Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ALAS PURWO

Kali ini aku akan menceritakan tentang perjalanan Eko, Slamet dan Ayahnya slamet sebut saja Pak Budi. Aku disini tetap menjadi Eko si penakut, Dan Slamet masih dengan segala kegilaannya mencari benda Pusaka, dan belajar Ilmu Hitam, Karena ayahnya Slamet adalah seorang dukun.

Mungkin kalian tak asing dengan daerah tersebut yang terletak diujung timur pulau jawa , banyuwangi. Alas Purwo adalah Hutan tertua di jawa. Dengan segala keindahan alamnya yang eksotis, serta Flora dan Fauna nya yang hidup secara natural disana,

Namun siapa sangka Hutan ini, banyak yang menggaris bawahi sebagai Hutan terangker se-jawa. Cerita ini akan menemani kalian, mungkin pula bukan cerita ini saja, mereka yang tak kasat mata pun sedang menemani kalian. Oke kita mulai ceritanyaa...

Tahun 1996 Sore hari saat asyik duduk diruang tamu, ditemani secangkir kopi dan rokok ditangan, Tiba-tiba terdengar suara dari luar rumah yang sangat keras, " Ekoo?? Keluar dong!! "

Aku tahu sekali itu suara siapa, Ya, suara teman baikku Slamet, membuatku harus beranjak dari tempat dudukku, dan segera menuju pintu pagar. 

Aku : "Berisik Met!! Kan ada Bell tinggal pencet!!" 

Slamet : "Ah gitu aja marah lo, cepet tua nanti lo haha."

Aku : " Iyadongg, bentar lagi gue nikahkan haha, lo kapan? Udah mau kepala 3 juga lo met, jadi perjaka tua lo nanti haha."

Slamet : "Gampang gue mah. Pokoknya kalo lo nikah, gue mau ada artis papan atasnya ya, kalo ga, gue gamau dateng haha."

Aku : " Tenang aja, artis papan seluncur udah gua siapin kok haha. Terus lo kesini ada apa Met? " 

Slamet : " Lo katanya mau liburan kan, jadi? " 

Aku : " Iya kan kita mau ke Gunung Salak Met. " 

Slamet : " Gajadi ke Gunung Salak " 

Aku : " Lho terus kemana? "

Slamet : " ke Alas Purwo aja. " 

Aku : " Dimana itu? " 

Slamet : " Hutan Di Banyuwangi. " 

Aku : " Ah lo pasti mau cari benda pusaka ya? " 

Slamet : " Engga tenang aja " 

Aku : " Ah engga ah, gua entar ilang disono. " 

Slamet : " Tenang kita ga berdua doang. " 

Aku : " Terus? "

Slamet : " Gua sama Bapak gua. " 

Aku diam sejenak seolah berfikir, " Ah mungkin ga akan terjadi apa-apa. " pikirku. Lagi pula aku sedang sangat ingin liburan, 

Aku : " Yaudah atur aja Met. " 

Slamet : " Oke, bawa mobil lo ya. " 

Aku : " Iye. " 

Slamet : " Oke, gua balik dulu "

Slamet pun pergi meninggalkan rumahku. Setelah semua hal sudah kami persiapkan, mulai dari fisik, peralatan, dan persediaan makanan, Akhirnya kita berangkat dari Jakarta menuju Banyuwangi,Jawa Timur.

Sehari lamanya perjalanan, membuat kami lelah, dan harus beristirahat disalah satu rumah pemandu Wisata taman nasional Alas Purwo, Yang ternyata sahabatnya Pak Budi(ayahnya Slamet), sebut saja Pak Mono, Dialah yang akan menemani kami berjelajah Alas Purwo.

Pak Mono : " Tumben kesini, ada panggilan Alam kah? " 

Pak Budi : " Iyanih. " 

Pak Mono : " Berapa hari? " 

Pak Budi : " Ya, paling sekitar 2/3 hari lah, tergantung. " 

Pak Mono mengangguk paham, 

Pak Mono : " Yaudah istirahat aja dulu disini, besok baru saya antar. "

Setelah itu kami terlelap dalam tidur. keesokan harinya. Kami sudah siap untuk berjelajah di Hutan ini, Hutan yang sejuk, dan suara hewan yang saling bersahut-sahutan menemani perjalanan kami, Bahkan cahaya matahari tak bisa menembus rimbunnya pepohonan,

Membuat siapapun yang berada disini menjadi tenang, Kecuali aku. Aku memang seorang yang penakut, Mungkin karena peristiwa yang kualami bersama Slamet dulu. Sampailah kami disuatu Gua yang bernama Gua istana. Aku yang sudah curiga pada Slamet dan Ayahnya, Langsung berkata

Aku : " Ngapain sih Met sebenarnya? " 

Slamet : " Kita temani Bapakku bertapa disini. " 

Aku terdiam seolah tak mengerti jalan pikiran Slamet dan Ayahnya. " Bapak sama Anak sama aja, sama-sama gila. " umpatku. Lalu kamipun masuk kedalam Gua tersebut.

