ROUNG 2004, Berdua Menembus Batas Misteri Gunung Raung
Berdua Menembus Misteri Raung
Tahun segini jangan berharap ketemu pos pendakian, porter dan guide di Kalibaru. Raung saat itu masih merupakan gunung dengan predikat paling angker di pulau Jawa. Dari beberapa sumber yang gw gali hanya timbul 2 recomended jalur. Yaitu via Sumber Wringin dan via Glenmore. Mencari literatur Raung cukup sulit karena gunung itu belum tenar seperti sekarang. Gw cukup tertarik dengan gunung ini karena ceritanya gak ada yang asik untuk didenger. Semuanya serba bikin bulu kuduk merinding. Selain angker gunung Raung adalah satu satunya gunung dengan ketinggian diatas 3000 mdpl yang belum gw daki di pulau Jawa. Niat gede tapi dana beloom kliatan.
Sampai pada suatu sore gw lagi asik gitaran dipinggir kali. Tiba tiba muncul si Lando. Liat stelannya kayanya baru pulang kuliah ni bocah. Nge naek yuk akh. BT nih gw. Kmana ?? Gw bilang. Raung Kata dia. What..!! Kebeneran gw bilang. Punya duit lo.?? Ada kata dia. Kapan gw bilang. Ya udah besok. Okey sip gw bilang. Oh iya Lando ini bener bener titisannya Panjoel sama gokilnya cuma kalah lucu ma si Panjoel. Hilang Panjoel datanglah Lando. Ha ha ha. Gak ada sepinya pendakian gw. Selalu ada aja manusia aneh silih berganti diberanda kisah pendakian gw.
Dia balik gw lanjut maen gitar. Puas 2 lagu gw ikutan balik. Siapin alat lalu peking. Akh beres semua. Alm nenek yang liat gw lagi bebenah nanya. Mau kemana lagi.?? Ke Jawa Timur. Punya duit gak.. Enggak.!! Nenek gw cengar cengir. Masuk kamar trus ngasih duit 100 ribu. Kebiasaan. Bondo nekat kok sampe punya anak. He he he he gantian gw yang cengar cengir bari garuk garuk kepala. Doain aja ya nenekku sayang. sambil gw ciumin tangannya. Malam itu gw coba cari tambahan dana. Putar puter akhirnya mentog dapet 100 lagi. Mayan jadi 200. Duit kepegang gw mluncur ke rumah lando. Ndo ade budget brapa lo. Ada 400 nih kata dia. Akh aman gw bilang. Saat itu gw putuskan naek kereta sampe Surabaya trus lanjut lagi ke Glenmore Banyuwangi.
Ritualnya masih sama. Up-Cikini. Cikini-Senen. Senen-Gubeng. Biasalah kereta jaman old selain ramai telatnya juga asoy melehoy. Hampir 14 jam berada di dalam perut ular besi akhirnya kita tiba di St Gubeng. Dari sini rencananya gw mampir ke rumah Wenang Paramarta atau Matius Suwandi. Tapi kok gw rada curiga ama si lando. Cuk mana duit lo. Ntar kata dia. Sambil melotot gw minta. Mana duit lo. Cengengesan dia kasih. 3 lembar 50-an sama recehan. Mana lagi..?? kata lo 400. Mpok gw gak jadi ngasih. Ha ha ha ha ha. Lando.. Lando.. Bener bener titisan Panjoell Doank loh.
Duit gw tinggal 100 pas karena dari UP sampe Gubeng semuanya pake duit gw dulu. Ya udah nanggung gw bilang. Kita bergerak pindah ke St gubeng yang khusus pemberangkatan KA ekonomi. Di ujung stasiun deket WC kita gelar kompor. Masak nasi sama goreng telor. Selesai makan lanjut ngupi bari ngudud. Akhhh Dajrum super emang nikmat bener.
Biar duit cekak logistik bisa dipastikan selalu safe. Sambil nunggu KA akhirnya kita nongkrong di Gubeng sampe sore. Hari itu KA Sri Tanjung yang biasanya masuk Surabaya jam 5 sore telat 2 jam. Sambil desak desakan dengan penumpang lain akhirnya kita masuk didalam KA. Gak kebagian duduk dan bordes menjadi pilihan terbaik untuk menunggu waktu tiba di Glenmore Banyuwangi.
Mungkin inilah yang dimaksud dengan kata kata Tuhan selalu bersama orang orang berani. Lagi asik asik ngudud tiba tiba datang seorang bapak bapak. Mau kemana Mas.?? Bali atau Lombok. Owh enggak pak gw bilang. Kita mau naik Gunung Raung. Raung. katanya. Rencananya mau lewat mana mas.?? Menurut Info katanya Glenmore pak. Ohh Lewat jalur Pataka aja ( beliau menyebut Pataga dengan penyebutan Pataka ). Baru dibuka tahun kemarin mas. Oh gitu pak. Turun dimana nanti. Kebetulan saya warga Kalibaru. kita sama sama turun disana nanti.
Sepanjang jalan akhirnya kita terlibat pembicaraan santai dengan bapak ini. Gak berasa waktu berlalu begitu cepat. Si bapak yang ternyata petugas tiba tiba dapat telp dari komandannya dan harus meluncur ke Banyuwangi. Sampai Kalibaru kita berpisah. Hati hati ya mas. Semoga sukses. katanya. Kala itu kita tiba di St kalibaru tepat jam 11 30. malam. Setelah berdiskusi sejenak dengan petugas Stasiun.. Alhamdulillah kita berdua di izinkan untuk bermalam di dalam stasiun. Gila rentek badan gw. Perjalanan marathon Jakarta-SBY Gubeng dan setengah hari lebih menanti KA Sri Tanjung yang datang dari Jogjakarta menuju Banyuwangi bikin kita segera rebahan.
