Kisah Nabi Syamil, Nabi Bijak Penyelamat Bani Israil
KompasNusantara - Terdapat cukup banyak nabi yang tak disebut dalam deretan nama 25 nabi dan Rasul. Apalagi dalam sejarah pra Islam, Allah selalu mengutus nabi di tengah Bani Israil tanpa pernah terputus. Mengingat sifat Bani Israil yang mudah hengkang dari agama jika tak didampingi oleh utusan ilahi. Salah satu nabi yang jarang disebut yakni Nabi Syamil, atau Shammil, atau Ahli Kitab menyebutnya dengan Samuel. Seperti apa sosoknya?
Nabi Syamil merupakan rasul yang diutus setelah era Nabi Musa. Sepeninggal Nabi Musa, Bani Israil hidup layaknya sekumpulan domba tanpa penggembala. Sebetulnya ada beberapa nabi yang diutus setelah wafatnya Nabi Musa. Namun Bani Israil gemar membunuh para nabi yang diutus di tengah mereka.
Hingga puncaknya, Bani Israil kehilangan arah tujuan. Mereka melupakan syariat yang sebetulnya telah tertulis dalam Taurat. Namun sifat sombong menguasai mereka hingga Bani Israil pun terjatuh ke dalam kubangan penuh dosa. Bukan hanya maksiat, namun mereka juga melakukan kesyirikan dan dosa-dosa besar.
Karena membangkang, Bani Israil pun mendapat petaka dengan munculnya seorang raja yang tarani lagi bengis. Sang raja menindas rakyatnya sendiri, yakni Bani Israil dengan kejam. Ia gemar menyiksa dan menumpahkan darah. Kerajaan Bani Israil pun gonjang-ganjing-ganjing hingga musuh dari luar pun berdatangan menyerang. Saat itu Bani Israil benar-benar dalam kondisi terburuk.
Namun dalam kondisi demikian, Bani Israil tetap saja percaya diri bahwa mereka tak akan pernah terkalahkan karena memiliki Tabut. Bukannya bertawakal kepada Allah, mereka justru berpegang pada Tabut dan sombong karena memilikinya. Setiap bangsa kala itu mengetahui bahwa siapa yang memiliki Tabut tak akan pernah terkalahkan.
Hingga suatu hari, Tabut jatuh ke tangan bangsa Askalon (sumber lain mengatakan mereka adalah kaum Amaliqah yang terkenal bertubuh besar). Bani Israil pun mengalami kekalahan yang memilukan. Sang raja tirani tewas dalam peperangan dengan bangsa Askalon. Sementara Bani Israil terusir dari negerinya demi menyelamatkan diri. Saat itu Bani Israil benar-benar di atas kesengsaraan hingga mereka pun menyadari kesalahan dan dosa yang mereka lakukan.
Allah pun kemudian mengangkat Syamil menjadi nabi dan mengutusnya untuk menyelamatkan Bani Israil. Hadirnya Nabi Syamil menjadi udara segar dan harapan baru bagi Bani Israil. Kepada Nabi Syamil, Bani Israil pun meminta seorang pemimpin untuk menggantikan raja mereka yang tewas saat perang melawan Askalon. Mereka meminta sang nabi mengangkat seorang raja untuk menggantikan kematian raja mereka yang bengis.
Namun sosok Nabi Syamil sangat bijak dan tegas pada Bani Israil. Ia tak serta merta menuruti keinginan Bani Israil. Alih-alih menerima daftar keturunan raja dari kaumnya, Nabi Syamil memilih untuk meminta petunjuk Allah tentang siapa yang layak menjadi pemimpin. Beliau pun kemudian berani menunjuk seorang raja, meski ia tahu Bani Israil akan menolaknya.
Ialah pria bernama Talut yang ditunjuk Nabi Syamil untuk menjadi raja. Sang nabi mengangkat Talut atas petunjuk Allah. Sebelumnya, beliau pun mengetahui sifat kepemimpinan yang Talut miliki. Nabi Syamil tahu betul bahwa keputusannya mengangkat Talut akan mendapat protes dari Bani Israil. Mengingat Talut bukanlah berasal dari keturunan raja, meski sejatinya Talut adalah keturunan dari Bunyamin, saudara Nabi Yusuf yang saleh.
Dikisahkan bagaimana Nabi Syamil pertama kali bertemu Talut di sebuah gunung. Saat itu Talut yang merupakan anak petani tengah kehilangan keledainya. Bukan bertemu keledainya, Talut justru bertemu dengan sesosok pria yang bisa langsung ia kenali sebagai utusan Allah. Saat itu pula, Nabi Syamil baru saja mendapat petunjuk Allah bahwa ia akan bertemu calon raja bagi Bani Israil. Diketahuilah bahwa pria tinggi, tegap, shaleh dan cerdas bernama Talut adalah raja pilihan Allah.
“Tapi saya adalah Bani Bunyamin, bani yang paling tak dikenali di kalangan suku-suku keturunan Ya’qub. Saya tak tahu menahu tentang kepemimpinan ataupun kerajaan. Saya hanyalah pria miskin yang tak memiliki kekayaan,” kata Talut pada Nabi Syamil.
Dengan bijak, Nabi Syamil pun meyakinkan Talut, “Sesungguhnya Allah telah menghendakimu menjadi raja. Karena itu bersyukurlah dan kuatkanlah keimananmu.”
Nabi Syamil pun kemudian menghadirkan Talut ke hadapan Bani Israil. Ribuan protes ia dapatkan. Namun Nabi Syamil dengan tegas mengangkat Talut menjadi raja dan memerintahkan Bani Israil untuk taat kepada raja yang baru. Sang nabi Allah lalu mewasiatkan kepada Bani Israil agar pergi berperang di bawah kepemimpinan Talut untuk melawan musuh dan merebut kembali Kerajaan Bani Israil.
Meski berat hati, Bani Israil menuruti sang nabi dan menjadi pasukan Talut. Kelak, mereka menyadari bahwa pilihan Nabi Syamil sangatlah tepat. Di bawah kepemimpinan Talut, Bani Israil menjadi sangat kuat dan menguasai kembali kerajaan mereka. Lebih dari itu, di masa Talut lah cikal bakal munculnya kerajaan raksasa Bani Israil yang akan diwarisi oleh Nabi Daud dan Sulaiman.
Sumber: Stories of the Prophets karya Ibnu Katsir.