Gua yang gelap dan lembab, serta bau kotoran kelelawar menusuk hidungku sampai membuatku mual, dan aku sangat takut berada ditempat yang sangat gelap. 

Aku : " Mett, kita diluar aja yok " 

Slamet : " Lo mau gak takut liat hantu gak? " 

Aku : " Ya, mau, gimana caranya? "

Slamet : " Ya, caranya lo bersemedi disini. " 

Aku : " Ah, gamau gua met!! Bau banget mual gua. " 

Slamet : " Jangan fokus sama baunya, fokus sama aura yang ada dihutan ini. " 

Aku : " Ah, ntar gua gila lagi Mett. " Slamet tertawa bersama ayahnya,

Slamet : " Tenang saja, gaakan kenapa-napa kok. " 

Aku : " Tapi berapa jam bersemedi disini Met? " 

Slamet : " Ya, kita mah sebentar saja paling sampe sore, kalo Bapak gue biarin disini sampe dia minta untuk pulang, sorenya kita berjelajah sama Pak Mono. "

Aku : " Oh gituu, okelah. " 

Akhirnya aku mau bersemedi untuk menghilangkan ketakuttan ku terhadap hal-hal yang berbau mistis. Aku dikasih tau cara-cara bersemedi dengan benar oleh Slamet, Namun saat bersemedi pikiranku selalu hilang, dan tak fokus dengan aura disekitar.

Aku : " Mett, susah amat sih bersemedi. " 

Slamet : " Lo baru awal-awal, pikiran jangan sampe kosong, nanti lo bisa kesurupan. " 

Aku terdiam seribu bahasa, " Wah gila nih, kalo sampe kesurupan!! " batinku.

Akhirnya kucoba lagi dan berhasil merasakan aura disekitar, Bukan hanya merasakan aura disekitar, Namun aku malah merasakan kehadiran Mereka yang tak kasat mata disini, Aku seperti disentuh dibagian leher, Hingga membuatku teriak, " Aaaaaaa "

Slamet yang mendengar teriakanku segera menyadarkanku, 

Slamet : " Hehh!! Lo kenapa sih? " 

Aku : " Ihh, setan mett!! Setann!!! " 

Slamet : " Biasa itu mah, udah jangan berisik " 

Aku : " Ah gajadi bersemedi gue met, malah nambah serem. "

Slamet : " Nanggung, udah lanjutin aja. " 

Entah pelet apa yang digunakan Slamet padaku, Akupun menuruti permintaannya, Dan melanjutkan bersemedi, 30 menit lamanya, Aku merasakan kehadirannya kembali, Sentuhannya yang dingin berhasil menyentuh kakiku,

Dan membuatku harus membuka mata, Sontak aku terdiam, Karena tepat didepan mataku, Sesosok wanita, dengan kepala yang penuh darah serta senyumnya yang khas, Membuatku harus menepuk pundak Slamet yang sedang bersemedi disampingku.

Slamet segera membuka mata, Dan segera mengarahkan pandangannya padaku, Tak lama sosok itu menghilang, 

Slamet : " Apaan sih? " 

Aku : " Kuntilanak Met!! " Slamet tertawa, 

Slamet : " Dia suka sama lo haha. " 

Aku : " Ah lo Met, kalo bercanda tau tempat dong! "

Slamet : " Gue gabercanda, lo dapet teman baru, sehabis dari sini. " 

Aku : " Maksudnya dia bakal ngikutin gua terus selamanya? " 

Slamet : " Yap " 

Aku : "Ah lo mett!! Gua kan takut gituan Met, tolongin Mett!! Gue takut kalo dia nampakkin tiba-tiba."

Slamet : " Ntar juga terbiasa, udah ah jangan berisik, lanjutin aja bentar lagi kelar, ntar lu bisa liat semua yang ada disini. " Aku baru paham maksud Slamet padaku, ia bermaksud untuk membuka mata batinku. 

Aku : " Lo mau gue bisa liat hantu ya Met?! " Slamet tertawa,

Slamet : " Yah ketahuan dong gue haha. " 

Aku : " Jahat lo Mett!!! Udah ah gue gamau terusin semedinya. " 

Slamet : " Yah lo udah terlanjur bisa ngerasain aura sekitar. " 

Aku : " Bodoamat Mett, yang penting gue galiat mereka lagi kan. "

Slamet : " Siapa bilang?mereka bakalan nampakkin 1/2 kali, dan sekarang lo bisa ngerasain kehadiran mereka kan? " Akupun terdiam sejenak seolah berfikir, Ya, memang benar kata Slamet, aku sekarang lebih peka terhadap mereka yang tak kasat mata disini,

Dan semakin membuatku ketakutan setengah mati. 