Lampu stasiun yang telah dimatikan membuat kita nyaman berlayar diatas kursi kursi tunggu penumpang. Kabar tentang Raung yang very very mistik sempat menjadi buncahan pikiran gw sebelum pejamkan mata didalam buaian angin stasiun yang dingin. Gak lama gw pun lep hilang didalam kedamaian tanpa batas. Esok pagi bersama kesibukan para awak stasiun kitapun bangun dan pindah ke luar stasiun. Ucapkan terima kasih lalu cari makanan untuk sarapan.
Gembolan segede gaban yang ada dipunggung kita tentunya menarik perhatian. terutama tukang ojek. Sambil basa basi mereka bertanya. Mau naik Raung lewat jalur Pataka ya mas.?? Gw jwab iya.. Ya udah nanti sama kita aja. Gak ada angkot untuk kesana. Tawar menawar harga akhirnya deal. Bentar ya mas kita nyarap dulu ma cari tembakau. Disalah satu sudut stasiun gw liat ada penjual bakau iris lengkap dengan alat dan papirnya. Samperin. Tawar menawar lalu bungkus. 1 kg tembakau manis irisan dengan papir dan alatnya masuk kedalam keril kita.
Pagi itu kita dapat literasi cukup banyak dari tukang ojek. Setelah keril siap dan mereka siap akhirnya roda roda motor bergerak membawa kita menuju dusun Wonokromo atau Wonocolo. ( Lupa ) Mereka mengantar kita langsung kekediaman rumah Pak Kadus. ( Tepat di depan lapangan bola dusun ) Belum ada pos pendakian Raung. Kebetulan dirumah pak kadus sedang ada acara. Dengan logat Madura yang kental kami disambut oleh Pak kadus ( lupa namanya ) dan beberapa sepuh masyarakat. Mereka sempat terheran heran melihat kehadiran kami yang hanya berdua tetapi hendak mendaki Gunung Raung. Sempat terlontar perkataan naik Raung jangan berdua mas. Masih banyak singonya kata mereka. (singo itu penyebutan untuk harimau belang)
Setelah dipersilahkan masuk gw berdua segera menikmati suguhan teh manis dan kopi hitam khas Kalibaru. Sambil ngupi kita terlibat dalam perbincangan santai dengan warga dusun. Sesekali bercanda mereka menceritakan tentang jalur yang baru dibuat satu tahun sebelumnya. Biasanya anak kota mau naik raung itu ramai ramai. Kalian kok cuma berdua. Kalian punya sesuatu yah.. Amalan mungkin. Kita berdua geleng geleng kepala. Salah satu sepuh masyarakat juga mengatakan. Baru kalian aja nih yang naik Raung berdua dan team pertama setelah pendakian besar pertama Raung.
Setelah cukup lama bersenda gurau, kami berdua dijamu menu makanan Khas Madura yan lezat. Senada dengan tokoh masyarakat lainnya.. Pak kaduspun memberikan pandangan agar kita berdua mau menambah personil dari penduduk sekitar. Bukannya gak mau nih pak tapi uang kita pas pasan. He he he pokoknya seru abis dah bloom ape ape kita dah denger cerita mistik Raung yang bikin hati pengen pindah haluan. Bloom abis merinding gw gak lama datang penduduk yang habis diserang singo ( harimau belang ) disaat membuka ladang kopi miliknya. Wataw Tanpa malu malu dia tunjukin semua bekas lukanya. Sialan sialan gw bilang. Ni gunung edan beneran yah.
Setelah testimoni warga yang diserang harimau selesai. Salah satu sesepuh warga kembali bertanya. Masih mau naik gunung Raung mas.?? Walau bergetar gw jawab. Kita sampe sini karena Izin dan Kuasa Allah. Kita berbincang dan bersenda gurau disinipun karena Allah. Satu hal yang membuat kami yaqin dan akan tetap melanjutkan pendakian ini. Karena Allah dan para malaikat-Nya akan ikut didalam pendakian ini. Jawabann itulah yang kemungkinan menjadi pertimbangan Pak kadus dan Tokoh lainnya. Akhirnya setelah banyak memberikan wejangan kami di ijinkan untuk mendaki gunung Raung.
Ada beberapa barang yang kami titipkan disini. Mengingat waktu tempuhnya bisa mencapai 4 hari sebelum menembus Puncak. Setelah semua siap kamipun pamit kepada pak kadus dan para sesepuh dusun. Tukang ojek yang tadi membawa kami segera bersiap menghantar sampai dengan jembatan kayu besar di tepian ladang kopi. Aspal rusak dan berbatu akhirnya mulus sebelum memasuki hutan damar dan jembatan kayu. Mereka hanya antar kami sampai disini. Hati hati ya mas. Jangan dipaksakan. Kalo ada sesuatu yang janggal lebih baik turun. Siap mas gw bilang.
Setelah doa bersama langkah kakipun bergerak pasti meninggalkan jembatan kayu. Ladang kopi diantara lembah dan tebing segera menyambut kami didalam sunyi. Hari sudah cukup siang. Sekitar jam 1 tadi kita baru mulai start dari jembatan kayu. Kurang lebih 50 menit membelah ladang akhirnya kita tiba disebuah pondokan kayu yang cukup besar.
Disini terdapat pohon jeruk nipis dan sebuah pondok kayu mini disamping kiri jalan. Diareal ini kami beristirahat sebentar kemudian bertemu dengan penduduk sekitar ( kalo gak salah namanya Pak Sunaryo ) Masih senada dengan pak kadus bahwa kami berdua adalah pendaki yang baru mendaki Raung lagi setelah satu tahun ada pendakian besar ke gunung Raung.
Melihat pak Sunarya gw langsung mikir literatur.. ho ho ho. gak banyak cerita gw langsung tanya tanya semuanya tentang Raung. Menurut beliau pondokan kayu miliknya termasuk didalam pos pertama gunung Raung. Selepas pertigaan nanti kita harus lurus dan masuk kedalam hutan jangan kekanan jalur yang menurun katanya. Ohh iya pak. Sumber air dimana lagi pak. Ya cuma disini yang paling dekat. Nanti diatas kamu agak jauh turunnya. Kalo malem jangan bakar bakaran yah.. Hmm memang kenapa pak.?? Sambil berbisik dia bilang ngundang singo. Oh begitu. Siap siap. Maksih informasinya pak. Kalo gitu saya pamit ambil air dulu ya pak.
