Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HARU MAHAMERU Part9 END


KisahNyata - Keluarlah hendro temanku dari air ranu itu, dari air ranu kuning itu, dari ranu air kehidupan....

"Iki banyu panguripan, banyu urip sejatine wong urip, banyu kuning soko Gusti Pengeran Ingkang Agung.." (Ini air kehidupan, banyu urip sejatinya wong urip (orang hidup) air kuning dari Gusti Pangeran Ingkang Agung..)

"Koe, aku, lan opo sing ono neg alam jagat kui, kabeh ono sing nggawe, ono sing duwe, ono sing nadahi, wes cukop aku ngandani koe lan kancamu, saiki mlakuo nyang wayah suryo citro Pengeran,"-

(Kamu, aku, dan apa yang ada di alam raya ini, semua ada yang menciptakan, ada yang berkuasa, ada yang menaungi, sudah cukup aku menasehati kalian, sekarang berjalanlah kearah surya citra Tuhan) ucap ratu dewi.

Ratu dewi pun menghilang bersama pengikutnya entah kemana... Hilang musnah tapi masih ada, masih memantau segalanya dari sana, dari Ranu Kuning dengan segala misteri nya...

Hendro melangkah keluar dari ranu menghampiriku.... Kubuka semua tali alas yang mengekang tubuh suno secepatnya, Ku peluk sahabatku itu dengan rasa amat bersalah....

Andaikan aku tak mengajak mereka melakukan hal gila ini, mereka tidak akan seperti ini.... Kondisi dengan segala memar dan luka disekujur tubuh, kondisi dengan segala goncangan jiwa ini....

Terimakasih Tuhan.... Terimakasih Ratu Dewi.... Terimakasih pada teman-teman ku yang menemaniku selama ini....

"Pur ono opo iki, awakku kok loro kabeh.." (Pur ada apa ini, badanku kok sakit semua..) ucap hendro padaku dengan tatapan yang lesu .

"Gak popo wes hend, ayo podo moleh, ga usah dipermasalahno" (Tidak apa-apa hend, ayo pulang, tidak perli dipermasalahkan) ucap suno yang sudah bugar kakinya dan imbuhnya menengahi kami.

Kulihat sekali lagi kompas Tut Wuri Handayani ku.... Tetap, di ranu ini pun masih belum kami temukan arah mata angin dari kompas andalanku ini.... Semua yang kami andalkan hanya kode alam untuk menemukan jalan ke ranu kumbolo....

Kami telusuri jalan setapak di hutan savana itu, hanya ilalang kering dan batu tajam yang nampak di sisi kanan dan kiri kami...

"Bismilah.. neg pancen wes nasibe awak dewe selamet yow pasti selamet, ojok mikir sing macem-macem sak iki rek, ayo wes budal munggah terus"

(Bismillah.. kalau memang sudah nasibnya kita selamat ya pasti selamat, jangan berfikir macam-macam sekarang bro, ayo cepat naik terus) ucap hendro yang sedari tadi diam lesu disamping kami.

Aku sadar, bahkan sunopun sadar, apa yang baru saja terjadi pada hendro.

Kami bayangkan semalaman penuh kepalanya terputus dari badannya yang membiru, dan Sekarang dia hidup layaknya orang hidup biasa, apa sebenarnya yang dia(hendro) rasakan sekarang... Kami tidak mau dan bahkan terlalu takut untuk menanyakannya...

Kusibak rerumputan kering itu Kuinjak bunga edelweis kering itu, bahkan tak jarang trenggiling dan luwang hutan memutus jalan dihadapan kami... 

Tetap.... Kami mantapkan jiwa dan tubuh kami untuk mencapai tujuan kami... Tujuan yang semua orang akan memaknai tentang dunia dimana kebebasan itu ada dan selalu ada....

Sosok semeru nan agung telah terlihat dimata kami, mata dari seorang yang kecil seperti kami, sosok yang maha diraja dari segala raja yang disematkannya nama Mahameru.

Tak jarang burung alap-alap jawa terbang mengitari kami, mengitari orang yang berjalan beriringan ini... Bahkan burung sri gunting pun bernyanyi menyambut kami, sambutan dari dunia kami.. Dunia kasunyatan, dunia nyata bagi manusia seperti kami....

Parang sudah hilang, tak ada satupun alat pembersih alang-alang didepan kami, hanya satu... Belati ini, belati model Majapahit inilah yang aku pakai untuk memberihkan dan membuka jalan kami Kami laluli siang itu, dan..

