Ketika Nabi Sulaiman Mendengar Pembicaraan Bangsa Semut
KompasNusantara - Nabi Sulaiman merupakan salah satu anak dari Nabi Dawud, Al-Hafizh Ibnu Asakir mengatakan bahwa nama lengkapnya adalah Sulaiman bin Dawud bin Isai bin Obed bin Boas bin Salma bin Nahason bin Aminadab bin Ram bin Hezron bin Peres bin Yehuda bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.
Allah berfirman, “Dan Sulaiman elah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.” (QS. An-Naml:16).
Bahkan selain bisa berbicara dengan burung, Nabi Sulaiman juga dikisahkan dalam beberapa riwayat bisa mendengar percakapan pasukan semut. Tentunya semua atas izin dan kuasa Allah.
Allah berfirman, “Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seorang semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”
Nabi Sulaiman memahami apa yang dikatakan oleh komandan semut itu kepada bangsanya. Setelah mendengar hal tersebut, ia tersenyum dan senyuman itu adalah tanda keceriaan, kesenangan dan kebahagiaannya atas apa yang telah diberikan Allah khusus kepada dirinya, tidak kepada yang lain.
Keterangan ini sekaligus menjadi bantahan bagi sebagian orang yang kurang berakal yang berpendapat bahwa sebelum zaman Nabi Sulaiman hewan-hewan dapat berbicara dengan manusia, hingga ketika pada zaman Nabi Sulaiman ia menghentikan semua itu, sampai tidak ada lagi hewan yang dapat berbicara dengan manusia setelah itu.
Tentu hal ini tidak akan dikatakan oleh orang-orang yang berakal, sebab jika benar demikian, maka pemahaman Nabi Sulaiman atas bahasa yang digunakan oleh hewan bukanlah suatu kelebihan pada dirinya di atas yang lain, karena semua manusia mengerti apa yang dibicarakan hewan.
Jika dikatakan bahwa Sulaiman telah mengambil sumpah semua hewan agar tidak berbicara dengan manusia lain selain dirinya, ini juga tidak ada faedahnya sama sekali, karena pemahamannya atas bahasa hewan juga bukan suatu kelebihan pada dirinya, melainkan atas dasar kekuasaan.
Bukankah Sulaiman juga berkata, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridahai. Masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Ia meminta kepada Allah untuk dapat selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya, nikmat yang dikhususkan untuk dirinya seorang, tidak kepada manusia lainnya.
Maksud dari kata “Walidayya” atau kedua orang tuaku adalah Dawud dan ibunda Sulaiman. Ibundanya itu adalah seorang wanita yang salehah dan rajin beribadah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat Sunaid bin Dawud, dari Yusuf bin Muhammad bin Munkadir, dari ayahnya, dari Jabir, dari Nabi shalallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Ibunda Sulaiman pernah berpesan kepada Sulaiman, ‘Wahai anakku, janganlah kamu gunakan seluruh malammu untuk tidur, sebab banyak tidur di malam hari akan membuat seorang hamba menjadi orang yang fakir di hari kiamat nanti.”
Semut yang Meminta Hujan
Abdurrazzaq meriwayatkan, dari Ma’mar, dari Zuhri, ia berkata, “Pada suatu hari Sulaiman bin Dawud melakukan perjalanan bersama para sahabatnya untuk berdoa meminta diturunkan hujan. Lalu dalam perjalanan, Sulaiman melihat seekor semut tengah berdiri dengan mengangkat salah satu kakinya untuk berdoa, bangsa semut juga meminta untuk diturunkan hujan. Lalu Sulaiman berkata pada sahabatnya, “Marilah kita kembali lagi, karena nanti kalian pasti akan mendapatkan air hujan. Lihatlah semut itu, ia telah berdoa, dan doanya telah dikabulkan.”
Ibnu Asakir pernah meriwayatkan sebuah hadist marfu, namun tidak disebutkan adanya nama Sulaiman, riwayat tersebut ia dapatkan melalui Muhammad bin Uzaiz, dari Salamah bin Rauh bin Khalid, dari Uqail, dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata,
“Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “salah seorang Nabi utusan Allah pernah mengajak kaumnya untuk berdoa kepada Allah meminta agar diturunkan hujan. Kemudian, mereka bertemu dengan seekor semut yang mengangkat beberapa kakinya ke ats langit. Lalu Nabi itu berkata, ‘Kembalilah kalian ke rumah masing-masing, karena doa kalian telah dikabulakan melalui semut ini.’”
As-Suddi mengatakan, “Pada zaman Nabi Sulaiman, pernah terjadi bencana kekeringan yang melanda seluruh masyarakat. Lalu Sulaiman memerintahkan kepada masyarakat untuk ikut bersamanya berdoa kepada Allah untuk meminta diturunkan hujan. Dalam perjalanan, Sulaiman melihat ada seekor semut yang berdiri di aas dua kakinya dan mengangkat kakinya yang lain ke atas langit. Semut itu berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya kami ini juga makhluk ciptaan-Mu, namun kami tidak mendapatkan jatah karunia dari-Mu.” Lalu Allah menurunkan hujan yang lebat kepada mereka.
Sumber : Buku Kisah Para Nabi - Imam Ibnu Katsir