Setelah China dan Korea, India Ingin Buat Matahari Buatan
Para ilmuwan dari Institute of Plasma Research di Ahmedabad, sedang memandu produksi industri komponen penting ITER seperti pelindung dinding, sistem air pendingin, dan kriogenik. Bahkan, suprastruktur untuk peralatan utama reaktor, di mana vakum dipertahankan untuk membantu mendinginkan plasma, dibuat oleh perusahaan Larsen & Toubro asal India.
Sejak membangun tokamak pertamanya yang diberi nama Aditya pada 1980-an, India telah membuat kemajuan luar biasa dalam penelitian fusi dan mengoperasikan Steady State Superconducting Tokamak (SST) canggih yang mengatasi sifat 'on-off' dari tokamak konvensional dalam memanaskan plasma.
Hanya beberapa negara yang telah mengembangkan SST generasi berikutnya ini. EAST buatan China misalnya, adalah tokamak yang dirancang untuk operasi kondisi mapan. Untuk diketahui, para engineer China yang membangun Matahari buatan tersebut, semua "diasuh" oleh program ITER.
Dengan modal tersebut, bukan tidak mungkin India akan terpacu membuat Matahari buatan sendiri. Mereka harus menggunakan partisipasinya di ITER untuk membuka langkah berikutnya dalam membangun reaktor fusi di tanah India dalam beberapa dekade mendatang.
Keberhasilan China mengembangkan reaktor nuklir yang meniru fusi nuklir sedang menjadi sorotan dunia. Tak hanya China, Korea Selatan juga pun punya teknologi yang disebut Matahari buatan ini. Negara lain mungkin akan menyusul, India misalnya?
Seperti kebanyakan teknologi, fusi nuklir adalah penemuan pedang bermata dua. Di satu sisi, fusi nuklir dikhawatirkan menimbulkan kecelakaan yang tidak diinginkan.
Di lain sisi, jika digunakan dengan ramah, teknologi ini menawarkan beberapa keuntungan. Hanya diperlukan setengah kilogram bahan bakar fusi untuk menghasilkan jumlah energi yang sama dengan empat juta kilogram bahan bakar fosil.