Kisah Perjalanan Sahabat, Tamim ad-Dari Bertemu Dajjal Sebelum Ia Masuk Islam
KompasNusantara - Terkisah pengalaman menegangkan yang pernah dirasakan oleh seorang Nasrani yang dikemudian hari berba’iat kepada Rasulullah ﷺ dan menyatakan diri untuk masuk dalam agama Islam. Tamim Ad-Dari (رضي الله عنه), begitulah namanya.
Kisahnya dimulai saat ia melakukan pelayaran bersama 30 temannya dari Lakhm dan Judzam, yang selama satu bulan bergelut dipermainkan oleh ombak di lautan. Hingga tibalah ombak itu membawanya pada sebuah pulau, yang ia tak tahu itu di mana.
Tatkala mereka turun dari kapan, maka terkejutlah mereka saat melihat sosok makhluk menyeramkan yang seakan-akan bersiap menyambut kedatangan mereka dari ganasnya lautan. Makhluk gimbal dengan rambut lebat yang seakan-akan menutupi seluruh bagian tubuhnya, hingga tak tahu mana bagian depan dan belakangnya. “Celaka kamu, makhluk apa kamu ini?” Lontar mereka pada makhluk tersebut.
“Aku adalah Jassasah” Jawabnya.
“Apa itu Jassasah?” tanya mereka dengan perasaan takut yang masih menggantung di dalam dada, namun makhluk tersebut diam tak menjawabnya.
“Hai orang-orang, pergilah kalian menemui seorang lelaki yang ada di biara ini.
Karena dia benar-benar ingin mendengar berita dari kalian” Justru itulah jawaban yang keluar dari lisannya.
Rasa takut itu pun makin berkecambuk, membuat langkah kaki mereka bergegas menuju biara yang makhluk itu sebutkan. Dan makin terkejut mereka, saat menemukan sosok besar manusia dengan tergambar memiliki kekuatan yang luar biasa namun terpenjara terikat besi dari leher lengan hingga kakinya.
“Celaka kamu, makhluk apakah kami ini?” Tanya mereka dengan perasaan yang tak menentu.
“Sesungguhnya kalian telah mendapat berita mengenai diriku. Maka, beritahulah aku, siapakah kalian?” Jawabnya
Kemudian mereka menjelaskan bahwasanya mereka adalah orang arab yang sedang berlayar dan menjelaskan detail perjalanan mereka hingga dapat bertemu dengan makhluk tersebut.
Kemudian tiba-tiba terlontar perkataan, “Beritahu aku mengenai kebun kurma di Baisan.”
Dan terjadilah dialog cukup panjang di antara mereka.
T : “Mengenai apanya yang kamu tanyakan?”
D : “Aku tanyakan kepada kalian tentang pohon-pohon kurmanya, apakah masih berbuah?”
T : “Ya”
D : “Adapun sesungguhnya, tak lama lagi kebun itu tak kan berbuah. Lalu beritahu aku mengenai danau Thabariyah.”
T : “Mengenai apanya yang kamu tanyakan?” D : “Apakah masih ada airnya?”
T : “Airnya banyak”
D : “Sesungguhnya tak lama lagi airnya akan habis. Beritahu aku mengenai mata air Zughar”
T : “Mengenai apanya yang kamu tanyakan?”
D : “Apakah masih ada airnya, dan apakah penduduk di negeri masih bercocok tanam menggunakan air dari mata air itu?”
T : “Airnya banyak, dan penduduk di situ masih bercocok tanam menggunakan air itu.”
D : “Beritahu aku mengenai Nabi orang-orang ummi, apa yang dia lakukan?”
T : Sesungguhnya dia telah keluar dari Makkah dan tinggal di Yatsrib (Madinah)”
D : “Apakah dia diperangi orang-orang Arab?”
T : “Benar”
D : “Bagaimana perlakuan dia terhadap mereka?”
T : “Dia telah dapat mengalahkan orang-orang Arab sekitarnya yang terdekat, dan mereka kini mematuhinya?
D : “Benarkah itu semua telah terjadi?”
T : “Adapun sesungguhnya, memang sebaiknya mereka mematuhi dia. Dan sesungguhnya aku akan memberitahukan kepadamu sekalian mengenai diriku. Sesungguhnya aku inilah Si Picak, dan sesungguhnya takkan lama lagi aku akan diizinkan keluar. Di kala itu, maka aku pun keluar dan berjalan di muka bumi. Tak kan ada satu kota pun yang akan aku biarkan, kecuali aku singgahi selama empat puluh malam, selain Makkah dan Thaibah (Madinah). Kedua kota itu terlarang bagiku. Setiap kali aku hendak memasuki salah satu dari kota itu, aku dihadang oleh seorang malaikat yang menggemgam sebilah pedang terhunus. Dia menghalau aku dari kota itu. Dan sesungguhnya, pada setiap lorong dari kota itu ada malaikat-malaikat yang menjaganya.”
Ya, begitulah sepenggal kisah yang terlontar dari lisan Tamim Ad-Dari (رضي الله عنه) yang ia ceritakan kepada Rasulullah ﷺ yang kemudian membai’at Rasulullah ﷺ. Kisah yang mengingatkan kita akan datangnya pembawa fitnah terbesar di akhir zaman, Dajjal.
Referensi : Terjemahan Kitab An-Nihayah Fitan wa Ahwal Aakhiruz Zaman karya Imam Ibnu Katsir.
Semoga bermanfaat
Sampaikanlah ilmu ini kepada orang lain. Semoga mempermudah urusanmu di Dunia Akhirat dan Memberatkan timbangan Amal baikmu di Yaumul Mizan.
Riwayat dari Rasulullulah saw. mengatakan:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).
Kita menghindari kesia-siaan. Penting untuk menyampaikan kebaikan, namun tidak kalah pentingnya juga untuk memperhatikan cara yang baik dalam menyampaikan kebaikan. Kebaikan harus tersampaikan dengan baik, agar pesannya tidak hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan.
Wallahu a’lam bis-shawab.