2 buah dirigen 5 liter dan 6 buah botol air mineral 500 mili liter kami bawa turun dan diisi penuh. Balik lagi dan istirahat. kebetulan Pak Sunarya dah gak ada di pondokan. Niat mau minta jeruk nipis akhirnya gak jadi. Pak minta jeruknya nya yah. Silahkan ambil nak. Petik aja seperlunya. He he. Gw yang ngomong lando yang nyaut. Kira-kira 15 butir buah jeruk akhirnya berpindah kedalam keril. Setelah racik nutrii joss kitapun bergerak kembali. Beban air 6 liter /orang membuat langkah seperti keong. Uclak uncluk menembus punggungan terbuka pertama sebelum memasuki kawasan hutan rimba.
Kurang lebih 10 menit akhirnya kita tiba di mulut rimba. Banting keril lalu linting bakau. Tali plastik yang telah dipersiapkan sebagai marka segera kami potong potong dalam ukuran tertentu. Sesekali terdengan suara senso didalam rimba dan beberapa burung raksasa terbang melintasi angkasa ( Rangkong ) Jalur sempit di pinggir jurang lalu masuk kedalam hutan lebat. Suasana hutan benar benar sunyi. Tumbuhan dikiri kanan jalur sangatlah rapat. 5 atau 10 menit kedepan jalur masih standar.
Ha ha ha. Masih gw inget jelas gimana kita kebingungan denger suara wukk wukk wuukk diatas kepala. Suara tersebut nyanter dan membuat pucuk pucuk pepohonan bergertar hebat. Masya Allah gak taunya 2 ekor rangkong ukuran raksasa hinggap diatas pohon kemudian terbang dan menjauh pergi. Sampe lemes gw berdua. Jatuh duduk sambil punggung pungungan.
Rapatnya kondisi jalur membuat kita ekstra waspada. Berkali kali ayunan golok harus dilakukan untuk membuka kerapatannya. Berdua dua didalam rimba sunyi nan perawan membuat kami fokus terhadap situasi, Sesekali pecah obrolan itupun hanya disaat membuat marka jalan. Keadaan benar benar sunyi, hawa dingin mistis menggantung ketegangan di udara. Ed dah. Asik bener. Hutan rapat dan redup ditambah suara suara asik sepanjang jalan menambah nikmat suasana pendakian.
Bukan hanya pepohonan kecil yang menutup jalur kadang pucuk pucuk rotan menjuntai penuh duri menghalangi perjalanan. Beban berat terpaksa harus diturunkan untuk membabat berbagai halang rintang yang menghadang. Hari pertama benar benar menguras energi. Satu dirigen full air yang menyita tenaga ditambah aktifitas ekstra membersihkan jalur dari berbagai halang rintang alami membuat langkah terasa sangat berat. Kurang lebih 4 jam menembus kesunyian akhirnya kita tiba di areal agak datar namun banyak dipenuhi oleh pohon kirai atau pandan hutan.
Sepi sunyi, tak ada satupun manusia kecuali hawa dingin aneh dan kabut tipis diantara hujan rintik yang datang menyambut kita berdua. Edan. Break dulu cuk. 2 bungkus Djarum Super yang terbungkus rapih akhirnya gw buka. Tarik sebatang. Sundud. Gila Djarum emang edan bro. Raung yang luar biasa layak disandingkan dengan Aroma Djarum Super yang mengudara. Buka base ajalah. Matahari dah mau kabur dari langit kayanya.
Gak pake lama. Bongkar keril tarik tenda. Tenda jadi bersiap untuk masak masakan. Jamur kuping yang gw dapet sepanjang jalur siap dioalah bersama potongan potongan tempe yang kita beli di St kalibaru. Lando segera sibuk motongin bawang dan cabai. Sementara gw masak nasi dan masak air untuk ngupi. Ngudud tanpa kopi apa rasanya. Ho ho ho. Aer mendidih seduh kopi. Linting bako lanjut lagi masak masakan.
Hari semakin gelap. Kabut tipis aneh mulai datang dan pergi. Bodo amatlah.. Rasa lapar bikin gw ma lando gak begitu menggubris hal ini. Cuek ajalah.. Namanya juga Raung. Berdua dua doang lagi. Nasi matang laukpun siap. Angkat piring lalu teratur membagikannya. Makan dulu bro. Urusan laen ntar dulu dah yang penting madang. Abis makan gw kumpulin kayu yang banyak terdapat disekitar tenda.
Lupa pesan pak Sunarya agar jangan bakar bakaran. Kayu rapi segera gw susun persegi. Gak lama apipun jadi dan kita berdua segera santai didepan api. Ngudud bako lintingan ternyata asik juga. Biasanya gw ketawa ketiwi kalo lagi cara bginian tapi saat itu beda. Gw cuma ngobrol pelan pelan aja ma si Lando. Golok selalu stand bye disamping badan.
Rokok belum habis dihisap. Kopi belum pupus dari gelas ( akh merinding gw ) tiba tiba melesat sesosok bayangan wanita menggunakan daster panjang putih. Enteng banget dia melayang ringan di atas kepala. Awalnya gw masih pura pura cuek tetapi setelah ada hembusan angin cukup kuat menerpa perapian, Gw rada keder juga. Lando tanpa basa basi segera masuk tenda. Anjrit.. Sendirian diluar sama si siti. Ntar dulu dah.
Lu aja gidah ma keluarga lu yang metal metal. Gak pake lama gw segera ikutan masuk. Buka sleeping bag dan berusaha tidur. Hadehh si kunti ternyata gak sendirian. Dia rame rame sama gengnya pesta pora didekat tenda kita. Dari mulai cekikikan sampe ngobrol gak jelas. ( rumpian ala kunti ) terdengar jelas di depan telinga yang dah ditutup rapat. Untung ada CTM. Minum dua butir. Gak lama gw pun ilang dari dari alam sadar. Raung malam pertama segini sangarnya.. Edan Edan.