Malampun datang.... Dimana dimensi lain sangat kuat menyeret bahkan mememeluk kami...

Tidak ada sedikitpun tanaman tinggi dijalur kami waktu ini... Ku cari batu atau seonggok batu yang cukup menjadi pelindung kami malam itu....

"No, tendone awak dewe nang endi, kok gak onok?" (no, tenda kita mana, kok tidak ada?) tanyaku. "Gak wero wes le, mending turu gawe iki ae" (Tidak tahu le, mending tidur pakai ini saja) jawab suno sembari memberikan jas hujan kelelawar miliknya padaku.

Betapa dingin akan menusuk tulang kami, bila tidur diatas ketinggian hanya memakai satu jas hujan untuk kami bertiga..

Ahhh... Biarkanlah, biarlah kami menikmati dinginnya udara malam ini, biarlah dingin ini mencuci otak panas kami selama ini, biarkan dingin dari mahameru menentramkan hati dari ketiga pemuda di kakinya yang gagah.

Malam dengan taburan bintang seakan tepat ada diatas kepala kami. Malam yang indah tanpa ada gangguan dan usikan serta gesekan dari dunia ghaib...

Malam ini malam yang menentramkan bagi kami bertiga.. Dan... Kami dapat menikmati tidur kami dalam indahnya alam semesta ciptaan Tuhan Maha Esa...

Pagi pun membangunkan kami dengan sengaja... Pagi itu... Aku dibangunkan oleh burung pipit yang hinggap di kepalaku...

Sontak aku kaget, apakah ini pagi? Terasa sangat singkat sekali tidurku malam itu... Benar ini benar pagi. Pagi yang ke delapan di kaki Mahameru...

"Tangi rek, ayo molai mangkat maneh munggah, wes cedek rasane iki, ayo ndang wes.." (Bangun bro, ayo mulai berangkat naik lagi, sudaj dekat rasanya ini, ayo cepat..) ajakku pada kedua temanku.

Walau kaki terasa copot dari tempatnya, perut kami terasa perih karena laparnya, kami tetap dan terus melangkahkan kaki membelah padang savana itu... Jarang sekali kami berhenti, mungkin hanya rasa ingin membuang hajatlah yang mengharuskan kami berhenti...

Jalan menanjak mulai terus menanjak... Jalan naik sudah mulai kami rasakan... Apakah ini jurang?

Ahhh... Bukan... Kami tidak merasakan menaiki jurang, kami hanya berjalan menaiki jalan yang curam, jalan menuju harapan... Harapan bertemu dengan peradaban manusia...

Sampai..... Kami mencapai Arcopodo... Kami mengetahui kalau sudah di Arcopodo, karena kami sampai pada dua patung bathara siwa itu...

" Wes nyampek Arcopodo le, yok opo iki awak dewe, njupuk jalur sing endi?" (Sudah sampai Arcopodo le, terus ini kita, ambil jalur yang mana?) tanya suno padaku.

Kembali kukeluarkan kompasku. Dan... Kompas TUT WURI HANDAYANI ku berfungsi... Aku menangis bahagia, begitupun suno dan hendro...

Aku dapat melihat arah mata angin lagi, aku bisa mendapatkan selatan dan utara kami...

Ya Tuhanku, terimakasih atas segala bantuan-Mu pada hamba yang kurang bahkan sering melupakanmu... Namun Engkau tak pernah melupakan kami, bahkan di alas suwung pun Engkau selalu memberi jalan keselamatan kepada kami...

Kami putuskan menuju utara, menuju jalur ranu Kumbolo... Perjalanan kami lalukan sekitar setengah hari, sampai kami berada di ranu Kumbolo itu...

Kami bahagia.... Bahagia karena bertemu dengan banyak manusia.. Manusia dengan jaket sepatu dan topi hangatnya.. Manusia dengan tas carier serta tenda tidurnya..

Sempat kami meminta ijin pada salah satu kelompok pendaki disana, bukan untuk menumpang tidur, namun kami ijin menumpang perapian mereka yang hanya sebagai penghangat kami malam itu.

Pagipun mengusir embun yang menyalju, salju tipispun telah mencair dimantel jas kelelawar kami...

