Kisah Abu Dzar Al Ghifari Sosok Sahabat yang Membuat Rasulullah SAW Takjub
Keberanian dan kemantapan iman Abu Dzar Al-Ghifari membuat Rasulullah takjub dan bangga.
KompasNusantara - Ketika Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم berdakwah secara sembunyi-sembunyi, sahabat yang satu ini justru tampil terang-terangan mengemban dakwah Islam di hadapan kaum musyrik Mekkah. Jiwa revolusionernya sungguh luar biasa, keberaniannya melawan kebatilan patut diteladani.
Dialah Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu 'anhu yang memiliki nama asli Jundub bin Janadah. Sahabat dari suku Ghifar ini adalah orang yang keras menentang pemujaan berhala di zaman jahiliyah. Rasulullah صلى الله عليه وسلم dibuat takjub karena keberaniannya.
Dikisahkan dalam Buku "Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah" karya Khalid Muhammad Khalid, suatu hari Abu Dzar pergi menuju Masjidil Haram dan menyerukan dengan kalimat tauhid dengan suara yang keras: "Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah." Teriakan ini merupakan teriakan pertama menentang kesombongan orang-orang kafir Quraisy.
Abu Dzar dikenal sebagai perantau asing. Ia tidak mempunyai sanak keluarga di Makkah. Sebagai akibatnya, ia pun mendapat perlakuan yang sebetulnya dimaklumi akan dialaminya. Orang-orang musyrik mengepung dan memukulnya hingga rubuh.
Peristiwa yang dialami Abu Dzar itu akhirnya sampai juga kepadapaman Nabi, Sayyidina Abbas. Ia segera mendatangi tempat kejadian itu, tapi dirasanya ia tak dapat melepaskan AbuDzar dari cengkeraman mereka kecuali dengan menggunakan diplomasi halus, semabri berkata katanya kepada mereka: "Wahaikaum Quraisy! Anda semua adalah bangsa pedagang yang mau tak mau akan lewat di kampung Bani Ghifar. Dan orang ini salahseorang warganya, bila ia bertindak akan dapat menghasut kaumnya untuk merampok kafilah-kafilahmu nanti!"
Mereka pun menyadari hal itu, lalu pergi meninggalkan Abu Dzar. Tetapi Abu Dzar yang telah mengenyam manisnya penderitaan dalam membela Agama Allah, tak hendak meninggalkanMakkah sebelum berhasil memperoleh tambahan dari darma baktinya.
Pada hari berikutnya, tampak olehnya dua wanita sedang thawafkeliling berhala-berhala Usaf dan Na-ilah sambil memohon padanya. Abu Dzar datang dan berdiri menghadangnya, lalu di hadapan mereka berhala-berhala itu dihina sejadi-jadinya. Kedua wanita itu berteriak hingga orang-orang gempar dan berdatangan laksana belalang, lalu menghujani Abu Dzar dengan pukulan hingga tak sadarkan diri.
Ketika beliau siuman, maka yang diserunya tiada lain hanyalahkalimat "Tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah, dan bahwa Muhammad itu utusan Allah".
Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendiri maklum akan watak murid barunya yang ulung ini serta keberaniannya yang menakjubkan dalam melawan kebathilan. Hanya sayang, saatnya belum tiba untuk berdakwa terang-terangan. Rasulullah memerintahkan Abu Dzar kembali ke kampungnya sampai Islam lahir secara terang-terangan.
Ketika berkumpul dengan kaumnya, Abu Dzar menceritakantentang Nabi yang baru diutus Allah, yang menyeru kepada Allah Yang Maha Esa dan membimbing mereka supaya berakhlak mulia. Alhasil, seorang demi seorang dari kaumnya masuk Islam. Bahkan atas izin Allah, suku lain yaitu suku Aslam pun ikut memeluk Islam. Cahaya Islam pun terpancar dan semakin bersinar.
Rasulullah Kagum dan Makin Takjub Hari-hari berlalu mengikuti peredaran masa, Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah hijrah ke Madinah dan menetap bersama kaum muslimin. Suatu hari, barisan panjang terdiri atas pengendara dan pejalan kaki menuju pinggiran kota, meninggalkan kepulan debu di belakang mereka.
Ternyata rombongan besar itu adalah kabilah-kabilah Ghifar dan suku Aslam yang dikerahkan oleh Abu Dzar. Laki-laki, perempuan, orang tua, remaja dan anak-anak, semuanya masuk Islam. Rasulullah صلى الله عليه وسلم semakin takjub dan kagum! Sabda beliau menunjukkan ketakjuban itu: "Sungguh, Allah memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya."
Rasulullah melayangkan pandangannya kepada wajah-wajah yang berseri-seri, pandangan yang diliputi rasa haru dan cinta kasih. Sambil menoleh kepada suku Ghifar, beliau bersabda: "Suku Ghifar telah di-ghafar (diampuni oleh Allah). Kemudian sambil menghadap kepada suku Aslam, sabdanya pula: Suku Aslam telah disalam (diterima dengan damai oleh Allah)."
Dan mengenai Abu Dzar, muballigh ulung yang berjiwa bebas dan bercita-cita mulia itu, Rasulullah menyampaikan ucapan istimewa kepadanya. Beliau bersabda: "Takkan pernah lagi dijumpai di bawahlangit ini, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar".
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bagai telah membaca hari depan sahabatnya itu dan menyimpulkan kesemuanya pada kalimat tersebut. Kebenaran yang disertai keberanian, itulah prinsip hidup Abu Dzar secara keseluruhan! Benar batinnya, benar pula lahirnya.Benar aqidahnya dan benar pula ucapannya.
Demikian kisah keberanian Abu Dzar dan kemantapan iman yang membuat Rasulullah صلى الله عليه وسلم takjub dan bangga. Semoga ridha Allah melingkupi Abu Dzar Al-Ghifari.
Wallahu Ta'ala A'lam