Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Wanita Pertama yang Dijamin Rasulullah Masuk Surga


Surga adalah tempat indah yang kelak menjadi tempat tinggal orang beriman sejak  masa Nabi Adam hingga akhir zaman. Seseorang yang memiliki kepribadian baik dan bagus pasti kelak akan menjadi bagian dari penduduk surga. Dalam artikel kali ini mimin akan mengisahkan tentang sosok wanita yang memiliki akhlak bagus dan mulia. Bahkan Rasulullah menjelaskan bahwa wanita itu adalah  wanita pertama yang masuk kedalam surge setelah istri-istri Nabi Muhammad SAW. Lalu seperti apa kisah serunya, mari baca artikel ini sampai selesai ya:

KISAH WANITA PERTAMA YANG MASUK KEDALAM SURGA

KompasNusantara - Disuatu hari, Sayidati Fatimah Az-zahra yakni Putri Rasulullah bertanya kepada Ayahnya “Ya Rasulullah, Siapa wanita yang pertama kali masuk kedalam surga setelah  Ummahatul Mukminin para istri Nabi Sholallahu ‘Alaihi wasalam..?” Mendengar pertanyaan itu, Nabi Muhammad Lantas menjawabnya “Hai Fatimah, apabila kamu ingin tahu siapa wanita yang pertama kali masuk surga setelah ummul mukminin, dia yaitu bernama Ummu Muti’ah”. Jawaban Rasulullah ini lantas menjadikan siti Fatimah penasaran dengan sosok Ummu Muti’ah.

Siti Fatimah lantas mencari tahu amalan apa saja yang dilakukan Ummu Muti’ah, sehingga menyebabkan dirinya bisa terpilih sebagai wanita pertama yang masuk kedalam surga. Siti Fatimah kemudian mencoba mengelilingi kota Madinah untuk mencari keberadaan Ummu Muti’ah.  

Ada kabar bahwa lokasi rumah ummu Muti’ah berada di pigggir kota. Siti Fatimah lalu meminta izin kepada suaminya  yaitu Ali bin Abi thalib untuk diperbolehkan bertamu ke rumah Ummu Muti’ah. Setelah mendapat izin dari sang suami, Beliau lantas pergi ke rumah Ummu Muti’ah ditemani putranya yang bernama Hasan.

Setelah berjalan cukup Panjang, AKhirnya Siti Fatimah dan putranya hasan sampai di kediaman Ummu Muti’ah. Siti Fatimah lalu berkata “Assalamualaikum Ya Ahlal Bait..?” kemudian wanita penghuni rumah menyahut “Waalaikum salam, siapaya diluar..?”. ”Saya Fatimah anak perempuan Nabi Muhammad SAW” jawab Fatimah.

Melihat kedatangan putri Nabi, ummu muti’ah merasa sangat Bahagia, ia berkata “Alhamdulillah, dihari ini rumah saya didatangi putri nabi SAW junjungan seluruh alam”. Meskipun begitu ummu Muti’ah belum bersedia membuka pintu rumah lantaran Siti Fatimah datang Bersama seorang laki-laki.

Ummu Muti’ah berkata “Sebelumnya Maaf Wahai Siti Fatimah, saya tak bisa bukankan pintu untuk dirimu. Saya belum memperoleh izin dari suamiku untuk bisa menerima tamu laki-laki. Saai ini suami saya sedang tidak dirumah”. “lho, Tapi Hasan ini anak-anak” sahut Fatimah.  Ummu Muti’ah lantas berkata “Meskipun dia itu anak-anak, tetapi dia juga laki-laki.

Kembalilah besok setelah saya memperoleh izin dari suami saya”. Tindakkan Ummu Muti’ah ini sungguh tepat, pasalnya Rasulullah SAW sendiri yang mengajajarkan bahwa seorang istri tidak diperbolehkan mempersilahkan tamu pria masuk kedalam rumahnya saat sang suami sedang tidak dirumah atau tanpa meminta izin sang suami.

