dengan agama Buddha dari Cina. Di Cina, konsep Avalokitesvara adalah seorang dewi (perempuan) dan tidak menjelma menjadi manusia fana.

Secara bahasa, Dalai Lama berasal dari kombinasi bahasa Mongol dan Tibet. Kata “Dalai" dari bahasa Mongol berarti samudera atau luas. Sedangkan kata “Lama" yang berasal dari bahasa Tibet berarti "guru".

Sosok Dalai Lama memang sudah jadi legenda, tidak saja bagi masyarakat Tibet, melainkan juga bagi sejarah dunia. Konsep pemimpin spiritual dengan sistem penggantian secara reinkarnasi ini memang terdengar sangat menarik.

Setiap ada Dalai Lama meninggal, maka para Lama Tinggi Gelugpa akan mencari reinkarnasinya dengan mencari seorang anak yang lahir pada periode waktu yang sama dengan kematian Dalai Lama sebelumnya. Terakhir, ritual ini dilakukan pada bulan Juli 1935 saat seorang anak laki-laki dari Desa Takster dinobatkan sebagai Dalai Lama ke-14. Bocah itu bernama Tenzin Gyatso.
close