Melihat Sejarah Penciptaan Bumi Dalam Al-Quran
Meskipun begitu, segala macam petunjuk sudah diturunkan oleh Allah melalui kitabulllah Al-Qur’an sebagai penuntun yang paling benar untuk umat manusia. Yang mana dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa sebagaimana sejarah pembentukan bumi dan segala macam isinya.
Kemudian manusia diturunkan ke bumi sebagai khalifah yang bertugas untuk mengelola dan menjaga bumi. Tidak ada keraguan dalam hal ini karena sudah dibenarkan dalam Al Qur’an, yaitu Al Baqarah ayat 30-33 : (Lihat di slide ke-2)
Tafsir ayat diatas menjelaskan bahwa dibenarkannya Manusia yang ditugaskan sebagai khalifah di bumi. Dan meskipun Manusia tidak sepatuh Malaikat, Namun Allah tetap memberikan bumi sebagai tempat ditinggalinya Manusia karena sesungguhnya Allah mengetahui apa yang tidak diketahui oleh setiap ciptaannNya.
Dalam Al-Qur’an,banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang penciptaan alam semesta, namun di antaranya hanyala gambaran secara besar (global) dan memang tidak rinci. Hal itu disengaja oleh Allah, ditegaskan dalam QS, Al Kahfi ayat 51 yang berbunyi : "Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri"
Menegaskan bahwa memahami pengetahuan terciptanya alam semesta secara global, hal tersebut sudah cukup bagi seorang muslim. Kemudian Allah menciptakan seisi langit dan bumi dalam waktu 6 hari. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al-A’raf ayat 54 yangberbunyi : "Sesungguhnya Tuhan kalian, yaitu Allah, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa di atas Arsy." (QS. al-A’raf: 54)
Kemudian 6 hari tersebut diperinci penjelasannya dalam QS. Fushilat Ayat 9-12 : (Lihat di slide ke-3)
Muncul perdebatan diantara para ulama tentang yang dimaksud dengan ‘hari’ yang dijelaskan dalam surat-surat tersebut, sebagian berpendapat bahwa hari yang dimaksud adalah hari yang diketahui manusia yaitu 24 jam berdasar pada perputaran matahari. Namun sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa 1 hari yang dimaksud sama sengan 1000 tahun karena didasari dari perhitungan waktu di akhirat.
Seperti yang kita tau bahwasannya teori yang paling populer dalam pembentukan alam semesta adalah teori Big-Bang. Pasalnya teori tersebut merupakan teori yang paling masuk akal dan mudah diterima oleh logika.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Abbe Georges Lemaitre, dijelaskan bahwa alam semesta ini mulanya berasal dari gumpalan superatom yang berbentuk bola api yang berukuran sangat kecil. Kemudian gumpalan tersebut memadat dan memanas, sehingga meledak dan terpecah belah dan membentuk unsur isi dari alam semesta.
Ledakan tersebut melepaskan sejumlah besar energi di alam semesta yang kemudian membentuk seluruh materi alam semesta dan kemudian berkembang hingga menjadi bentuk yang sekarang ini (pertumbuhannya akan terus berkembang)
Atom hidrogen terbentuk bersamaan saat energi dari ledakan tersebut meluas keluar. Atom hidrogen tersebut terus bertambah banyak dan berkumpul membentuk debu dan awan hidrogen (Nebula). Kemudian Nebula tersebut bertambah padat dan memanas hinga temperatur jutaan derajat celcius. Nebula ini menjadi bahan pembentuk bintang-bintang di alam semesta.
Setelah terbentuk banyak bintang, bintang tersebut berkelompok dan menyatu menjadi galaksi. Dari galaksi, lahirlah milyaran tata surya. Salah satunya adalah yang kita tinggali sekarang ini. Atas penjelasan diatas, apabila kita cocokan kepada QS. An-Anbiya’ ayat 30 : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.”
Maka dapat diambil kecocokan bahwa sebelum penciptaan alam semesta, segala macam materi yang adadi jagad raya ini adalah satu kesatuan. Tentu kebenarannya hanya Allah yang tahu.
Namun apabila kita menilik unsur sejarah, yang mana teeori big bang dicetukkan pada tahun 1920, sedangkan ayat diatas sudah diturunkan pada masa Rasulullah jauh sebelum teori big bang dijelaskan. Tentunya kita akan mulai memahami betapa tidak ada keraguan di dalam Al Qur’an.
Atas penjelasan diatas, kita dapat memahami bahwa penciptaan bumi dan segala isinya terjadi karena suatu alasan. Karena itulah umat kita harus mengimani dan senantiasa menjaga bumi dan mengelolanya dengan baik.