Nur Muhammad Menjadi Awal Penciptaan Alam Semesta
KompasNusantara - Sebuah hadits menyebutkan bahwa Allah menciptakan nur Muhammad dari nur-Nya sebelum segala sesuatu diciptakan. Kemudian, Allah menciptakan segala sesuatu itu dari nur Muhammad (Syekh Yusuf bin Isma‘il an-Nabhani, al-Fadha’il al-Muhammadiyyah, 1994: 111).
Menurut hadis dari Sayyidina ‘Abdillah bin ‘Abbas, Allah menciptakan nur Muhammad dua ribu tahun sebelum menciptakan Nabi Adam as. Nur Muhammad tersebut senantiasa bertasbih kepada Allah, di mana kemudian para malaikat juga ikut bertasbih (Mawlid ad-Diba‘i, hlm. 15 dan Mawlid Syarafu al-Anam, hlm. 99 dalam Majmu‘ah al-Mawalid, penerbit al-‘Aidrus Jakarta).
Ketika Allah menciptakan Nabi Adam as., maka nur Muhammad diletakkan di antara tanah yang menjadi bahan penciptaan Nabi Adam as. Allah kemudian menurunkan nur Muhammad ke muka bumi melalui perantara turunnya Nabi Adam as. ke bumi.
Dalam hal ini, Allah meletakkan nur Muhammad di pinggang Nabi Adam as. Ketika Nabi Nuh as. berlayar karena mengalami banjir bandang, maka Allah meletakkan nur Muhammad di dalam sulbi Nabi Nuh as.
Ketika Nabi Ibrahim as. Dilempar ke dalam api oleh orang-orang kafir, maka Allah meletakkan nur Muhammad di dalam sulbi Nabi Ibrahim as. (hlm. 15-16 & 99-100).
Oleh karena itu, berkat nur Muhammad tersebut Nabi Adam as. Memperoleh kedudukan dan pangkat yang tinggi di sisi Allah dan manusia. Berkat nur Muhammad tersebut Nabi Nuh as. Bisa selamat dari amukan banjir bandang selama enam bulan.
Berkat nur Muhammad tersebut orang-orang yang mengingkari dakwah dan risalah Nabi Nuh as. Binasa diterjang banjir bandang. Berkat nur Muhammad tersebut Nabi Ibrahim as. Bisa menegakkan hujahnya kepada para penyembah berhala dan bintang (Mawlid ad-Diba‘i, hlm. 7).
Dari Nur Muhammad dan Tanah Muhammad ke Muhammad sebagai Manusia
Ketika Allah berkehendak menampakkan Rasulullah Saw. (sebagai manusia) yang merupakan makhluk terbaik di alam semesta, maka Dia memerintahkan malaikat Jibril untuk mengambil segenggam tanah―yang nantinya akan dijadikan salah satu bahan penciptaan Muhammad sebagai manusia (Tanah Muhammad)―di tempat Rasulullah Saw. kelak dimakamkan (Madinah) (Mawlid Syarafu al-Anam, hlm. 102-103).
Akhirnya, Malaikat Jibril membawa segenggam tanah Muhammad tersebut sambil mengelilingi surga dan kemudian merendamnya ke dalam sungai Tasnim yang berada di surga. Kemudian, dia menghadap ke hadirat Allah sembari membawa tanah Muhammad yang sudah direndam tersebut.
Sehingga tanah Muhammad itu merembes air terus menerus, di mana Allah kemudian menciptakan seluruh nur para nabi dari rembesan air tanah Muhammad. Oleh karena itu, seluruh para nabi diciptakan dari nur Muhammad (hlm. 103).
Makanya, tidak heran apabila Imam al-Bushiri berkata dalam kasidah Burdah:
Rasulullah Saw. Melampuai para nabi terdahulu, baik penciptaannya, bentuk fisiknya, maupun budi pekertinya # mereka sama sekali tidak akan menyamai rasulullah Saw., baik dalam ilmunya maupun kemuliaannya.Seluruh nabi mengambil dari rasulullah Saw. # Seciduk lautan ataupun setetes hujan ilmunya dan kemuliannya.
