Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HARU MAHAMERU Part1


KisahNyata - Ini cerita dari salah satu pendaki era-90' Bernama purnomo, tapi bukan mas pur di STV tukang ojek engkolan ya Jadi sudut pandang dari mas pur ya.

Tepat pertengahan catur Wulan kedua di tahun 1999 adalah waktu aku duduk dikelas 2 SMA Sabtu yang indah bagi kami selaku siswa putih abu-abu pada hari itu..

"Dino iki rapotan le, neg aku paling apik biji rapote koen kabeh kudu melu aku nang semeru" (hari ini ambil rapot bro, kalo aku paling bagus nilai rapot nya kalian semua harus ikut aku ke semeru) Ajakku kepada suno dan hendro sahabat karipku

Ada rasa kurang enak dipiiaran mereka berdua, sebab kalo aku sudah memberi tanda, pasti tidak akan jauh dari hal gila atau mungkin mereka saja yang kecil hati dan menganggap semua ajakan ku pasti gila..

"Wah iki ga iso ngono le, yow pasti koen sing paling apik nilaine"(wah ini tidak bisa begini bro, ya pasti kamu yang paling bagus nilainya) jawab kedua temanku bersamaan...

Rasa ingin tau mereka apa yang harus mereka lakukan membuat aku tertawa "Wes talahhh, melu ae ideku iki mesti seruuu"(udahlah, ikut aja ideku pasti seru) jawabku dengan agak sok-sok an

Seperti perkiraan ku, Walaupun aku siswa songong, tapi alhamdulilah ALLAH menciptakan otak yang lumayan canggih pada kepalaku.. Aku dapat nilai bagus walaupun bukan rengking pertama pararel (hahaha)

Seperti kesepakan kami, suno dan hendro harus menuruti kemauanku untuk treking ke semeru dengan jalur agak khusus "sakjane awak dewe iki ate mbok jak nang semeru kapan?" (sebenarnya kita ini mau kamu ajak ke semeru kapan?) tanya hendro dengan alis sedikit diangkat

"Awake dewe munggah semeru lewat via tawon songo jalur sepi, terlarang nggo pendaki/jalur illegal"(Kita naik semeru via tawon songo (jalur sepi bahkan terlarang bagi pendakian/ilegal) Jawabku dengan sedikit tersenyum "waduhhh mati neg melu koen le" (waduhh mati kalo melu kamu bro) gerutu si Hendro Tapi dengan jurus rayuan bocah culun nakal akhirnya si hendro yang notabene si cengeng mau juga ikut

Suno si ganteng pun menyetujui ajakanku walau sedikit agak ragu

Sepulang sekolah aku pamit sama ibuk untuk liburan ke Bali besok pada hari Minggu, Padahal aku mau naik ke semeru

"Buk, aku njaluk sangu yaa, gawe liburan nang Bali karo suno karo hendro sesok" (Buk, aku minta uang ya, untuk liburan ke bali sama suno dan hendro) pintaku pada ibuk

"Lha awakmu njaluk sangu kok dadak an ngene tho le, ibuk kan yow gak ga duwe duwit" (lha kamu minta uang kok dadalan gini sih nak, ibuk kan ya tidak punya uang) jawab ibukku dengan ciri khas seorang ibuk yang super irit hehehe

Dengan segenap jiwa raga, aku berusaha merengek bagaikan balita ysng menginginkan Air Susu Ibu nya.. Maklum, aku cowok tapi modelnya kayak cewek kalo minta uang sama ibuku waktu itu..

Uang saku sudah ditangan, tinggal bagaimana caranya membawa alat-alat campingku kerumah si hendro

Tepat bakda magrib, sewaktu ayah ibuku berjamaah dimushalah samping rumah aku bawa tas murah model kunoku beserta isinya ke rumah suno temankku

Kami janjian pukul 3 minggu dinihari kami akan berangkat menuju desa Tawon songo menggunakan jasa mobil pikep( transportasi pedesaan/pickup dengan tutup spanten dan kursi samping saling berhadapan)

Waktu yang ditunggu-tunggu sudah datang, kami menaiki mobil pikep bersamaan dengan para pedagang dari kota Pikep ini jurusan Tempeh ke Pasrujambe

Perjalanan yang lumayan lama, sekitar 3 jam kami lalui dg saling ngobrol dengan sesama penumpang didalamnya.. Salah satunya lik slamet(bukan nama sebenarnya karena saya lupa nama beliau)

