Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Mush'ab bin Umair, Pujaan Wanita Mekkah yang Menjauhi Kemewahan

Mush'ab rela hidup miskin berjuang bersama Rasulullah SAW

KompasNusantara - Mush'ab bin Umair adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, yang dijuluki "Mush'ab Yang Baik". Pemuda berwajah tampan dan selalu menjadi pujaan hati wanita Mekkah. Lahir dari keturunan Quraisy, Mush'ab bin Umair hidup berkecukupan dan dimanjakan keluarganya.

Tak hanya wanita, Mush'ab bin Umair juga selalu menjadi bintang di setiap pertemuan di Mekkah. Sejarawan menyebut Mush'ab bin Umair memiliki nama yang harum di Mekkah, karena keteguhan imannya dan kesetiaannya pada Islam serta Rasulullah SAW.

Bagaimana sosok Mush'ab bin Umair yang kehormatannya dikagumi masyarakat Mekkah dan umat Islam pada masanya?

1. Mush'ab bin Umair meninggalkan kemewahan berjuang demi Islam bersama Rasulullah

Mush'ab bin Umair pemuda yang dimanja kemewahan ini penasaran hingga berusaha mencari sosok Rasulullah SAW dan agama yang dibawanya, karena pada masa itu selalu menjadi perbincangan masyarakat Mekkah setiap saat.

Dikisahkan dalam buku "Biografi 60 Sahabat Nabi" karya Khalid Muhammad Khalid, Mush'ab bin Umair yang dikenal berpenampilan anggun dan cerdas, akhirnya mengetahui keberdaan Rasulullah dan menemui di Bukit Shafa, kediaman Al-Arqam bin Abul Al-Arqam.

Mush'ab yang mendengarkan lantunan ayat-ayat Al Quran dari Rasulullah, langsung bergetar hatinya. Mush'ab merasa gembira mendengar lantunan ayat suci Al Quran. Ia merasakan kedamaian di hatinya hingga ia masuk Islam.

Ibunda Mush'ab, Khannas binti Maliq, yang disegani masyarakat Mekkah, menjadi sosok yang paling ditakuti Mush'ab usai masuk Islam. Ia khawatir dan gelisah ibunda mengetahui dia masuk Islam, dan terus merahasiakan keislamannya.

2. Rahasia keislaman Mush'ab bin Umair akhirnya diketahui ibundanya

Utsman bin Talhah suatu hari melihat Mush'ab bin Umair memasuki kediaman Al Arqam dan melihat Mush'ab melakukan salat seperti yang dilakukan Rasulullah, segera melaporkan kabar ini kepada ibunda Mush'ab.

Mush'ab pun akhirnya berdiri di hadapan sang ibu dan keluarganya serta pemuka Mekkah dengan membacakan ayat-ayat Al Quran. Sang ibu yang akan membungkam mulut Mush'ab dengan tamparan keras, luluh dengan kewibawaan dan kejujuran putranya.

Meski tak kuasa menampar putranya, sang ibu mengurung Mush'ab di ruang terisolasi di rumahnya. Hingga suatu hari Mush'ab diam-diam keluar dari rumahnya. Dia hijrah ke Habasyah (Etiopia) bersama kaum Muhajirin, dan setelah sekian lama kembali ke Mekkah.

Keimanan Mush'ab kian menguat dan semakin setia mendampingi Rasulullah SAW.

3. Mush'ab bin Umair rela hidup miskin dan susah

Suatu hari Mush'ab duduk bersama Nabi Muhammad SAW dan para sahabat lainnya. Semua memandang Mush'ab dengan mata tertunduk dan merasa prihatin. Beberapa di antara mereka berlinang air mata karena terharu melihat penampilan Mush'ab, yang memakai jubah usang penuh tambalan.

Para sahabat teringat Mush'ab sebelum masuk Islam yang dikenal hidup berkecukupan dengan pakaian serba mewah. Rasulullah juga memandang Mush'ab penuh bijaksana dan kasih sayang, seraya bersabda:

"Aku telah mengetahui Mush'ab ini sebelumnya. Tidak ada pemuda Mekkah yang lebih dimanjakan oleh orang tuanya seperti dirinya. Kemudian ia meninggalkan itu semua karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya."

Ibunda Mush'ab tak lagi sudi menghidupi anaknya karena dianggap mengingkari agama lamanya. Bahkan semakin murka. Sang ibu kembali mengurung Mush'ab dan mengancam akan membunuh siapapun orang-orang yang membantu membebaskan anaknya dari kurungan.

Namun, sang ibundanya akhirnya tak kuasa dengan kekokohan dan keimanan Mush'ab hingga akhirnya membebaskan putranya dengan cucuran air mata. Keduanya berpisah dengan berlinang air mata.