Setelah itu, Allah meletakkan tanah Muhammad di pinggang Nabi Adam as. Dan meletakkan nur Muhammad di dalam tanah Muhammad tersebut. Sehingga sekelompok malaikat yang dekat dengan Allah (al-muqarrabin) langsung bersujud kepada Nabi Adam as. Yang di dalam tubuhnya terdapat nur dan tanah Muhammad.
Ketika Allah memerintahkan para malaikat bersujud kepada Nabi Adam as., maka Dia membuat perjanjian suci kepada Nabi Adam as. Agar nur Muhammad itu disimpan dalam tubuh orang-orang mulia dan dermawan yang suci dari dosa-dosa dan kekafiran (hlm. 103-104).
Oleh karena itu, nur Muhammad tersebut senantiasa tersimpan dalam pinggang orang-orang terpilih dan rahim orang-orang yang suci dan merdeka (bukan budak). Akhirnya, Allah mengeluarkan nur Muhammad tersebut dari Sayyid ‘Abdullah bin ‘Abdul Muththalib dan Sayyidah Aminah, dimana keduanya merupakan orang-orang mulia, terpilih, dan selama-lamanya terjaga dari perbuatan zina (hlm. 104, 100, dan Mawlid ad-Diba‘i, hlm. 16).
Dengan demikian, nasab Rasulullah Saw. Adalah mulia, terpilih, unggul, dan suci (terpelihara) dari perbuatan zina, baik dari Nabi Adam as. hingga Sayyid ‘Abdullah dan Sayyidah Aminah. Allah memang sangaja menjaga leluhur (nenek moyang) Rasulullah Saw. Dari perbuatan-perbuatan tercela seperti zina, sehingga kesucian nasab Rasulullah saw. Tetap terjaga mulai dari Nabi Adam as. Hingga Sayyid ‘Abdullah dan Sayyidah Aminah. Hal ini dilakukan dalam rangka memuliakan Rasulullah Saw. Dan menjaga nama baiknya (hlm. 16, 100, 104, dan Mawlid al-Barzanji Natsr, hlm. 43).
Dalam hal ini, Allah memang mengkhususkan Rasulullah Saw. Dengan nasab dan kedudukan yang paling mulia di alam semesta (Mawlid ad-Diba‘i, hlm. 13). Keterangan mengenai terjaganya kesucian nasab Rasulullah Saw. (mulai dari Nabi Adam as. hingga Sayyid ‘Abdullah dan Sayyidah Aminah) dari perbuatan zina ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidina ‘Abdillah bin Sayyidina ‘Abbas (Mawlid ad-Diba‘i, hlm. 15-16 & al-Fadha’il al-Muhammadiyyah, hlm. 108).
Adapun nasab Rasulullah Saw. Adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib (nama aslinya adalah Syaibah) bin Hasyim (nama aslinya adalah ‘Amr) bin Abdi Manaf (nama aslinya adalah Mugirah) bin Qushai (nama aslinya adalah Mujammi‘) bin Kilab (nama aslinya adalah Hakim) bin Murrah bin Ka‘ab bin Lu’ai bin Galib bin Fihr (nama aslinya adalah Quraisy) bin Malik bin Nadhir bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma‘add bin ‘Adnan bin ’Udda bin ’Udad bin al-Humaisa‘ bin Nabayut bin Isma‘il bin Ibrahim, Khalil ar-Rahman, as. (Mawlid al-Barzanji Natsr, hlm. 41-42 dan Ahmad Hijazi as-Saqa dalam pengantar Manakib al-Imam asy-Syafi‘i karya Imam Fakhruddin ar-Razi, penerbit Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyyah, 1986: 3 & 23).