Malam itu gw tidur pake nyenyak. Penasaran kali si kunti.. Gak kena di alam sadar dia udak gw ke alam bawah sadar. Ho ho ho.. Mimpinya asik.. Didalam mimpi gw dikelilingi oleh banyak wanita cantik tetapi pucat semua. Mereka kadang melayang kesana kesini tanpa arah dan tujuan. Mimpi tetaplah mimpi. Gw tetap nyenyak teridur sampai pagi datang menjemput.
Akhh.. Buka mata pelan pelan. Kicauan burung dari beraneka jenis menghiasi pagi itu dengan damai. Rintik hujan yang tidak berhenti dari semalam membuat suhu pagi itu tidak begitu menggigit. Setelah yaqin hari telah pagi. Gw buka pintu tenda. Gak banyak bicara langsung cari tempat buat pepsi, Buka Sletting langsung cuur dengan bebasnya.. Akhh lega..
Gak berapa lama landopun bangun keluar tenda dan ikutan cuurrrrr.. Pagi itu walaupun sudah pukul 7 tetapi suasana masih tetap redup. Gerimis kecil tetap tidak berhenti membasahi bumi. Rintikan air yang jatuh dari sela dedaunan menjadi bunyi unik tersendiri di celah celah kesibukan kami memasak. Air matang kopi pun jadi. Akhh.. Pagi pagi ngupi ma ngudud emang gak ada duanya.
Djarum Coklat segera mengepul diudara. Supernya mana bang..?? Buat ntar kalo dah nyampe puncak.. he he he he. Nesting yang gw taro ditempat netesnya air pagi itu dah terisi penuh. Ambil bagian bersihnya tuk cuci beras lalu naek ke atas kompor. Sarden yang belum diolah kini siap diolah bersama sisa jamur kuping semalam.
Nge bikin liwetan buat makan dijalur.. Oke sip gw bilang. Nasi matang ganti sarden masuk penggorengan. Naek keatas kompor lalu berlayar bersama irisan cabai dan bawang segar. mantab.. Aromanya bikin cacing pada kelaparan. Ayo lah. Tanpa basa basi kita berdua segera menyantap makanan.
Takeran nasi yang pas serta sisa sarden yang akan dicampur nasi liwet membuat semuanya tidak ada yang terbuang. Sambil nunggu liwet matang. gw berdua peking. Pekingan separoh rapih. Rebus telor. Telor mateng dinginkan lalu masuk kantong. Nasi liwet yang dah mateng kita tutup rapat didalam nesting. Bungkus koran lalu lipat rapat bersama Sleeping bag. Semua siap. Lets go Brad.
Kerapatan rimba tetap tak berkurang. Jalur semakin asik mengguncang lutut didalam perjuangan. Akhh Raung Raung kau memang pantas mendapatkan nama itu. Dengkulku meraung raung saat itu. Edan cukk Mbahnya Ciremai ini mah. Komposisi tanjakan brutal dan medan panjang tak urung membuat kita sebentar bentar break.
Beban dipundak yang terasa bagaikan batu batu gunung terus menginjak semangat didalam pertarungan. Ayo kawan bukan saatnya menyerah. Sahabat kita Raung tidak butuh pendaki tempe hadir disini. Terseok seok oleh beban dan jalur akhirnya kita tiba pada sebuah punggungan tipis dan terbuka. Disalah satu sudut jalur yang rata kita segera hempaskan keril diatas tanah. Edan copot pinggang gw.
Racikan nutrijoss yang biasanya awet kini tak lagi bersisa. Monyet monyet rimba yang bergelantungan liar diatas kepala nampak tersenyum mengejek kita. Ha ha ha dasar mongkey.. Gw capek lo malah tontonin. Gila start sekitar jam 8 sampai sini pukul 12 kurang. Hmm ni gunung beneran panjang bener kali yah. Udahlah bodo amat.
Tarik bungkusnya. Ambil sebatang. Sundud. Djarum Super selalu ada disaat saat super. Gak sebentar kita istirahat disini. Lagi asik asik nyantai dan menikmati cemilan yang ada. Tiba tiba monyet dan burung liar berhamburan terbang. Bahkan beberapa ekor monyet ada yang sampai jatuh ketanah karena ketakutan. Gw berdua yang awalnya bingung segera ambil sikap waspada.
Golok panjang yang tergenggam pada masing masing tangan kita pegang dengan erat. Hmm ada apaan nih.?? Kenapa monyet sampe panik begitu. Padahal dari tadi mereka enjoy enjoy aja ngeledekin kita. Belum terjawab pertanyaan tersebut tiba tiba terdengar auman keras sekali. Kalo tadi monyet yang panik sekarang gw ma lando yang kaget separo mati. Gak ngerti harus gimana yang jelas saat itu gw segera buat barikade dari keril dan kebetulan ada kayu panjang yang segera gw serut menjadi tombak.
Ketegangan menggantung di udara. Tangan dan kaki gw nampak gemetar menunggu apa yang akan terlihat didepan mata. Tarik Nafas. Tahan sebentar lalu hembuskan. Disaat genting itu tiba tiba gw teringat harus baca Shalawat yang biasa gw amalkan. Bismiliahirohmanirrohim. Salamun Alla Nuhin Fill Alamin Yaa Sayyidi Yaa Rasululloh. Gw baca ini agak keras dan terus gw baca berulang ulang.
Alhamdulillah.. Suara Kresak kresek didepan kita tiba tiba bergerak menjauh. Nuansa kharismatis yang luar biasa tiba tiba menghilang dari dalam dada. Masih gemetar gw ma Lando gak bergerak satu langkahpun. Tenangkan nafas baru bisa berkomunikasi dengan normal. Anjrit beneran cuuk. Gw kira cuma nakut nakutiin aja tuh orang-orang dibawah. Gimana nih kata Lando. Lanjut gw bilang.
