Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PERANG BOSHIN Perang Saudara Yang Menghapus Keshogunan


Benarkah semua negara yang ingin maju harus melewati perang saudara? Salah satu yang menjadi contohnya adalah Jepang yang harus melalui perang saudara yang dilakukan oleh kubu pro shogun dalam menentang kebijakan kaisar yang seakan memojokkan dan ingin menyingkirkan mereka. Perang ini pun dikenal sebagai Boshin War, sebuah perang yang akan membawa Jepang menuju modernisasi dan kemajuan industri yang pesat.

Dimulai akibat ketidakpuasan para bangsawan dan para samurai terhadap peran Shogun dalam menyikapi pengaruh asing di wilayah Jepang membuat Shogun Tokugawa Yoshinobu yang merasa tidak berdaya akhirnya menyerahkan kekuasaan politik kepada kaisar Meiji. Yoshinobu berharap bahwa dengan melakukan ini, klan Tokugawa dapat dilestarikan dan tetap dapat berpartisipasi dalam pemerintahan di masa depan.

Namun, kebijakan kekaisaran, yang perlahan menghapus pengaruh” Tokugawa yang dikenal dengan fase "Restorasi Meiji" membuat Yoshinobu melancarkan kampanye militer untuk merebut istana kaisar di Kyoto. Mereka yang loyal kepada Tokugawa mundur ke Honshu utara dan kemudian ke Hokkaidō, tempat mereka mendirikan republik Ezo. Namun Kekalahan pada Pertempuran Hakodate mematahkan perjuangan Tokugawa dan menyelesaikan fase militer dari Restorasi Meiji.

Lalu sebenarnya, apakah yang terjadi dalam fase Restorasi Meiji? Asal mula dari Restorasi Meiji, Perang Boshin dan awal dari modernisasi Jepang, sebagai berikut:

Restorasi Meiji (明治維新 Meiji-ishin), dikenal juga dengan sebutan Revolusi Meiji atau Pembaruan Meiji, adalah serangkaian kejadian yang berpuncak pada pengembalian kekuasaan di Jepang kepada Kaisar pada tahun 1868. Restorasi ini menyebabkan perubahan besar-besaran pada struktur politik dan sosial Jepang, dan berlanjut hingga zaman Edo (sering juga disebut Akhir Keshogunan Takugawa) dan awal zaman Meiji.

Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir zaman Edo dan awal zaman Meiji. Restorasi ini diakibatkan oleh Perjanjian Shimoda dan Perjanjian Towsen Harris yang dilakukan oleh Komandor Matthew Perry dari Amerika Serikat.


Sekitar 12.000 orang terlibat dalam perang, dan 3.500 di antaranya tewas. Faksi kekaisaran yang menang memutuskan untuk tidak mengusir orang asing dari Jepang, melainkan mengadopsi kebijakan modernisasi dengan tujuan akhir negosiasi ulang Perjanjian Tidak Adil dengan pihak Barat. Berkat kegigihan Saigo Takamori yang memimpin faksi kekaisaran, pendukung Tokugawa diberi grasi, dan sejumlah mantan pemimpin keshogunan diberi jabatan baru dalam pemerintahan baru.

Perang Boshin menjadi bukti kemajuan modernisasi Jepang yang ketika itu baru saja selama 14 tahun membuka diri terhadap orang Barat. Keterlibatan pihak Barat, khususnya Britania Raya dan Prancis sangat memengaruhi situasi politik dalam negeri. Di kemudian hari, perang ini sering didramatisasi, termasuk film produksi Amerika The Last Samurai.
close