Kisah Umar Bin Khattab Ditusuk Saat Menjadi Imam Shalat Subuh
Menjelang Subuh, 26 Djulhijjah tahun 23 hijriah atau tahun 644 dalam kalender Masehi. Seperti biasanya pagi-pagi sekali Khalifah Umar bin Khattab sudah berada di Masjid Nabawi, Madinah untuk bersiap melaksanakan sholat subuh berjamaah. Sejumlah sahabat juga sudah nampak bersama Umar. Mereka antara lain: Abdul Rahman bin Auf, Ibnu Abbas, dan Umar bin Maimun.
Setelah Iqamah berkumandang, jamaah pun berdiri. Menjadi kebiasaan Umar, sebelum memimpin sholat alias menjadi Imam selalu memeriksa saf. Sang Amirul Mukminin ingin memastikan bahwa saf sholat lurus dan rapat. Setelah itu Umar baru berdiri di posisi imam untuk memimpin sholat.
Namun baik Umar maupun para sahabat tidak sadar bahwa ada yang beda dari posisi saf saat itu, yakni adanya Abu Luklukah, Hurmuzan dan Zafna di barisan terdepan. Biasanya tiga orang Persia bekas tawanan perang yang dikalahkan pasukan Islam itu tidak berdiri di saf depan.
Maka setelah memastikan saf lurus dan rapat, Umar bin Khattab pun mengucap takbir memulai sholat Subuh. Sesaat kemudian, Abu Luklukah mengeluarkan pisau belati bermata dua dari balik jubahnya dan menikam Umar dari belakang sebanyak tiga kali. Umar pun tersungkur. Dikutip dari buku, 'The Khalifah: Abu Bakar- Umar-Utsman- Ali', karya Abdul Latip Thalib, Abu Luklukah kemudian menikam bagian perut Umar sebanyak 3 kali. Sehingga total ada 6 kali tusukan.
Kejadian itu berlangsung begitu cepat saat Umar dan para sahabat sedang sholat. Sehingga tak ada yang sempat menghalangi. "Anjing ini menikam saya!" teriak Umar.
Abu Luklukah kemudian lari menerobos jamaah sambil mengayunkan pisau belati bermata dua. Akibatnya pagi itu tujuh orang jamaah meninggal dunia dan 13 lainnya mengalami cidera. Disebutkan oleh sejumlah sumber, Abu Luklukah kemudian bunuh diri karena merasa pasti tak akan lolos. Ada juga sumber yang menyebut dia dibunuh oleh Hurmuzan dan Zafna saat akan lari keluar Masjid Nabawi.
Setelah suasana tenang, meminta Abdul Rahman bin Auf untuk menjadi imam sholat subuh pagi itu. Abdul Rahman bin Auf sengaja memperpendek bacaan sholat agar segera bisa menolong Umar.
"Apakah engkau telah selesai sholat," tanya Umar kepada Abdul Rahman bin Auf dan para sahabat yang menghampirinya.
"Iya (sudah selesai)," jawab Abdul Rahman bin Auf.
"Aku juga akan menunaikan sholat," kata Umar.
"Wahai Amirul Mukminin, engkau sedang mengalami luka parah," kata Abdul Rahman bin Auf.
"Tidak ada halangan bagi laki-laki untuk mendirikan sholat. Sesungguhnya tidak Islam mereka yang meninggalkan sholat," kata Umar.
Pria yang dijuluki Singa Padang Pasir itu kemudian meminta lukanya dibalut, lalu mengambil wudhu dan sholat subuh sendirian dalam keadaan luka parah. Selesai sholat subuh, Umar kemudian dibawa ke rumahnya.
Para sahabat memanggilkan tabib untuk mengobati Umar. Namun luka Khalifah Umar sudah parah. Sang Amirul Mukminin itu wafat pada hari Ahad, 27 Djulhijjah tahun ke 23 Hijriah. Atas permintaannya dan izin Aisyah, Umar bin Khattab dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash Shiddiq.