Disini malah gak asik situasinya. Golok dan tombak kini hadir sebagai senjata kita. Diserang atau tidak urusan 2 milyar yang penting prepare apapun yang akan terjadi. Mental yang dihajar auman sang raja tak urung membuat kita semakin terseok seok. Tekanan jalur yang menggila ditambah kewaspadaan yang menguras energi didalam pikiran membuat langkah kita terhenti di bibir punggungan terjal.
Edan break dulu. Sumber kayu melimpah yang gw butuhkan untuk perlindungan banyak tersedia disini. Buka tenda cukk . gak beres nih. Kita diikutin terus kayanya. Kenapa gw bisa tahu. Karena burung burung liar selalu panik melihat kedatangan kita. Jelas mereka bukan takut melihat kita tetapi melihat sesuatu yang menggetarkan jiwa mereka.
Tenda jadi. Agak terburu kita berdua segera bebenah didalam. Takut tiada guna.. Panik cuma bikin celaka. Tanggung berada di jantung hutan Raung maka tak ada jalan selain bersikap tabah dan pasrah didalam usaha. Kayu kayu dari sisa pohon roboh segera kami serut dan kami jadikan perimeter. Kayu yang agak panjang dan berat dijadikan lembing sebagai senjata apabila diperlukan.
Punggungan tipis menjadi salah keuntungan tersendiri. Karena kami ada dipuncak punggungan otomatis pandangan kami cukup jelas melihat ke segala arah. Perlindungan berupa tombak tombak kami buat mengitari tenda. Sisa kaleng sarden dan 3 botol air mineral gw jadikan rambu. Masing masing dari mereka gw ikat tali yang dihubungkan dengan barikade didepan, dibelakang dan disamping tenda.
Apabila kaleng sarden berisi batu bergoyang maka dia datang dari arah depan. Apabila botol mineral dengan tanda satu ikatan tali bergerak maka dia datang dari arah kanan. Apabila yang bergerak botol dengan tanda 2 ikatan tali berarti dia datang dari kiri dan apabila botol dengan tiga tali berarti dia datang dari belakang. Anjrit gak sia sia pendidikan darurat gw selama di hutan.
Di muka tenda terdapat jebakan yang cukup mematikan. Yaitu jebakan yang biasa kita buat untuk menjebak hewan hewan besar. Jangankan hewan kita sendiri kalo lengah juga bakalan lewat. Alhamdulillah setelah hampir 2 jam menyiapkan segalanya semua rapih. Sambil duduk didalam tenda gw tetap perhatikan dengan seksama keadaan disekitar tenda. Akhh lega rasanya. Ambil bungkusnya. Tarik sebatang.. Sundud.. Gila Djarum Super emang gak ada duanya.
Shalawat terus berjalan. Lando yang saat itu masih belum full menjadi bagian dari islam akhirnya terlarut didalam bacaan Shalawat. Gw yaqin dan percaya full terhadap pemilik bacaan tersebut. Gak ada ragu sedikitpun tentang kuasa dan kekuatan-Nya di alam raya ini. Lando baru full masuk islam setelah dia ke Aceh sama gw. Di dalam masjid yang tak runtuh tanpa diminta dia segera bersujud dan mengucapkan Syahadat dengan penuh keiklasan. Subhanalloh.
Siang segera berganti malam. Rasa lapar segera datang menyerang. Dimulut tenda yang telah gw samarkan bersama ponco kita segera melakukan aktifitas masak memasak. Semua losistik yang berbau amis kita tinggalkan. Bahkan sampai telur telurpun kita gak sentuh sama sekali. Kita cuma makan mie Instan aja malam itu. Setelah makan. Ngupi dan ngudud. Mata ngantuk tapi gak bisa tidur sama sekali.
Ya Allah lindungilah kami pintaku malam itu. Tarik nafas.. Tahan sebentar. Isi dengan bacaan Shalawat lalu hembuskan. Makin lama makin tenang. Makin pasrah dan makin nyaman. Semua usaha telah kita lakukan. Kini saatnya untuk istirahat didalam keyakinan full kepada pencipta kita. Malam itu akhirnya kita tertidur pulas.
Entah sang raja datang lagi atau tidak kami tidak tahu. Karena kami benar benar pulas. Tak ada ragu dan takut sama sekali kecuali Allah didalam hati dan sanubari kami. Alhamdulillah malam yang menegangkan telah berlalu. Pagi segera tiba menyambut kehadiran kami. Hati hati gw keluar tenda. Seluruh perimeter yang kita buat semua dalam keadaan utuh. gak ada satupun yang rusak. Pagi itu entah kenapa rasa takut telah lenyap sama sekali. Suasana mencekam serasa hillang bersama datangnya keyakinan niali nilai ketuhanan secara menyeluruh.
Gak nunggu lama segera gw benahin semua barikade dan jebakan yang ada. Pagi itu gw bersukur karena tak ada satupun hewan yang masuk dalam jebakan kami. Alhamdulillah ya Allah. Semua ini adalah kuasa-Mu. Biar bagaimananpun sang raja adalah mahluk langka. Jika itu benar adalah dia. ( Harimau Jawa ) Jika bukan sungguh tak patut kami untuk mencelakai mahluk mahluk-Mu ya Rabb. Ampuni kebodohan kami dengan melupakan kuasa-Mu yang tanpa banding.
Setelah semuanya bersih kita segera masak masakan. Bikin kopi baru lanjut ke lainnya. Nasi matang. Telur dadar pedas manis segera menjadi teman yang sempurna. Alhamdulillah. Sikat bro. Pagi itu walaupun kerap terdengar suara kresak kresek dari arah tertentu kita sudah tak bergeming lagi. Satu tekad. Satu keyakinan. Hidup mati adalah urusan Allah. Sampe Puncak selamat dan kembali dengan selamat. Waspada tetap tingkat dewa. Beban didalam hati telah tiada. Luruh dan lenyap bersama bulatnya tekad dan kekuatan dari Sang Esa.