Aku : " Ya pokoknya gue gamau lanjutin, daripada gue bisa liat hantu terus-terus an, bisa kena serangan Jantung gue nanti. " 

Slamet : " Iyaudah terserah lo, udah gua mau semedi sebentar lagi. "

Akhirnya aku hanya diam seperti patung, Melihat Slamet dan Bapaknya hanya bersemedi tanpa bicara, Tiba-tiba ada tepukkan dipundakku, Membuat aku kaget, Aku kira Hantu, ternyata Pak Mono. 

Pak Mono : " Mari kita berjelejah Hutan ini "

Tak lama Slamet membuka matanya, seolah dia sudah selesai dari semedinya. 

Slamet : " Ayo Ko, kita jalan-jalan. " 

Aku : " Ayo, tapi bapak lo ga ikut? " 

Slamet : " Tadikan gue udah bilang, bapak gue nunggu disini aja. " 

Aku : " Oooo... Gitu baiklah, Ayo. "

Kami bertigapun pergi meninggalkan Pak Budi sendirian di dalam Gua istana, Sore hari, Hutan ini sudah hampir gelap, namun sangat sejuk, dan damai . Hanya suara langkah kaki kami yang terdengar bersama suara hewan yang saling bersahut-sahutan.

Matahari hampir terbenam, Membuat kami harus menggunakan Headlamp sebagai penerangan jalan, Sampailah kami disebuah Pohon bambu yang rindang, Tiba-tiba aku mendengar suara dari belakang, seperti memanggil namaku. " Ekoo!! "

Baru saja aku mau menengok kebelakang, Slamet yang berada dibelakang, langsung berkata.

Slamet : " Jangan tengok belakang! " Aku mengerti maksud Slamet, " Pasti ada yang gaberes ini. " batinku.

Aku sangat penasaran sekali siapa yang memanggil itu, Namun aku harus menuruti perintah Slamet, Agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan, Maka keteruskan perjalanan hingga sampai ditengah-tengah pohon bambu.

Tiba-tiba terdengar suara, seperti suara Slamet sedang memanggil, namun suara itu terdengar sangat dekat. " Ekoo... " Maka kuputuskan untuk menengok kebelakang. " Lho Slamet sama Pak Mono mana? kok gaada? " batinku. Akupun terdiam ketakutan, badanku bergemetar hebat.

Bagaimana tidak, aku ditengah hutan ini sendirian, Hanya ditemani ketakutan yang menyelimuti dan gelapnya malam. Ditambah aku sendiri, baru pertama kali ketempat ini, " Gajadi Nikah, malah hilang dihutan. " batinku

Duggg... Duggg... Duggg... Suara langkah kaki terdengar begitu berat dari arah depanku, Kupikir Slamet, Maka kuarahkan cahaya Headlamp, ke depan. Hal terbodoh yang kulakukan aku malah menyoroti,

Sesosok tubuh besar dan kekar dengan warna kulit hitam sedikit kemerahan, tubuhnya yang ditutupi rambut lebatnya, serta gigi taringnya yang memanjang dan matanya yang merah, Biasa disebut Genderuwo. Membuatku harus teriak sekencang-kencangnya. " Tolonggg!!!! "

Tiba-tiba ada tepukan dari pundakku, Yang semakin membuatku ketakuttan, Karena kupikir itu Hantu atau semacamnya, Ternyata Slamet, 

Slamet : " Udah gua bilang jangan tengok belakang. " Ketakuttanku mulai mereda, Namun masih Trauma,

Bagaimana tidak, aku baru kali ini melihat sosok itu, Yang sangat menyeramkan bagiku, 

Aku : " Met, Pulang yuu, gatahan gue met! " 

Slamet : " Tunggu bapak gue selesai sama urusannya. " 

Aku : " Bapak lo ngapain sih Met? " 

Slamet : " Katanya sih mempertebal ilmu kebatinannya. "

Aku : " Sampai kapan Met? " 

Slamet : " Sampai dia ngajak pulang, Udah ayo jalan lagi. " 

Kamipun akhirnya melanjutkan perjalanan, Sampailah disebuah pura. Hawa disini berbeda sekali, Aku sangat merasakan kehadiran mereka disini. 

Aku : " Met, hawanya beda banget. "

Slamet : " Disini ramai. " Akupun terdiam mendengar pernyaataan Slamet. 

