Asal Mula Telinga Dilubangi Untuk Memasang Anting-Anting Pada Masa Nabi Ibrahim AS
KompasNusantara - SETELAH Nabi Ibrahim AS menikahi Siti Hajar, istri kedua Nabi Ibrahim ini melahirkan Ismail. Menurut Qatadah bin an-Nu'man sahabat Nabi Muhammad SAW ketika itu Nabi Ibrahim AS telah berusia 85 tahun.
Dalam perjalannya, Siti Hajar seringkali berani menentang omongan Siti Sarah. Saking jengkelnya, suatu ketika, Siti Sarah mengucapkan sumpah yang berat, yaitu akan memotong daging Siti Hajar.
Hanya saja, tatkala kemarahan Siti Sarah mereda, dia merasa bingung akan sumpahnya. Siti Sarah pun menceritakan tentang sumpahnya itu kepada sang suami. Akhirnya Nabi Ibrahim AS memberinya fatwa. Nabi Ibrahim AS berkata, “Lubangilah kedua telinganya (Hajar).” Perintah itu dilaksanakannya. “Inilah asal mula telinga dilubangi untuk memasang anting-anting,” ujar Kyai Haji Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih mashur dikenal dengan sebutan Gus Baha.
Hari-hari berikutnya Siti Sarah berkata kepada Ibrahim, “Aku tidak mau tinggal bersama Hajar dalam satu tempat.”
Allah mewahyukan kepada Nabi Ibrahim AS untuk tidak meninggalkan Sarah dan memerintahkannya membawa Siti Hajar dan Ismail ke al-Haram (tanah Haram). Pada saat itu, Ismail masih menyusu.
Nabi Ibrahim menaikkan Ismail dan ibunya ke atas seekor unta. Dia membawa wadah air dan kantong yang berisi tepung pergi ke Makkah. Kemudian Nabi Ibrahim AS menempatkan mereka berdua di Tanah Haram, yang menjadi tempat al-Bait as-Syarif (rumah yang mulia).
Pada saat itu, tanah tersebut berupa bukit merah. Di sana, Nabi Ibrahim AS membangun sebuah rumah dari anjang-anjang pohon. Dia meninggalkan mereka berdua dengan wadah air dan kantong yang berisi tepung.
Ketika Ibrahim hendak meninggalkan mereka berdua, Hajar berkata kepadanya, “Engkau mau pergi ke mana?” Ibrahim menjawab, “Ke daerah Syam.” Hajar berkata, “Mengapa engkau pergi dan meninggalkan kami di tempat yang tidak ada pepohonan, tidak ada air, dan tidak ada orang?” Hajar terus bertanya beberapa kali kepada Ibrahim, tetapi Ibrahim tidak menoleh kepadanya. (QS 14: 37)
Akhirnya, Hajar berkata, “Apakah Allah menyuruhmu melakukan ini?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar berkata, ”Kalau begitu, silakan pergi. Dia tidak akan menelantarkan kami.”
Ibrahim pun pergi sambil berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati; ya Tuhan kami yang yang demikian itu agar mereka mendirikan shalat.
Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Kisah ini dinukil dari karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas (1448-1522) yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”. Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas adalah salah seorang sejarawan Mesir yang paling penting pada zamannya.
SEMOGA Bermanfaat
Sampaikanlah ilmu ini kepada orang lain. Sekecil apapun perbuatan baik yang dilakukan, akan mendapat balasan.