Lik slamet merupakan pencari ijuk aren dan kembang ijuk bahan baku sapu yg biasanya dipakai dirumah-rumah kita "kate nang endi rek, kok mbrengsong tas gede-gede ngono iku?"(mau kemane dik, kok bawa tas gede-gede seperti itu?) tanya lik slamet "Ajenge teng semeru paklik, lha sampean arep nangdi?"(mau ke semeru paklik, lha paklik mau kemana?) Tanya suno si tampan kepada lik slamet

"Aku pagaweane golek ijuk, nek arek-arek gelem mengko munggah bareng aku" (Aku pekerjaanya mencari ijuk, kalo mau sekalian kalian nanti bareng saya naiknya) lik slamet mengajak

Ning nyapo koen ga wedi mung wong telu munggah kono rek? (Tapi apakah kalian ga takut kalo cuma bertiga naik kesana.. )tanya lik slamet

"Nek koen wis pernah teko bunda ratu dalane akeh cawang, opo koen wis pernah rono?" (Kalau kalian sudah nyampai bunda ratu jalanya banyak cabangnya lhoo, apakah sudah ada yg pernah ke sana) pertanyaan yang agak meragukan kemampuan kami dari lik slamet

"Nek kuwi awake dwe wis kulino paklik munggah semeru, mesti awake dewe tekan mesti selamet" (Kalo itu kami sudah sering paklik naik kesemeru, pasti kami bisa kok sampai dengan selamat) jawabku berbohong lagi Padahal kami belum pernah naik semeru via tawon songo

Setelah melewati beberapa desa, kami sampai pada pasar Pasrujambe yang merupakan terminal terakhir dari angkutan yang kami naiki

Waktu itu sinar mentari masih malu dan belum berani menyibak embun disekitaran pasar Pasrujambe

Dengan semangat yang menggebu kami bertiga mengikuti lik slamet yang kami anggap sebagai pemandu tour/ tour guide gratisan

Lik slamet mengajak kami jalan dari Pasrujambe ke tawon songo dengan jalan kaki Jalan tanah liat berbatu itu kami lewati dengan mudah, karena masih tergolong jalan pedesaan yang cukup lebar, sembari saling berbagi cerita dengan lik slamet

"Koen nek ndungkur ojo nganti leren ndungkur lemah runggut, wedine ono celeg utowo mbahne" (Kalian kalo diatas nanti jangan sampai beristirahat diatas tanah yang rimbun, takutnya ada celeng( babi hutan ) atau mbahhe ( macan jawa) "soale raketok"(kan tidak terlihat) Kata lik slamet "Usahakno nek kate leren golek panggon lemah resik karo runggut" (Usahakan kalo beristirahat cari tanah lapang dan bersih dari rendetan( tumbuhan menjalar) "njih paklik, sante mawon awake dewe mesti setiti ati-ati" (Iya paklik, tenang saja Kami pasti akan berhati-hati)

Sekitar jam 10 siang kami sampai pada pinggiran hutan semeru di desa Tawon songo.. Seperti biasa, lik slamet rupanya mengadakan ritual kecil dengan membakar kemenyan, dan meminta ijin kepada "KYAI SEDEK" yang kami Masyarakat daerah sini menyakini yang mbau rekso gunung Semeru

Mbau rekso (penunggu/nenek moyang) Rapalan doa diucapkan, serat menyebutkan nama-nama kami bergantian guna keselamatan kami bersama

Warna langit yang secerah senyuman anya geraldine sudah menyambut kami dengan ramah Dan kami melanjutkan perjalan step by step dengan treck yang lumayan menantang menaiki hutan belantara

Yaa tentunya dengan obrolan receh antara lik slamet, kami, dan beberapa org lainya yang seprofesi dengan lik slamet ( Kami tidak ber empat ya, masih ada beberapa pencari ijuk lainya selain lik slamet)

Setelah bunda ratu kami berpisah dengan rombongan pencari ijuk

"Ojo ngumbar sing gak penting lho rek, kudu waspodo, iling Karo Gusti" (jangan mengumbar/mengatakan yang tidak penting ya, tetap waspada, ingat sama tuhan) kata lik slamet