Slamet : " Ayo kita jalan lagi. "

Kamipun kemudian kembali melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan terdengar suara Tawa, Aku sudah paham sekali itu suara siapa, 

Aku : " Kunti met, Kunti!!! "

Slamet : " Jangan sampe kosong pikiran lo!! " 

Aku yang mendengar pernyataan Slamet, Langsung memikirkan resepsi pernikahan, Agar tak kosong pikiranku. Sampailah disebuah makam yang begitu panjang, Biasa disebut Makam Mbah Dowo.

Aku : " Ini makam isinya apa Met? " 

Slamet : " Ini petilasan leluhur, sudah ayo istirahat dulu disini, kita makan, dan tidur sebentar. " 

Aku : " Iyaudah gua juga laper nih. " 

Setelah makan dan kamipun terlelap dalam tidur, Karena lelah dalam perjalanan.

Tiba-tiba hawa dingin merasuk tulangku, Hingga mengharuskanku membuka mata, kulihat Slamet pergi meninggalkanku dan Pak Mono, Aku yang penasaran, segera mengikutinya, Memasuki pohon jati dan menembus gelapnya malam, Aku masih mengikuti Slamet,

Aku yang penasaran kemana dia sebenarnya, Segera memanggilnya yang berada sekitar 15 langkah didepanku, 

Aku : " Mett?!! " 

Namun tak ada jawaban darinya, Ia seperti mempercepat langkahnya, Dan hilang ditelan gelapnya malam. " Bukan Slamet itu, pasti. " batinku.

Rasa takut mulai menghantuiku, Aku segera menuju kembali ke tempat makam Mbah Dowo, Lamanya perjalanan aku tak sampai-sampai ke tujuanku tersebut, " Loh kok disini lagi? " batinku. Aku sudah mulai ada rasa takut tak bisa kembali,

Aku kembali melanjutkan perjalanan, Namun tetap aku selalu di tempat ini, Seperti berjalan ditempat, Aku sudah merasakan kehadiran mereka disini. Badanku bergemetar hebat. " Mati gue!! "

Terdengar suara lirih memanggil namaku, " Ekooo.. Kesini sebentar... " Semakin membuatku takut setengah mati. Kakiku seperti ditancapkan ditanah, Tak bisa berkutik, Lama-lama suara tersebut semakin dekat, Semakin dekat, Aku menengok ke arah suara itu berasal.

Lagi-lagi aku terdiam, Mulutku seperti terkunci, Sesosok wanita yang ada di Gua istana sedang bertatap muka denganku. Senyumnya yang khas, berhasil membuat bajuku bermandikan keringat dingin.

Dengan sekuat tenaga yang ada, Kucoba untuk pergi dari sini, Dan aku berhasil meninggalkan sosok itu, Namun sejauh mungkin aku berlari, aku berada ditempat yang sama. Akhirnya aku jongkok bersama gelapnya malam dan ketakuttan yang menyelimuti, Aku berharap ada yang mencariku

Tak lama terlihat cahaya lampu dari ujung pohon jati, Ku yakin itu Slamet, Segera saja ku berlari kearah cahaya lampu tersebut. Namun saat aku semakin dekat dengan cahaya lampu tersebut, Bukan Slamet yang aku dapati.

Melainkan sosok yang membuatku hampir serangan jantung, Sosok Bungkus Putih membalut tubuhnya, Dan melompat-lompat ke arahku. " Poo...Pooo... connggg.. " teriakku sambil berlari.

Aku keluarkan tenaga yang tersisa, Untuk berlari sejauh mungkin. Nafas yang tak teratur bersama keringat yang mengucur deras, Membuatku harus bersandar pada Pohon jati, Karena lelahnya berlari.

Saat sedang bersandar, Muncul suara Tawa yang semakin membuatku takut setengah mati. " Apa lagi ini? " batinku. Plukk.... Kepala yang penuh darah jatuh, tepat didepanku. Kepala itu lalu menengok kearahku, Sontak membuatku pingsan ketika.

Pyurrrr.... Siraman air yang mengenai wajahku, harus membuatku tersadar dari pingsanku. Ternyata Slamet, Pak Budi, dan, Pak Mono. 

Slamet : " Bangun!! " 

Aku : " Balik Met! " 

Slamet : " Iya iya ayo balik, bapak gue juga udah selesai sama urusannya. "

Aku tak mampu berucap lagi seolah Trauma. Sampailah kami di Rumah Pak Mono, dan beristirahat sejenak. Tiba-tiba Pak Budi berkata, 

Pak Budi : " Nak Eko mau tau, kenapa saya ini mau menjadi lelaku spiritual? " Aku menatap Pak Budi, 

Aku : " Kenapa Pak? " 

Pak Budi : " Dahulu.."

SEKIAN
close