Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Keadilan Khalifah Umar Bin Khattab Kepada Lelaki Tua Yahudi


Semasa kepemimpinan Islam diemban oleh Khalifah Umar bin Khattab, sahabat Amr bin Ash mendapat amanah untuk menjadi gubernur Mesir.

Berkat jabatan itulah Amr bin Ash kemudian menempati sebuah istana megah yang di depannya terdapat sebuah gubuk reyot dan memperlihatkan suatu ketimpangan sosial.

Melihat gubuk tersebut, Amr bin Ash lantas mencari tahu siapa pemilik tempat tersebut. Akhirnya, ia mendapat informasi bahwa pemilik gubuk itu seorang lelaki tua Yahudi.

Karena faktor keindahan dan pemiliknya adalah Yahudi, Amr bin Ash berniat menggusur gubuk tersebut untuk dijadikan sebuah masjid yang megah agar sebanding dengan istananya.

Lelaki tua Yahudi itu pun dipanggil ke istana untuk menghadap Amr bin Ash.

"Wahai engkau, berapa harga jual tanah dan gubukmu? Aku ingin membangun masjid di atasnya," tanya Amr bin Ash kepada lelaki Yahudi tersebut.

"Tuan, saya tidak akan menjalnya!" tegas lelaki Yahudi.

"Kalau begitu aku akan bayar tiga kali lipat dari harga aslinya," desak Amr bin Ash.

"Tidak!"

"Ya sudah, lima kali lipat!"

Lelaki tua Yahudi itu tetap bersikukuh untuk tidak menjual tanah dan gubuk hasil perjuangannya.

Setelah lelaki tua Yahudi itu pulang, Amr bin Ash secara sepihak menggusur gubuk derita tersebut. Lelaki Yahudi pun tidak mampu berbuat apa-apa karena keterbatasan tenaga dan kekuasaan.

Alhasil, ia mengadu kepada Khalifah Umar bin Khattab, atasan Amr bin Ash yang berada di Madinah. Perjalanan jauh lelaki tua Yahudi itu pun ditempuhnya.

Sesampainya di hadapan Umar bin Khattab, lelaki tua itu sedikit ketakutan karena wibawa khalifah. Dengan keberaniannya ia mencoba menceritakan betapa berat perjuangannya untuk membangun gubuk tersebut. Namun tidak disangka, Amr bin Ash dengan tidak adil menggusur hasil kerja kerasnya tersebut.

Mendengar penjelasan lelaki tua itu, Khalifah Umar bin Khattab langsung naik pitam.

"Perbuatan Amr bin Ash sudah keterlaluan," kata Umar dengan nada marah.

Selepas itu, Umar meminta tolong pada lelaki tua itu untuk mencari tulang bekas di dalam tumpukan sampah. Lelaki tua yang tidak tahu maksudnya hanya menuruti saja perintah Sang Khalifah.

Setelah tulang itu didapat, Umar lantas menulis huruf alif lalu dipalang di tengah-tengahnya.

Lelaki tua yang heran itu pun bertanya, "Wahai tuan, saya datang kemari untuk menuntut keadilan, namun bukan keadilan yang aku dapatkan melainkan sepotong tulang yang tak berharga ini. Bukankah ini sebuah penghinaan atas diri saya?”

Khalifah Umar pun meyakinkan lelaki itu hingga ia bersedia menyerahkannya kepada Amr bin Ash.

Lelaki tua Yahudi itu kemudian pulang ke Mesir dan langsung memberikan tulang dari Umar bin Khattab kepada Amr bin Ash.

Betapa terkejutnya Amr bin Ash saat melihat tulang itu. Seketika itu pula Amr bin Ash meminta merobohkan masjid yang sudah hampir berdiri.

Akan tetapi, lelaki tua yang penasaran itu segera mencegahnya.

"Sebentar tuan, mengapa engkau ingin merobohkan masjid itu gara-gara sepotong tulang?" tanya lelaki Yahudi.

Amr bin Ash menjawab, "Wahai engkau, tulang ini berisi ancaman dari Khalifah Umar agar aku selalu ingat. Siapa pun engkau, betapa pun tingginya pangkat dan kekuasaan, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah menjadi tulang yang busuk. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus, adil di atas dan di bawah. Sebab, jika engkau tidak bertindak lurus, kupalang di tengah-tengahmu, kutebas batang lehermu.”

Mendengar penjelasan Amr bin Ash, lelaki tua Yahudi itu pun termenung serta mengagumi betapa bijak dan adillnya Khalifah Umar bin Khattab.

Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Wallahu a'lam.[]
close