Usai acara makan kita bergerak lagi. Hari ini sudah memasuki hari ketiga tetapi tanda tanda puncak masih belum terlihat juga. Sepanjang jalan kerap terdengar suara kresak kresek yang selalu diikuti bubarnya hewan hewan yang ada diatas pohon. Walau sedikit gemetar tetapi tekad sudah bulat. Jalan terus bersama Shalawat dan keyakinan akan kuasa Tuhan yang tanpa batas. Punggungan tipis makin asik dan indehoyy. Satu dua pinus pinus berukuran besar mulai menghiasi jalur. Setelah berjibaku dengan dua punggungan metal akhirnya kita tiba disebuah lokasi yang cukup menakjubkan.
Wow areal ini agak datar tetapi dipenuhi oleh pinus pinus ukuran super gede bahkan ada salah pinus yang bentuknya mirip seperti gerbang masuk sebuah tempat. Beuhh hawanya rada anyes. Ingat pesan beberapa tokoh masyarakat jika diareal ini menemukan buah buahan emas ataupun lainnya sebaiknya jangan diambil atau disentuh kecuali mereka ada didalam bawaan kita tanpa kita sadari. Itu namanya rezeki. Wew akh emas coy. Godaannya berat juga. Walaupun sempat terlihat beberapa benda yang berkilau tetapi kilau Shalawat jauh lebih benderang dari kilatannya. Lanjut terus bro.
Pinus pinus raksasa yang menjulang tinggi ternyata memiliki karpet duri yang cukup lebat. Duri duri ini cukup menghambat gerakan laju kita. Kesenggol dikit dijamin luka. Tajam dan gatal. Lando yang berjalan duluan sempat merasakan nikmat sentuhannya. Sambil meringis ringis dia kibaskan golok untuk membersihkannya.
Keluar dua punggungan pinus raksasa kami memasuki hutan heterogen yang cukup lebat dan basah. Jamur kuping dimana mana. Sesekali jelantang menjeng dipinggir jalur menyamar bersama begonia. Ho ho ho.. Lagi lagi lando tersengat oleh ramahnya tumbuhan hutan. 30 menit kemudian dia merasakan badanya meriang dan kurang enak. Racikan jeruk nipis dan madu segera meredam panasnya di dalam perjalanan.
Suara kresak kresek telah hilang. Hutan lembab dan basah tentunya bukan tempat yang nyaman untuk istirahat. Sambil menguyah rambutan atau jeruk yang disiapkan sebagai bekal tambahan kaki terus berjalan. Entah berapa lama. Setelah melewati areal yang lumayan datar dan lembab akhirnya kami memasuki kawasan hutan perdu yang rapat. Kurang lebih setengah jam kemudian kita akan tiba pada sebuah lokasi yang cukup terbuka dan datar.
Lagi lagi ada pemandangan emejing disini. Sebuah pohon yang melintang rebah indah sekali untuk dipandang. Dahannya yang besar dan daunnya yang kecil kecil menjadikannya abadi didalam kenangan raung. Akhh.. Banting keril.. Tarik bungkusnya Ambil sebatang.. Djarum super memang istimewa.. Males ngelinting bako. ho ho ho.
Cukup lama kita disini. Didepan nampak barisan arbei rapat menghalangi jalur sedang disamping kiri terdapat sebuah lembah yang cukup indah dan terbuka. Angin sepoi terus menyapu wajah pada dingiinya hutan. Pendakian raung bisa dikatakan pendakian yang paling silent. Jarang sekali ada percakapan di sepanjang jalur bahkan ketika beristirahat sekalipun. Ngupi dulu akh. Lu masak air ya. gw mo chek jalur dulu nih.
Tanpa suara lando angkat jempolnya. Dia masak gw langsung melangkah. Akhh ternyata bener dugaan gw. Seluruh badan jalur tertutup rapat oleh arbei hutan. Hmmm bakal bedarah darah lagi nih kita. Mending nyantai dulu lah. Situasi medan yang terbuka membuat hati sangat nyaman. Sambil menguyah jeruk dan rambutan barulah sesekali ada canda tawa disini. Puncaknya mana yah.. He he he he.
Air mendidih. Seduh kopi. Biskuit kacang yang belum tersentuh sejak awal pendakian akhirnya kita acak acak. Bakau manis yang selalu dianggurkan akhirnya kita linting menjadi beberapa batang rokok yang siap hisap. Anjrot nikmat bener. Walaupun tidak senikmat super tetapi moment super ini takkan bisa terlupa seumur hidup. Abis ngupi perut laper. He he he he. Masak dulu romannya nih. Cadangan air masih cukup banyak.
Tanpa dicuci beras langsung dicampur air dan naik keatas kompor. Bawang dan cabai segera berubah menjadi irisan irisan kecil. Telor sebanyak 4 butir kita keluarkan dari sarangnya. Sekaleng sarden tak ketinggalan menjadi target buruan masakan kami siang itu. Mantab. Setengah jam kemudian nasi matang. Naikan cabai bawang lalu masukan telor. Orak arik tuangkan isi sarden kedalam wajan. Tambah air, tambah saos, tambah royco.. Mantjabb bener. Selamat makan pendaki Super.. he he he he. Pesta makan segera dimulai.
Selesai makan kita ngudud lagi.. Nyantai sambil nyeruput sisa kopi. Repot kalo langsung manggul keril nih. Pohon arbei yang berduri tajam sangat merepotkan apabila kita libas sambil bawa gembolan. Oke cuk kita bersihin dulu jalurnya. Sambil ngudud kita berdua melangkah mendekati rumpun arbei yang rapat menutup seluruh badan jalur.
Lo duluan. Ntar kaloo lu dah luka luka baru gw. He he he. Dijamin lukalah kalo gak hati hati. Perlahan tapi pasti Lando mulai mengayunkan goloknya. Sedikit demi sedikit jalur terbuka. Gak lama diapun meringis kesakitan keringat telah memicu perih diatas luka lukanya.