Kemudian Siti Fatimah kembali pulang kerumah. Setelah keesokanya di hari kedua, beliau kembali bertamu kekediaman Ummu Muti’ah. Kali ini beliau bertamu dengan membawa kedua putranya yaitu hasan dan husein. Semoga saja Ummu Muti’ah sudah diizinkan suaminya untuk menerima tamu laki-laki. 

Namun setelah  sampai, Ummu Mutiah masih enggan membukakan pintu rumahnya, hal ini lantaran izin yang didapat dari suami adalah untuk hasan dan tidak untuk husein. Penjelasan Ummu Muti’ah benar-benar membuat siti Fatimah terkagum. Sangat mulia akhlak Ummu Muti’ah dalam mengamalkan ajaran Rasulullah SAW.

Di hari ketiga, Siti Fatimah kembali bertamu kerumah Ummu Muti’ah Bersama kedua putranya Hasan dan husein. Setelah sampai, Alhamdulillah mereka bertiga sudah dizinkan dan dipersilahkan masuk kerumah Ummu Muti’ah. Saat bertamu, siti Fatimah mendapati peristiwa yang mengagumkan dan luar biasa.

Ummu Muti’ah terlihat sedang berdandan sebagus dan semenarik mungkin. Ia memakai pakaian yang rapi dan elok, sekujur tubuhnya di beri wewangian yang harum. Ummu Muti’ah menjelaskan kepada siti Fatimah   bahwa tidak lama lagi suaminya pulang dari bekerja. Ia dandan rapi itu ditujukan untuk menyambut sang suami.

Ketika sang suami datang pulang sehabis bekerja, Ummu muti’ah telah menyiapkan pakaian salin untuk sang suami tercinta. Serasa romantisnya, ia lalu menuntun sang suami ke tempat mandi. Tidak hanya itu ia juga sudah meyiapkan santapan  makanan dan minuman untuk suaminya. Ummu Muti’ah lantas mempersilahkan sang suami untuk makan.

Kemudian ada hal luar biasa dilakukan Ummu Muti’ah, setelah seluruhnya beres, Ummu muti’ah lalu mengambil cambuk berukuran dua meteran lalu diberikanya cambuk itu kepada sang suami. Ummu Muti’ah lantas berkata “Wahai suamiku, Saya telah memasak makanan dan minuman yang ada di hadapanmu seharian. Kalau kamu tidak suka makanan yang aku buat, silahkan cambuk saja aku”. Subhanallah

Kejadian mengharukan itu lalu membuat siti Fatimah terkagum haru. Siti Fatimah lantas kembali pulang kerumah seraya menangis haru. Ternyata sebegitu luar biasanya akhlak Ummu Muti’ah dalam mentaati dan berbakti kepada sang suami.

Setelah peristiwa itu barulah Siti Fatimah mengetahui bahwa hal-hal itulah yang menjadikan Ummu Muti’ah mendapat derajat mulia, yaitu menjadi wanita yang pertama kali memasuki surga setelah Para istri Nabi. Meskipun Ummu Muti’ah berasal dari keluarga/orang biasa, namun kesolihanya menjadikanya mendapat kemulian yang luar biasa.

Nabi Muhammad SAW sendiri telah mengajarkan agar seorang istri senantiasa menghormati, mentaati, dan berbakti kepada sang suami. Namun hal ini dengan catatan selagi suaminya tidak memerintah dan mmengajarkan hal-hal keburukan yang menjadi larangan dalam agama islam.

Dalam Hadist riwayat ibnu hibban Nabi Muhammad SAW pernah bersabda “Jika seorang wanita mengerjakan sholat lima waktunya, mengerjakan puasa pada bulanya, dan menjaga kemaluanya, serta taat kepada suaminya, Maka dia akan masuk surga dari pintu manapun yang dia mau”. Subhallah, semoga kisah ini bermanfaat dan menginspirasi. Wallahu A’lamu Bishowab.

close