Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Test Driven Development: Pengertian, Manfaat, Komponen, dan Cara Melakukan TDD


KompasNusantara - Saat mengembangkan software seringkali akan melibatkan banyak langkah untuk memastikan bahwa setiap jalur kode bekerja dengan benar. Nah, para pengembang sendiri telah bekerja untuk membuat proses tersebut lebih efisien dan minum eror. Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan test driven development.

Metode tersebut dapat membantu kamu dalam membangun perangkat lunak menggunakan beberapa pengujian dan verifikasi hingga setiap bagiannya dapat berfungsi dengan mulus. Agar pembuatan sistem dapat berjalan lancar, pengujian pun dilakukan dengan lebih mudah dan meminimalisir bug, pahami. lebih lanjut mengenai TDD yang ada di artikel ini.

Apa itu test driven development?


Dilansir dafri guru99.com, test driven development atau TDD adalah pendekatan pengembangan software yang mana kasus pengujian dikembangkan untuk menentukan dan memastikan apa yang akan dilakukan oleh suatu kode.

Kasus uji untuk setiap fungsi akan dibuat dan dievaluasi terlebih dahulu. Apabila pengujian dinyatakan gagal, kode baru akan terus ditulis hingga dapat lulus tes uji. Hal tersebut merupakan bagian dari kerangka kerja test driven development yang menginstruksikan pengembang untuk menulis kode baru hanya jika pengujian otomatis gagal untuk menghindari duplikasi kode. Setiap pengujian akan fokus pada satu fungsi, sehingga memudahkan kamu untuk memastikan pengujian dan penyempuranaan setiap bagian software dilakukan secara terperinci.

Manfaat test driven development


Metode test driven development dapat menghasilkan aplikasi berkualitas tinggi dalam waktu yang cenderung lebih singkat daripada metode lainnya. Mengimplementasikan TDD yang tepat mengharuskan pengembang dan penguji untuk secara akurat mengantisipasi bagaimana aplikasi beserta fiturnya akan digunakan dalam dunia nyata.

Manfaat yang akan kamu rasakan apabila menggunakkan metode test driven development, antara lain:
  • TDD dapat memfasilitasi lebih banyak komunikasi antara perancang software dengan pengembang lainnya. Diskusi yang terus dilakukan antar tim terkait standar yang harus ditetapkan untuk pengujian akan meminimalisir potensi kesalahan.
  • Pengujian TDD yang sering dilakukan, membuat tim dapat mengidentifikasi dan mengatasi error atau bug dengan cepat. Sehingga waktu dan biaya yang digunakan lebih efektif, juga mengurangi jumlah kesalahan dalam produk akhir.
  • Metode TTD dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya duplikat kode. Hal ini karena setiap duplikasi akan dikategorikan sebagai eror yang harus diperbaiki sebelum melanjutkan tes selanjutnya.
Test driven development membuat rangkaian uji yang dapat meminimalkan pengujian manual oleh manusia, sekaligus menemukan kesalahan lebih awal untuk perbaikan yang lebih cepat.

Kerangka kerja test driven development


Mungkin kamu sudah memahami bahwa pemrograman memiliki berbagai bahasa unik. Nah, berdasarkan hal itu terdapat beberapa framework yang mendukung test driven development sebagai berikut.
  • CsUnit dan NUnit: Keduanya merupakan framework pengujian untuk proyek .NET.
  • PyUnit dan DocTest: Framework populer yang digunakan untuk Python.
  • TestNG: Digunakan untuk mengatasi keterbatasan Junit.
  • Junit: Alat pengujian yang banyak digunakan untuk Java.
  • Rspec: Framework pengujian untuk Ruby.
Cara melakukan test driven development


Pada dasarnya terdapat tiga fase test driven development, yaitu sebagai berikut.

1. Membuat pengujian yang tepat

Para pengembang perlu membuat pengujian unit yang tepat untuk melakukan verifikasi fungsi atau fitur tertentu. Harus dipastikan semua pengujian telah terkumpul sehingga dapat dilakukan proses selanjutnya. Dalam banyak kasus biasanya tes akan gagal. Namun, kegagalan tersebut merupakan hal yang berarti karena pengembang dapat menganalisis bagaimana suatu fitur bekerja.

2. Mengoreksi kode

Setelah pengujian gagal, kamu harus membuat perubahan yang diperlukan untuk memperbaiki kode sebelumnya agar dapat berjalan dengan lancar saat proses dilakukan kembali.

3. Refactor code

Refactor code merupakan bagian dari tahapan validasi, dimana tim pengembang menganalisis data yang terkumpul selama pelaksanaan tes. Tim tersebut perlu membandingkan hasilnya dengan standar yang telah ditetapkan dalam fase pengujian. Jika tidak terpenuhi, kode harus ditulis ulang untuk mengadakan tes kembali.

Secara lebih singkat, cara untuk melakukan test driven development adalah
  • Menambahkan tes
  • Menjalankan semua tes dan melihat apakah ada tes yang gagal
  • Menulis beberapa kode
  • Menjalankan tes dan melakukan refactor code
  • Ulang
Bedanya test driven development vs agile model development


Berikut ini perbedaan antara test driven development dengan agile model development (AMD) yang perlu untuk kamu ketahui.

Test Driven Development
  • TDD merupakan spesifikasi yang detail
  • TDD memberikan pengembangan kode berkualitas tinggi
  • TDD mempersingkat arus feedback pemrograman
  • TDD tidak berorientasi visual
  • TDD memiliki cakupan terbatas untuk pekerjaan software
Agile Model Development
  • AMD digunakan untuk masalah yang lebih besar
  • AMD memberikan komunikasi yang berkualitas dengan stakeholder dan pengembang
  • AMD mempersingkat arus feedback pemodelan
  • AMD berorientasi visual
  • AMD memiliki cakupan yang luas termasuk para stakeholder
Test driven development adalah salah satu metode dalam pemrograman yang penting untuk diketahui apabila kamu bergelut dalam bidang tersebut. Metode ini memiliki manfaat yang salah satunya adalah dapat menghemat waktu dan biaya. Namun, sama halnya dengan metode lain, kamu juga harus mempelajari baik kelebihan maupun kekurangannya.

close