Giliran gw masuk. Kurang lebih 50 menit gw babatin jalur dengan hati hati. Duri tetaplah duri walupun goyangan sudah perlahan tetap saja satu dua diantara mereka lolos dan menggigit kulit dengan legitnya. Akhh. lumayan gigitannya. Gimana lagi.?? Jalur harus tetap dibuka. Babat terus walupun perih datang melanda.
Alhamdulillah selesai juga. Balik ke tempat semula lalu rebus air campur garam. Hangat siramkan diatas luka.. Anjritt perih buanget cukkt. Sambil cengesan kita berdua meringis kesakitan. Ha ha ha ha. Raung Raung kau memang mantab. Semantap rokokku hari ini. Djarum Super kembali mengepul diudara.
Setelah perih agak berkurang. Basuh air hangat. Elap dan siap untuk berangkat. Punggungan tajam penuh duri telah siap untuk dilayari. Kira kira 15 menit kita tiba di puncak punggungan. Turun sedikit diantara 2 jurang yang mengganga lalu masuk tanjakan super berkarpet alang alang. Edan brutal abis coy. Terseok seok kita mantabkan kaki untuk tetap melangkah.
Matahari mulai condong di ufuk barat. Hmmm lepas 40 menit kita tiba pada sebuah areal yang agak datar. Terdapat pohon besar melintang didepannya dan cerukan bekas digali dibelakangnya. Akkh edan. Kaki dah gemeteran. Lando dah kehabisan tenaga. Break nge. Gw gak sanggup lagi. Oke gw bilang. Punggung gw juga dah jerit jerit rasanya. Taro keril dan ngedeprok diatas rumput.
Vegetasi yang semakin rendah plus jalur yang semakin sadis menghajar dengkul bikin gw penasaran. Cuk buka tenda dulu. Abis ini gw coba ormed sebentar. Bongkar keril pasang tenda. Tenda jadi gw siap siap melangkah. Lo diem aja disini jangan kemana mana. Gw chek paling banter 15 menit. Cadangan air yang menipis bikin gw ma Lando paham situasi. Jangan lama lama nge. Iseng gw sendirian. Oke brader. Ambil racikan jeruk nipis plus ekstra joss langsung berangkat.
Tenteng golok langsung melesat. Meninggalkan Lando sendirian di Bc sendirian bikin gw harus bergerak cepat. Saat itu kira kira pukul 5 sore. Keadaan agak remang tetapi masih cukup sinar untuk berjalan. Kurang lebih 10 menit gw tiba pada areal terbuka dan berbatu. Vegetasi semakin tipis. Lapat lapat terlihat sebuah titik triangulasi dan bentangan bebatuan cukup tinggi dibelakangnya. Sikat lagi.. Jangan pake kendor bro. FM 2 segera siap didalam mode tempur.
Sampe tiang bendera gw ternganga. Gila jalur tipis setipis sutra menyambut langkah gw didepan mata. Gak mungkin sore sore bgini. Jeprat jepret lalu balik lagi menuju tenda. Sampe tenda hari dah gelap. Lando menyibukan diri dengan membakar api unggun.
Gimana kata Lando.?? Sip. Depan dah puncak tapi masih ada puncak laennya yang menjulang tinggi. Jalur tipis. Margin safe kiri kanan kuburan. Besok ajalah kita bahas pas di lokasi. Oke kata dia. Ngupi dululah kita. Sore telah berganti malam. Suasana masih asik dan menyenangkan. Air panas jadi. Seduh kopi lalu sikat rokok lintingan. Supernya buat besok aja pas moment puncak.. He he he.
Asik ngupi plus ngudud bari ngelinting dideket api, bikin kita lupa keadaan. Berdua dua di Raung bukan masalah sepele menjelang malam. Rasa bahagia karena menjelang puncak membuat kita terlena. Gak sadar ada beberapa bayangan hitam mendekat tanpa suara. Sambil nangkring diatas pohon kita lanjut lagi acara ngupinya.
Lagi asik asik ngudud tiba tiba kedengeran suara mobil. Bremm breem. Gak lama suara bel sepeda. kring kring. Lha ini digunung apa dipinggir jalan sih..??? Gak lama suara klenengan sapi. What.!! Mulai merinding pala gw. Lirak lirik langsung aja masuk tenda. Baru masuk terdengar teriakan yang membelah kesunyian malam. Ha ha ha ha ha ha. Anjrit ini gak cekikikan tapi ketawa terbahak bahak.
Gila ketawanya berat dan keras. Kalo kliatan mahluknya pasti gude buanget nih. Masya Allah merinding abis gw. kalo cekikan mungkin dah biasa banget kita dengernya tapi kalo bekakakan kaya gini seumur umur gw baru denger di Raung.. Edan.. Gak pake lama si lando gw suruh ikutin gw tayamum pakai garem. Tarik Nafas perlahan Tahan. Isi Shalawat lalu lepaskan perlahan. Gak gampang, gak semudah ketika gw menuliskan di cerita ini. Jantung rasanya mau copot. Susah banget dapet tenangnya. Sampe sampe berulang kali pegang golok lalu coba tarik nafas lagi. Gilaaaa. Ini kali yang namanya kuntilbapak. Seluruh tenda abis gw taburin garem. Susah banget gw baca Shalawat.
Gak tenang tenang saking kagetnya. Takut setengah mati tapi gak boleh panik. Pelan pelan gw usaha terus. Cuk sini goloklu.. Agak gemetar gw pegang bagian tajamnya. Tarik nafas. Tahan lalu gw basuh garam yang telah diisi Shalawat sebelumnya. Liat muka gw. Selama gw diem tolong lu jaga tenda. Apapun yang terjadi lo gak boleh keluar tenda. Iya nge katanya agak gemetar. Lapat lapat gw denger dia terus bersahalawat.
Yaa Allah Yaa Tuhanku.. Tiada daya dan Upaya Melainkan Karena Engkau Yaa Allah. Bismillahirohmanirohhim. Salamun Alla Muhammadin Fil Aalamiin Yaa Sayyidi Yaa Rasullulloh. Terus gw baca sampai semua hening dan tak terdengar apa apa kecuali bacaan Shalawat itu sendiri.
