Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apa Itu Bug? Berikut Berbagai Penyebab dan Cara untuk Mencegahnya!


KompasNusantara - Bug dalam bahasa Inggris memiliki arti serangga kecil yang mengganggu, namun dalam software development, bug memiliki maksud yang sama namun pengertian yang berbeda. Kehadiran bug sama-sama mengganggu dan dalam software development, kehadiran bug tersebut perlu segera diatasi. Yuk, cari tahu apa itu bug, tipe-tipe bug, dan bagaimana cara mencegah bug itu muncul!

Apa itu bug?


Bersumber dari Techopedia, software bug adalah masalah yang menyebabkan program macet atau menghasilkan output yang tidak valid. Masalahnya disebabkan oleh logika yang tidak memadai atau salah. Bug dapat berupa error, mistake, defect, atau fault yang dapat menyebabkan kegagalan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Sebagian besar bug disebabkan oleh kesalahan manusia dalam kode sumber atau desainnya. Sebuah program dikatakan buggy ketika berisi sejumlah besar bug, yang mempengaruhi fungsionalitas program dan menyebabkan hasil yang salah.

Tipe dari software bugs


Beberapa tipe dari software bugs adalah sebagai berikut.

1. Bug fungsional

Secara sederhana, komponen apa pun dalam aplikasi atau situs web yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya adalah bug fungsional. Misalnya, tombol “Login” tidak mengizinkan pengguna untuk masuk, tombol “Tambahkan ke troli” yang tidak memperbarui troli, search box yang tidak menanggapi permintaan pengguna, dll.

2. Bug logis

Bug logis mengganggu alur kerja software yang dimaksudkan dan menyebabkannya berjalan tidak benar. Bug ini dapat mengakibatkan perilaku software yang tidak terduga dan bahkan crash tiba-tiba. Bug logis terutama terjadi karena kode yang ditulis dengan buruk atau salah tafsir logika bisnis. Contoh bug logis meliputi:
  • Menetapkan nilai ke variabel yang salah
  • Membagi dua angka alih-alih menambahkannya bersama-sama menghasilkan hasil yang tidak terduga
3. Bug alur kerja

Bug alur kerja dikaitkan dengan perjalanan pengguna (navigasi) aplikasi software. Contohnya saat mengisi formulir dan pengguna hendak mengklik "Simpan dan Keluar", namun yang terjadi, pengguna justru diarahkan keluar dari formulir tanpa menyimpan informasi tersebut.

4. Bug tingkat unit

Bug tingkat unit sangat umum, dan biasanya lebih mudah diperbaiki. Selain itu, mereplikasi bug ini membutuhkan waktu lebih sedikit, sehingga pengembang dapat melacak bug yang tepat dan memperbaikinya dalam waktu singkat. Misalnya, jika pengembang membuat formulir halaman tunggal, pengujian unit akan memverifikasi apakah semua input fields menerima input yang sesuai dan memvalidasi tombol untuk fungsionalitas. Bug tingkat unit ini terjadi jika field tidak menerima karakter atau angka yang sesuai.

5. System-level integration bugs

Bug integrasi tingkat sistem terutama muncul ketika dua atau lebih unit kode yang ditulis oleh pengembang yang berbeda gagal berinteraksi satu sama lain. Bug ini terutama terjadi karena inkonsistensi atau ketidakcocokan antara dua atau lebih komponen. Bug semacam itu sulit dilacak dan diperbaiki karena pengembang perlu memeriksa potongan kode yang lebih besar. Contohnya adalah masalah kelebihan memori dan antarmuka yang tidak tepat antara UI aplikasi dan database.

6. Out of bound bugs

Out of bound bugs muncul ketika pengguna sistem berinteraksi dengan UI secara tidak sengaja. Bug ini terjadi ketika pengguna akhir memasukkan nilai atau parameter di luar batas penggunaan yang tidak diinginkan — misalnya, memasukkan angka yang jauh lebih besar atau lebih kecil atau memasukkan nilai input dari tipe data yang tidak ditentukan. Bug ini sering muncul dalam validasi formulir selama pengujian fungsional aplikasi web atau seluler.

Penyebab terjadinya bug


Terjadinya bug bisa disebabkan oleh beberapa penyebab berikut.