Kami teruskan perjalanan kami dengan mengandalkan kompas, peta buatan lik slamet, jaket, sedikit makanan minuman yang kami beli dipasar Tempeh waktu kami akan berangkat tadi pagi

Sepatu merk KODACi andalan suno sudah berubah warna dari putih ke coklat kemerahan akibat tanah becek disepanjang trek yang kami lewati Bahkan jaket merk KONIKA ku juga agak basah karena udara yg lembab dihutan itu

Kami lalui jalan terjal yang tidak sedikit putus akibat banjir atau longsoran kecil itu Sampai kita tepat pada titik batu besar yang sudah diprediksikan oleh peta lik slamet Disinilah mulai terjadi hal yang agak ganjil "koen opo gak kroso aneh le? Kok rasane aku koyok ono sing ngetutno" (kamu apa tidak merasa bro? Kok rasaya ada yang mengikuti) tanya suno yang agak takut. (Koen adalah bahasa panggilan/sapaan) ("Tawon songo" adalah lebah sembilan), "koyok'e aku enak ae kok no, mosok awan ngene koen wes meden-medeni"(kayaknya aku enak aja kok no, masak siang bolong kamu udah nakut-nakutin) gerutuku pada suno

Dari tadi sebenarnya aku sudah merasa kurang enak, sebab si hendro yang biasanya banyak omong tiba-tiba diam seribu bahasa

Kicau sirpuh mengiringi jalan kami, burung totou juga terasa mengintai gerak langkah kami

Parang suno pun tidak pernah diam menebas ilalang demi mendapatkan sepetak lokasi guna tempat kami mendirikan tenda nantinya "iki sakjane jam piro sihh, kok koyo wes dalu"(ini sebenarnyjam berapa sihh, kok kaya sudah malam) seru si suno kepada kami

Namun waktu menunjukkan masih sekitar pukul empat sore, Setelah membersihkan tanah lapang itu, aku dan suno mendirikan tenda keramat kami yang bergambarkan Spiderman era 90'an, tenda yang kami beli dari hasil patungan kami bertiga

Seperti biasanya, aku mencari dan memilih kayu bakar ysng ada disekitar tenda guna mendapatkan kehangatan api unggun malam nanti

Kata mutiaraku keluar dari mulut.. "Jancok!!! koen lapo ae molai maeng meneng ae, wes gak nulungi ngedekno tendo, ga gelem golek kayu, saiki koen gak gelem nyandak gawe perapen/api karo gawe masak mie!" (Jancok!!! Kamu dari tadi aku lihat kenapa cuma diam saja, sudah tidak nolongin mendirikan tenda, tidak mau cari kayu, sekarang tidal mau bikin api, da masak mie!) gerutuku pada si Hendro yg hanya rebahan disamping pohon bendo

"Wes tha ojok muring-muring ae, paling arek iku kepayahen, molai maeng kok tak wasi mlakune koyok wong mabuk hehe" (sudahlah jangan marah-marah terus, paling dia capek, kulihat dari tadi jalannya kaya orang mabuk hehe) kata suno seraya membuat perapian dan memasak air diatasnya

Suara burung-burung tadi mulai menghilang disusul suara cenggeret yang memekakkan telinga Kemegahan semeru masih jauh dan belum nampak karena tertutup payung-payung hutan nan tinggi menjulang Sinar senjapun sangat susah menembus dedaunan hutan belantara "perapen wes murup, wedang wes iso mbok ombe, mie yow wes siap... Ayo mangan bareng kene" (api unggun sudah menyala, air hangat sudah bisa diminum, mie juga sudah siap.. Ayo makan bareng sini) pintaku kepada Hendro namun sekali lagi hendro tidak menggubris omonganku "arek iki kok ngalem temen sih, opo kesambet danyangan po, molai maeng meneng ae" (anak ini kok aneh banget sih, kesambet setan ya, dari tadi diam saja) kicau suno seraya mendekati hendro "aduh mbokk...Delok'en hendro le.. matane ireng kabeh, kenek opo arek iki le" (aduh bro...lihatlah hendro bro.. matanya hitam semua, kena apa anak ini bro" seru suno sambil lari ke arahku.. Sontak aku melompat menghampiri mereka berdua.

--------------------------
Judul : Haru Mahameru
Penulis : Balakarsa
Source : https://twitter.com/balakarsa/status/1244567424399114240?s=09
-------------------------

close