Gw gak tau berapa lama gw dalam keadaan tersebut.Tetapi atas Izin dan kekuatan Allah gw bisa melihat semua yang dilakukan Lando. Gak lama landopun ikut tertidur disamping gw. Bacaan Shalawat yang menggema keras didalam sanubari seakan hidup diseantero gunung. Subhanalloh mereka semua segera menyingkir karena Allah. Tak ada satupun mahluk yang mampu menandingi kekuatan-Nya yang tanpa batas.
Setengah sadar setengah enggak gw bangun dari damai yang luar biasa. Lando bener bener pules dengan golok telanjang ada disamping tubuhnya. Suasana dingin mencekam telah berganti sesuatu yang hangat dan bersahabat. Gak lama Lando juga bangun. Liat jam udah jam 3 pagi. Perasaan baru 10 menitan tenggelam didalam doa doa. Ed dah..!! Dah jam 3 aja. Gak berasa 8 jam sila. Lando minta maaf. Katanya dia gak tahan ngantuk banget trus tidur disamping gw yang sedang bersila. Iya gpp gw lihat kok.
Terserah lo pada mau percaya apa enggak. Jangan tanya caranya sebab gw juga bingung. yang gw paham cuma menyerahkan diri seiklas iklasnya kepada Allah lalu diam hening hingga bacaan itu timbul sendiri dari alam bawah sadar kita. Itu gak bisa diatur didalam keinginan. Cuma hadir disaat pasrah dan menyerahkan dengan iklasnya diri kita kepada Sang Pencipta. Masalah ilmu ilmuan atau khodam khodaman gw sama sekali gak ngerti.. Setiap ada kejadian diluar nalar senjata gw cuma satu. Iklas dan pasrah didalam kekuatan doa dan usaha. Tarik nafas perlahan. Tahan.. Tenangkan hati & Pikiran baru hembuskan perlahan.
Berhubung hari menjelang pagi kita gak tidur lagi. Emang gak bisa tidur. Badan rasanya seger banget kaya abis dipijet dan mandi sauna. Mata terang dan pegel pegel semua hilang. Begitu juga dengan rasa takut. Semua itu hilang bersama kesegaran yang datang tanpa direkayasa. Santai aja. Kompor dan beberapa alat masak yang masih berceceran diluar tenda kita rapihkan kembali. Masak air lalu bikin energen coklat campur roti.
Sambil ngobrol ngobrol ringan gak lama mentaripun datang. Rebus semua sisa telur, masak air lalu seduh teh manis. Masukan kedalam botol mineral siap melangkah. Kaki dan pikiran yang ringan mengiringi langkah kami untuk menggapai Raung di pucuk harapan. Alhamdulillah. Mentari pagi menyambut kami dengan hangatnya. Puncak Raung yang dibayangi oleh puncak sejatinya tersenyum ramah. Assalamualaikum wahai Raung sahabatku. Dengan izin Tuhan-Mu kami sambangi engkau pagi ini. Alfatehah.
Setelah mengamati medan cukup lama serta kondisi angin gw putuskan untuk melangkah melintasi sebuah jalur tipis dengan margin safe enggak ada sama sekali. Faktor angin dan ketenangan menjadi penentu utama saat itu. Jalurnya bloom kaya sekarang kali. Bloom ada sisa jejak manusia yang tertinggal dengan jelas. Anjrot my heart. gak jauh sih cuma sekita 6-7 meteran tapi uhui banget kiri kanannya. semua pasti langsung ketemu sama malaikat penjaga kubur..
Pelan pelan gw singkirin batu batu kerikil yang bisa bikin kehilangan keseimbangan. Lando yang terpaku dipinggir jurang hanya bisa menatap tegang. Nge. Udah jangan dipaksa. Gw gak nyaut. Konsentrasi gak boleh kepecah. kurang lebih 15 menit meniti jembatan rambut akhirnya gw tiba pada punggungan agak tebal tapi bebatuan rapuh dan mudah longsor. Target gw adalah pucak yang menyerupai tusuk gigi diatas sana. Kampret celah sempit yang ada didepan gw bener bener riskan gw lewatin tanpa alat pengaman. Masih ngotot gw coba cari celah. Bidik kiri kanan tetep gak dapet celah safety. Akh ya udahlah. daripada lewat mending gw balik kanan.
Besok bisa balik lagi. Pelan pelan gw balik arah. Jalur licin campuran batu dan pasir bener bener butuh perhatian extra. Lando nampak tersenyum tegang.. Ari masih butuh bapaknya.. Akh sue gw bilang. Kali ini dengan iklash gw mundur. Balik lagi ke puncak Raung adalah prioritas utama. Sedikit demi sedkit akhirnya gw tiba juga,. Anjrit mustahal tanpa alat. Mlipir kanan kayanya bisa tapi rawan banget. Batu licin dan berpasir diatas jurang yang mengaga menanti kita lengah didalam perjalanan. Balik kanan ajalah. Setelah berdoa dan mengucapakan sukur akhirnya gw kembali dengan kepala tegak. Sahabatku Raung suatu saat aku akan kembali.
Pendakian pertama yang minim lieterasi kondisi puncak berakibat pada kegagalan mencapai puncak tertinggi Raung. Jangan kecil hati suk. Selama kita masih hidup kita masih bisa kembali ke tempat ini. Puncak sejati baru berhasil gw injek 7 tahun kemudian. Raung emang gila bro. Pendakian ke dua dan ketiga sudah tidak begitu berkesan karena jalur sudah mulai terbuka dan Gunung Raung mulai banyak pendakian. Foto foto Puncak sejati tersimpan bersama seseorang yang gak jelas lagi dimana rimbanya. Ayoo cuuk jalan masih panjang. Seharian berjalan akhirnya kita tiba di pondok pak Sunarya. Disini kita menginap semalam lagi sebelum turun ke esokkan paginya.
Kisahku Raung Juli 2004
Kesan pertama yang tak terlupakan.