"Pergilah sesuka hatimu, aku bukan ibumu lagi," ujar ibunda Mush'ab.

Mush'ab menghampiri ibundanya seraya mengatakan, "Wahai ibunda, saya ingin menyampaikan nasihat kepada bunda, dan ananda merasa kasihan kepadamu. Saksikanlah tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."

Mush'ab pun akhirnya memilih hidup miskin dan sengsara, meninggalkan kemewahan.

4. Mush'ab menjadi utusan Rasulullah SAW

Suatu hari Rasulullah SAW mengutus Mush'ab mengajarkan Islam kepada orang-orang Anshar yang telah berbaiat kepada Rasulullah di Madinah. Sebenarnya banyak sahabat Rasul yang lebih tua dan berpengaruh, namun Mush'ab yang dipilihnya.

Saat Mush'ab pertama tiba di Madinah, di Bukit Aqabah, baru 12 orang yang memilih Islam. Namun beberapa bulan kemudian, banyak masyarakat di Madinah memenuhi panggilan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Pada musim haji berikutnya, setelah tahun perjanjian Aqabah, Mush'ab memimpin rombongan 70 orang mukmin laki-laki dan perempuan menemui Rasulullah SAW

Di Madinah, Mush'ab tinggal di kediaman As'ad bin Zurarah. Bersama As'ad, Mush'ab mengunjungi kabilah-kabilah rumah-rumah dan pertemuan-pertemuan untuk mensiarkan Islam.

Syiar Islam di Madinah tidak lepas dari ancaman kaum kafir. Mush'ab pernah diancam Usaid bin Al-Hudhair dengan todongan pisau di lehernya. Namun berkat kecerdasan dan ketenangan jiwanya, Mush'ab berhasil membuat hati Usaid luluh hingga dia masuk Islam, setelah Mush'ab melantunkan ayat-ayat suci Al Quran.

"Alangkah indah dan benarnya ucapan itu. Apakah yang hendak dilakukan oleh orang yang hendak masuk agama ini?" tanya Usaid.

Usai Usaid memeluk Islam, orang-orang Madinah berbondong-bondang berdatangan kepada Mush'ab dan masuk agama Allah SWT. Kaum Quraisy semakin murka mendengar kabar kejayaan Islam di Madinah, hingga meletuslah Perang Badar yang dimenangkan kaum muslimin.

5. Mush'ab dipercaya Rasulullah memegang panji perang kaum muslimin di Perang Uhud

Perang Uhud sebagai balas dendam kekalahan kaum Quraisy akhirnya meletus. Mush'ab dipercaya Rasulullah SAW memegang bendera perang. Perang Uhud berlangsung sengit dan kaum muslimin menerima kekalahan karena tak mematuhi perintah Rasulullah SAW.

Pasukan pemanah kaum muslimin turun dari bukit mengambil harta perang yang ditinggalkan musuh, hingga pasukan berkuda kaum Quraisy kembali menyerang kaum muslimin yang sedang lengah. Ketika Nabi Muhammad SAW tengah menjadi incaran kaum Quraisy, Mush'ab maju melindungi Rasulullah. Dia bertempur seorang diri.

Ibnu Qami'ah dengan berkuda mendatangi Mush'ab dan menebas tangan kanannya. Tangan kiri Mush'ab tetap memegang bendera perang kaum muslimin. Tapi musuh kembali mendatangi Mush'ab hingga menebas tangan kirinya. Mush'ab tetap mempertahankan dan mendekap bendera dengan kedua pangkal lengannya yang sudah terputus, seraya berseru, "Muhammad itu tiada lain seorang utusan, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa utusan."

Musuh kembali menyerang Mush'ab dengan tombak hingga patah. Ia kembali berseru dengan kalimat yang sama kepada musuh, sambil mendekap bendera perang. Mush'ab akhirnya gugur hingga bendera pun terjatuh.

Rasulullah kembali mendatangi jenazah Mush'ab dan mujahid lainnya, usai musuh meninggalkan mereka. Air mata Rasulullah mengucur deras. Selain Mush'ab, paman Rasulullah, Hamzah, juga turut menjadi suhada dalam perang ini, yang jasadnya dipotong-potong oleh kaum musyrikin. Rasulullah terguncang dengan kesedihan mendalam.

Di depan jenazah Mush'ab, Rasulullah membacakan ayat suci Al Quran:

"Dan di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menapati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah." (Al-Ahzab : 23)

Sambil menutupi jenazah Mush'ab bin Umair, Rasulullah bersabda:

"Ketika di Mekkah dulu, tidak ada seorang pun yang aku lihat yang halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripada dirimu. Namun, sekarang engkau (gugur) dengan rambutmu yang kusut masai dan hanya dibalut sehelai kain."
close