"Wes isuk iki, ayo ndang balik moleh le." (Sudah pagi ini, ayo cepat balik pulang le.) ucap suno membangunkan aku dan hendro Suno pun mengajak kami cepat-cepat pulang dan turun dari kumbolo, walaupun hanya segelintir pendaki yang bangun.

Kami percepat langkah kami, langkah pejuang hidup, langkah dari ketiga pemuda ini...

Jalur cintapun seakan sangat mudah kami lalui, tanpa beban dan tanpa pikiran ketakutan, jalur dimana kami sudah biasa melewatinya, jalur dimana kami sesekali menegur sapa pada beberapa pendaki yang berpapasan pada kami.

Apakah tidak ada pendaki ghaib disana? Tanjakan cinta...

Ahhh... Kami tak sempat menceritakan jalur itu... Kami tak sempat memikirkan jalur itu Yang kami pikirkan hanya satu dan tetap satu, yaitu sampai pada pos 1 yang ada pada ranu pani dikala siang mendekati sore, kami telah tiba di pos ranu pani, kami tetap di periksa layaknya pendaki lainnya.. Bahkan penjaga pos pun terbingung atas apa yang mereka lihat..

Betapa tak bingung, dibuku tamu nama kami tak ada, dibuku tamu identitas kami tak tercatat. Tapi kami ada, kami baru dari atas...

"Mas-mas nya dari mana? Kok datanya gak ada, trus tadi bawa apa saja keatas?" Tanya petugas muda padaku dengan rasa penasarannya. "Memangnya kemarin naik tanggal berapa, trus anggota nya berapa?" Tanyanya lagi.

"kulo sangking ****** pak, kolo wingi kulo kalian rencang kulo niki mawon munggah teng kumbolo, kulo ngecamp tigang dinten pak" (Saya dari ****** pak, kemarin saya dan teman saya ini naik ke ranu kumbolo, saya ngecamp 3 hari pak)

Sebenarnya ada seorang petugas lainnya yang sudah menaruh curiga pada kami. Petugas seorang bapak tua yang pasti sudah senior dibanding lainnya. Namanya .... Ahhh... lagi-lagi tak elok aku menyebut namanya...

"wes ngakuo lee, koen kabeh iku opo bener melebu teko pos kene iki?opo koen gak teko tawon songo tha?" (Sudah mengaku saja, kamu semua itu apa benar masuk dari pos sini? Apa kalian tidak masuk dari tawon songo?) Tanya petugas senior itu pada kami.

" Mboten pak, kulo sangking pos ranu pani" (Tidak pak, saya dari pos ranu pani) jawab suno menambahkan kebohongan ku agar kami tak kena masalah.

"aku paham lee karo opo sing mbok lakoni, tapi opo bener koen kabeh iki teko pos ranu pani telung dino wingi?"-

-(Aku paham lee dengan apa yang kau lakukan, tapi apa benar kalian semua masuk dari pos rani pani 3hari lalu?) Tanya petugas senior itu lagi sembari mendekatkan pandangannya padaku.

Tetap dan tetap aku mengatakan bahwa kami semua dari pos Ranu Pani tiga hari kemarin pada petugas pos disana.

" Yoweslah neg iku jawabanmu, aku terimo lee, sak iki koen kabeh gak oleh mulih disek, koen kudu nginep neg pos iki, kesok isuk koen iso mulih bareng aku yow nang senduro, aku gowo jeep soale aku gak onok rewange, mendingan Karo koen-koen ae kesok isuk"-

-(Yasudah kalau itu jawabanmu, aku terima, sekarang kalian semua tidak boleh pulang dulu, kalian harus menginap di pos ini,besok pagi kalian bisa bareng aku ke senduro, aku bawa jeep soalnya tidak ada temannya, mending sama kalian-kalian ini saja besok pagi) ucap petugas senior seakan mengerti akan kebohongan ku dan teman-temanku.

Malam ke sekian kali kami tidur diatas ketinggian rata-rata, diatas pegunungan kota kelahiran kami, diatas negeri diatas awan bersama bapak-bapak petugas pos jaga disana.

Aku disuruhnya mandi dan mengganti semua baju serta sepatu ku... Aku diberi baju bekas teman-teman pendaki yang ketinggalan disana, Aku dan temanku diberi makan, minum...

Tetap kopi adalah andalan semua orang gunung... Kopi panas ternikmat yang pernah aku rasakan, bahkan sebats merk suryono pun diberi kepada kami...

