Kisah Perjalanan Rasulullah Saw Ke Negeri Thaif
KompasNusantara - Kota Thaif masih berada di Jazirah Arab. Letaknya sekitar 65km di sebelah tenggara kota Mekkah.
Ke dua kota ini terkenal dengan tanahnya yang subur dan udaranya yang sejuk di Jazirah Arab. Kota Thaif didiami penduduk dari Bani Saqif.
Mereka terdiri atas dua suku, yaitu Bani Ahlaf dan Bani Malik. Dari Bani Saqif inilah terdapat keluarga dekat Nabi Muhammad saw yang bernama Kinanah, Mas’ud, dan Habib.
Mereka bertiga memegang kekuasaan di Thaif. Nabi Muhammad Saw hijrah ke Thaif selain semakin meningkatnya ancaman dan penganiayaan dari kaum Kafir Quraisy juga ingin bertemu dengan keluarga dekatnya.
Rasulullah Saw ingin mereka bisa mengikuti dakwahnya dan ikut serta menggerakkan dakwah beliau di kota Thaif. Dengan demikian, penduduk Thaif akan segera mengikuti dakwah Nabi dan mereka dapat memberi bantuan kepada kaum muslimin yang berada di kota Mekkah.
Nabi Muhammad Saw ketika hijrah ke Thaif mendapat penolakan dari pemimpin dan masyarakat kota itu. Mereka mengusir dan melempari batu sepanjang jalan yang dilewati beliau berdua.
Meskipun Nabi Muhammad Saw dalam keadaan terluka, mereka tetap melakukan perbuatan yang kejam. Kedua kaki beliau luka dan mengeluarkan darah.
Demikian juga Zaid bin Haritsah, kepalanya terluka karena terkena lemparan batu. Dengan tertatih-tatih dan menahan rasa sakit, Nabi Muhammad Saw meninggalkan kota Thaif.
Ditengah perjalanan meninggalkan kota Thaif, Nabi Muhammad Saw beristirahat disebuah kebun milik Utbah bin Rabi’ah dan Syaibah ibn Rabi’ah, yang keduanya termasuk orang yang memusuhi Rasullah Saw di Mekkah.
Bertambah sedihlah beliau ketika melihat Utbah dan Syaibah berada di kebun tersebut dan sudah mengetahui kedatangan Nabi Muhammad Saw bersama Zaid bin Haritsah untuk istirahat dikebunnya.
Nabi Muhammad Saw kemudian berdoa kepada Allah Swt kemudian mengadukan kepedihan dan kesengsaraan yang di deritanya.
Dari jauh Utbah dan Syaibah memperhatikan gerak-gerik Nabi Muhammad Saw dan Zaid bin Haritsah. Timbul rasa kasihan karena keduanya sedang terluka parah dan berlumuran darah.
Mereka lalu menyuruh budaknya yang bernama Addas untuk memberikan sepiring anggur. Sebelum memakannya Nabi membaca bismillah. Addas terkejut karena belum pernah mendengar sesorang membacanya.
Melihat ekspresi terkejutnya Addas, Rasulullah Saw lalu bertanya, “Dari manakah engkau brasal dan apa agamamu?”
Kemudian Addas menjawab, “Saya berasal dari ahli Nainawi dan saya seorang pengikut agama Nasrani.”
Rasulullah Saw. berkata lagi, “Dari negerinya seorang laki-laki yang baik, Yunus bin Mata?” Kemudian Addas menjawab, “Dari mana engkau mengenal Yunus bin Mata?".
Nabi Muhammad Saw. menjawab dengan tegas, “Dia Saudaraku, ia adalah seorang nabi dan aku ini juga seorang nabi.” Kemudian Nabi Muhammad saw dengan tenang dan suara yang lantang membaca beberapa ayat Al-Qur’an yang didalamnya menceritakan riwayat Nabi Yunus.
Sesudah Addas mendengarkan, ia langsung menyatakan masuk Islam. Nabi Muhammad Saw dan Zaid melanjutkan perjalanan kembali ke Mekkah.
Ditengah perjalanan malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad Saw dan minta izin kepada beliau untuk menghukum masyarakat kota Thaif yang sudah berbuat kejam kepadanya.
Namun Rasulullah Saw. menolaknya, bahkan mendoakan masyarakat Thaif. “Ya Allah! Engkau tunjukkan (jalan yang lurus) kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.”
Setelah mengalami beberapa peristiwa, akhirnya Nabi Muhammad kembali memasuki Mekah dengan jaminan perlindungan dari Mut’im bin Adi.
Demikianlah akhlak Rasulullah Saw. pada waktu menghadapi kekejaman penduduk Thaif. Beliau dengan tabah menghadapi kekejaman kaum Kafir Quraisy dan penduduk Thaif.
Walaupun beliau dalam keadaan sedih karena di tinggal orang yang dicintainya, perlawanan kaum Kafir Quraisy dan penduduk Thaif tetapi Nabi Muhammad Saw tetap tabah dan bahkan mendo’akanya.[]