Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Raja MANSA MUSA, Orang Muslim Terkaya Sepanjang Masa, Berangkatkan Haji 60.000 Pelayannya


KompasNusantara - Saat mendengar pertanyaan siapa orang terkaya di dunia saat ini, mungkin satu nama yang bakal terlintas di kepala kita adalah pendiri Amazon Jeff Bezos. Hal itu tidak mengherankan karena menurut data yang dirilis Forbes 2019, kekayaannya mencapai USD 131 miliar setara dengan Rp1,87 kuadriliun.

Namun siapa sangka, kekayaan Jeff Bezos belum ada apa-apanya dibanding dengan kekayaan yang dimiliki Mansa Musa, penguasa pada abad ke-14 di Afrika Barat.

Saking kayanya, para sejarawan ekonomi bersepakat bahwa kekayaan Mansa Musa tidak bisa dinominalkan, sehingga ia dijuluki orang terkaya sepanjang masa dan belum terkalahkan hingga saat ini.

Siapa sebenarnya Mansa Musa?

Mansa Musa merupakan raja di Afrika Barat yang lahir pada tahun 1280. Saudara laki-lakinya yang bernama Mansa Abu Bakr merupakan raja yang berkuasa hingga tahun 1312.

Takhta kuasa Abu Bakr harus turun ketika ia dinyatakan tidak pernah kembali dalam sebuah ekspedisi mengarungi Samudera Atlantik. Akhirnya, mahkota kerajaan dari Abu Bakr pun diwariskan ke Mansa Musa yang selanjutnya membawa angin perubahan dalam lingkungan kerajaan.

Kerajaan Mali yang pada masa kekuasaan Abu Bakr belum terlalu dikenal, di bawah Mansa Musa perlahan mulai menunjukkan eksistensinya.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Mali pun semakin meluas hingga mampu menguasai 24 kota baru salah satunya Timbuktu. Menurut para sejarawan, wilayah kekuasaan Kerajaan Mali membentang sepanjang 3.128 km mulai dari Samudera Atlantik termasuk daerah yang saat ini menjadi Senegal, Mali, Mauritania, Nigeria, Pantai Gading, Gambia serta Republik Guinea.

Berbekal peta wilayah kekuasaan yang sangat luas, Mansa Musa menjelma menjadi seorang raja yang kaya raya. Konon, kerajaan yang dipimpinnya bahkan m enguasai hampir separuh jumlah emas yang ada di negeri-negeri Afrika, Asia sampai Eropa.

Meski memiliki kekayaan yang melimpah ruah dan memegang takhta sebuah kerajaan, Mansa Musa dikenal sebagai pribadi muslim yang bertakwa. Ia tidak lupa menjalankan kewajibannya sebagai umat Islam salah satunya berhaji ke tanah suci.

Dikisahkan, ia berangkat ke tanah suci Makkah melewati Gurun Sahara dan Mesir dengan memboyong 60.000 orang. Jumlah tersebut terdiri dari seluruh pejabat kerajaan, hakim-hakim, tentara, pedagang, penghibur, budak, pengendara unta bahkan kambing dan sapi sebagai bekal makanan.

Ketika rombongan besar itu melewati Gurun Sahara, dikatakan seolah-olah sebuah kota yang berjalan dengan kemegahannya.

Sesampainya di Kairo, Mesir, Mansa Musa menunjukkan kedermawanannya kepada penduduk setempat dengan membagi-bagikan emas yang ia miliki. Sampai-sampai muncul istilah 'banjir emas' di kota Kairo lantaran apa yang dilakukan Mansa Musa begitu mencengangkan. Imbasnya, banjir emas tersebut membuat anjlok harga emas di Kairo selama sepuluh tahun hingga merusak tata perekonomian setempat.

Mengetahui akan hal itu, Mansa Musa berupaya menstabilkan kembali perekonomian di sana sekembalinya dari Makkah Al-Mukarramah. Caranya, ia menarik sebagian emas yang beredar dengan akad meminjam disertai suku bunga yang sangat tinggi.

Di sisi lain, Mansa Musa sangat peduli dengan dunia pendidikan dengan memberi kesempatan kepada para sastrawan, seniman, arsitek, pustakawan, dan yang lainnya untuk bisa mengakses lebih kebutuhan pendidikan mereka. Banyak bangunan-bangunan seni, sekolah, perpustakaan, dan masjid yang ia bangun selama Mansa Musa berkuasa.

Mansa Musa akhirnya wafat pada usia 57 tahun sekitar tahun 1337. Kerajaan yang ditinggalkannya kemudian diwariskan kepada keturunannya, akan tetapi mereka tak mampu mempertahankan kejayaan Mansa Musa.

Hingga ketika bangsa Portugis mulai mengekspansi daerah-daerah di Afrika, Kerajaan Mali semakin lenyap ditelan zaman.

"Peninggalan kekayaan sang raja masih bertahan hingga saat ini, seperti makam, perpustakaan, dan masjid megah yang menjadi bagian sejarah kekayaan kerajaan Mali."
close