Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perang Uhud, Kisah Dua Nisan Tanpa Nama dan Jenazah Utuh


KompasNusantara - Sebanyak 70 tentara Islam gugur sebagai syuhada dalam Perang Uhud, pertengahan syawal tahun ke-3 Hijrah kurang lebih 1.376 tahun yang lalu. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan jenazah mereka dimakamkan di lembah Jabal Uhud.

Makam ke-70 Syuhada Perang Uhud tersebut kini dikelilingi pagar yang terbuat dari besi dan kaca transparan. Keputusan memagar makam tersebut dilakukan untuk menghindari peziarah berlaku berlebihan.

"Diputuskan dipagar untuk menghindari perilaku berlebihan dari peziarah. Karena dulu ada beberapa peziarah yang berlebihan, mengambil tanahnya, dan lain sebagainya,"

Dua nisan tanpa nama di Pemakaman 70 Syuhada Perang Uhud 

Dari luar pagar, makam ke-70 syuhada itu hanya terlihat berupa hamparan tanah. Di bagian tengah ada dua batu, yang dalam budaya Arab itu sebagai nisan. Dua nisan itu diperkirakan adalah tanda dari makam Hamzah bin Abdul Muthalib dan Mush'ab bin 'Umair.

Dikisahkan pada 43 tahun setelah Perang Uhud, tepatnya tahun 46 Hijriah atau tahun 667 Masehi terjadi banjir besar melanda tanah Arab, termasuk lembah Jabal Uhud. Banjir menyebabkan beberapa jenazah syuhada Uhud terangkat ke atas.

Kaum Muslimin pun memakamkan kembali jenazah para Syuhada Uhud. Namun mereka tak mengenali identitas jenazah-jenazah tersebut. Hanya ada dua jenazah yang kemudian diketahui identitasnya yakni: Hamzah bin Abdul Muthalib dan Mush'ab bin 'Umair.

Mereka mengenali jenazah Hamzah dari posisinya yakni memegang perut. Sementara jenazah Mush'ab dikenali karena ada beberapa bagian tubuhnya yang hilang. Meski sudah 43 tahun dari kematiannya, namun jenazah mereka masih utuh. "Bahkan disebut masih ada darah mengalir dari jenazah para Syuhada tersebut,"

Dua jenazah itu kemudian dimakamkan dan diberi batu sebagai tanda nisan. "Yang mana makam Hamzah, yang mana makam Mush'ab itu yang kita belum tahu," tambah Ustaz Feri yang juga Pembina Pondok Pesantren Mimbar Huffazh itu.

Gugurnya Hamzah bin Abdul Muthalib

Hamzah gugur setelah dilempar tombak dari belakang oleh Wahsyi, seorang budak pembesar Quraisy Jubair bin Muth'im. Dia dijanjikan akan dimerdekakan jika berhasil membunuh Hamzah.

Wahsyi yang ahli melempar tombak itu pun menyanggupi. Tatkala terjadi Perang Uhud, dia tak ikut berperang. Dia keluar dari tenda hanya untuk mencari Hamzah.

Maka ketika sudah mengetahui posisi Hamzah, Wahsy menunggu saat pamanda Rasulullah SAW itu lengah. Kebetulan saat itu Hamzah sedang bertarung melawan beberapa tentara Quraisy yang mengeroyoknya.

Hamzah berhasil menumbangkan beberapa tentara Quraisy. Namun dia tak sadar ada musuh yang mengintainya. Saat terlihat ada kesempatan, Wahsy pun melemparkan tombak ke arah Hamzah. "Lemparanku tepat mengenai perut bagian bawahnya, hingga tembus ke antara kedua kakinya. Ia pun pergi untuk bangkit, akan tetapi tidak kuat," kata Wahsy yang kemudian memeluk Islam ini.

Gugurnya Mush'ab bin 'Umair

Dalam beberapa kali peperangan, Mush'ab dipercaya Rasulullah untuk memegang bendera Islam. Termasuk saat terjadi Perang Uhud. Saat tentara Islam terdesak dalam Perang Uhud, Mush'ab didatangi Ibnu Qamaih yang mengira itu adalah Rasulullah SAW.

Ibnu Qamaih mengayunkan pedang ke tangan kanan Mush'ab yang ketika itu tengah mengangkat tinggi tinggi bendera Islam untuk menyemangati pasukan Muslim. Terkena sabetan pedang, tangan kanan Mush'ab pun putus.

Tak menyerah, Mush'ab kemudian mengangkat bendera Islam dengan tangan kiri. Lagi-lagi Ibnu Qamiah mengayunkan pedang dan putuslah tangan kiri Mush'ab.

Mush'ab tetap tak menyerah dan mendekap bendera itu di dadanya. Hingga akhirnya sebuah anak panah dari tentara Quraisy menembus dadanya. Mush'ab gugur sebagai Syuhada Perang Uhud.

Di Jabal Uhud, 43 tahun kemudian diketahui jenazah para Syuhada itu tetap seperti saat gugur dan ada aliran darah.

close