Benar... Malam itu kami tidak ditanya macam-macam lagi, kami hanya dijamu, dijamu, dan dijamu oleh bapak petugas senior itu. Sambil sesekali beliau tersenyum lepas padaku, yang aku sendiri kurang paham dengan semyumannya itu.

Pagi sudah memikat permukaan bumi, para peladang sudah banyak yang melakukan aktivitas nya...

"Bangun, woi bangun... Ayo ndang mudun mariki, iku kopine diombe disek ben anget, sarapane neg senduro ae"-

(Bangun, woi bangun... ayo cepat turun habis ini, itu kopinya diminum dulu biar hangat, saraannya di senduro saja) ucap petugas senior itu sembari menyodorkan rokok suryono miliknya pada kami.

Setelah tepat pukul 07:00 wib, sehabis apel pergantian shift, bapak petugas senior mengajakku beserta teman-temanku naik mobil jeep hardtop miliknya.

Mobil warna biru dongker itu melaju dengan sangat santainya, kemudian diatas mobil jeepnya bapak membuka pertanyaan padaku...

"wes ketemu opo ae neg nduwur kono lee? Sik penasaran opo wes kapok liwat jalur sing medeni iku?" (Sudah ketemu apa saja di atas sana lee? Masih penasaran apa sudah kapok lewat jalur menakutkan itu?) Tanya beliau mengagetkanku..

"Anu-anu pak, kulo(aku) anu...." jawabku gagap tak dapat mengeluarkan jurus bohongku lagi

Suno pun langsung menangis.... Dan hendro tetap tak bersuara dan tetap lesuuu....

"wes gak popo lee, aku ngerti kok karo opo sing mbok kate ucapno, pesenku ojok maneh-maneh liwat jalur sing ilegal, untung ae koen kabeh iku selamet"-

(Sudah tidak apa-apa, aku mengerti kok dengan apa yang mau ku ucapkan, pesanku jangan lagi-lagi lewat jalur ilegal, untung saja kalian semua itu selamat) Ucap bapak itu lagi.

"Mung tulong siji maneh, koncomu sitok iku koyok kelangan sukmane le, engko neg wes teko umah kudu cedek karo sing gawe urip, yoiku Gusti Allah yow le, mandar mugo koen sak koncomu kabeh sehat waras gak kelangan opo-opo" 

(Cuma tolong satu lagi, temanmu satu itu (menunjuk hendro) nanti kalau sudah sampai rumah harus lebih dekat dengan sang pencipta, yaitu Allah ya le. Semoga saja kamu dan temanmu semua sehat waras tidak kurang apapun) petuah dan saran dari bapak petugas itu

Sesampai di senduro kami diajak ke warung pecel mbak.... Ahhh... lagi-lagi aku tak elok menyebutkan nya, makan makan dan makan....

Bahkan kami sampai menambah nasi kami... Kami memakan dua porsi masing-masing, dan semua gratis dibayar oleh bapak petugas senior tersebut..

Kami pun diantar sampai rumah kami, mulai dari suno, hendro dan terakhir aku.

"Pesenku mung siji, ojok sampek koen crito nang sopo ae, masalah ning nduwur iku bahno ben pancet lestari" (Pesanku cuma satu, jangan sampai kamu cerita ke siapapun, masalah di atas sana biarkan saja tetap terjaga lestari)

Pinta bapak petugas senior itu padaku kemudian pamit kepadaku tanpa turun pinarak/bertamu dulu kerumahku.

-PESAN NARASUMBER- Semua cerita ini saya peruntukkan pada para pendaki di semeru mahameru.. Banyak kejadian yang sebenarnya diluar nalar kita, bahkan tidak jarang selama perjalan sebelum Arcopodo,

Saya bertemu dengan para pendaki yang mohon maaf (sudah almarhum) Mereka banyak membantu kami menemukan arah ke Arcopodo. Salam lestari dari saya Y.H Romo purnomo Sekian terima kasih

Terimakasih itu kisah perjalanan haru mas pur di mahameru yang penuh dengan cerita yang luar biasa. Banyak wejangan dan nasihat untuk kita semua. Semua cerita berdasarkan kisah nyata, boleh dipercaya atau tidak itu kembali ke diri masing-masing.
[TAMAT]

--------------------------
Judul : Haru Mahameru

Penulis : Balakarsa
Source : https://twitter.com/balakarsa/status/1244567424399114240?s=09
-------------------------

close