1. Miskomunikasi

Keberhasilan setiap aplikasi software tergantung pada komunikasi antara pemangku kepentingan, pengembangan, dan tim pengujian. Persyaratan yang tidak jelas dan salah interpretasi persyaratan adalah dua faktor utama yang menyebabkan defect pada software.

2. Kompleksitas software

Kompleksitas aplikasi software saat ini dapat menjadi sulit bagi siapa saja yang tidak memiliki pengalaman dalam pengembangan software modern. Software memiliki tingkat kerumitan pengembangan yang berbeda-beda. Biasanya, semakin banyak fungsi dan fitur sebuah software, maka semakin kompleks kode yang diperlukan untuk membuatnya. Kompleksitas inilah yang menyebabkan kesulitan bagi pemrogram saat menyusun kode sehingga tidak sedikit menyebabkan terjadinya bug.

3. Kesalahan pemrograman

Pemrogram yang tidak berpengalaman tanpa pengetahuan domain yang tepat dapat menyebabkan kesalahan sederhana saat pengkodean. Kurangnya praktik pengkodean sederhana, pengujian unit, debugging adalah beberapa alasan umum untuk terjadinya bug.

4. Dokumentasi yang buruk

Sulit untuk memelihara dan memodifikasi kode yang ditulis dengan buruk atau didokumentasikan dengan buruk. Setiap programmer baru yang mengerjakan kode ini mungkin akan bingung karena kerumitan proyek dan kode yang tidak terdokumentasi dengan baik.

Sering kali dibutuhkan waktu lebih lama untuk membuat perubahan kecil pada kode yang didokumentasikan dengan buruk, karena ada kurva pembelajaran yang sangat besar sebelum membuat perubahan kode apa pun. Akibatnya bisa menyebabkan munculnya logic bug.

5. Tekanan waktu

Saat mendapatkan tekanan waktu atau semakin mendekati deadline namun masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan, tentu pengerjaan software akan dipercepat dan menyebabkan risiko terjadinya kesalahan meningkat dan menyebabkan terjadinya bug.

Cara mencegah terjadinya bug


Terdapat beberapa tindakan pencegahan yang bisa kamu lakukan untuk meminimalisir terjadinya bug. Beberapa cara mencegah kehadiran bug antara lain sebagai berikut.

1. Buat kode yang dapat diuji

Fokuslah pada testabilitas dari awal proyek karena ini dapat membatasi terjadinya bug yang mungkin timbul kemudian. Cari tahu kode mana yang gagal, kemudian buat kode baru lagi, tes lagi, dan seterusnya. Ini akan menjamin bahwa kode yang kamu buat accessible dan testable, serta membuktikan bahwa Quality Assurance diprioritaskan dalam proses pengembangan yang kamu lakukan.

2. Buat kode yang sederhana

Kode yang rumit lebih cenderung memiliki bug dan lebih sulit untuk diuji. Ingatlah bahwa kode yang lebih sederhana bisa meminimalisir terjadinya kesalahan dan lebih sedikit upaya yang dihabiskan untuk memperbaikinya. Hapus kode apa pun yang mungkin tidak kamu perlukan, dan jangan buang waktu untuk membuat kode canggih yang tidak diperlukan.

3. Lakukan pemisahan kode

Pertimbangkan untuk memisahkan kode menjadi modul terpisah. Kamu dapat menguji setiap kode secara independen dengan memodulasinya menjadi file yang berbeda. Karena modular ini, kompleksitas kode lebih rendah sehingga lebih mudah untuk diuji.

4. Tetapkan standar pengkodean

Standar pengkodean yang efektif membantu dalam standarisasi pengembangan kode dan memberikan panduan yang jelas untuk mengatasi kesulitan tertentu. Kamu dapat mencegah masalah umum yang menyebabkan masalah sulit dengan mengikuti panduan ini.

5. Komunikasi yang efektif dan transparan

Komunikasi yang jelas antara tim dan anggota tim dapat membantu meminimalisir terjadinya bug. Bug atau masalah apapun itu dapat ditemukan jauh lebih cepat dan efektif jika setiap anggota tim diberdayakan untuk mengkomunikasikan setiap hambatan atau permasalahan yang dihadapi.

Sekian penjelasan dari apa itu bug, apa saja tipe-tipe bug, penyebabnya, hingga cara mencegah terjadinya bug. Semoga informasi di atas bermanfaat untuk kamu, ya!

close