5 Proses Terbentuknya Alam Semesta
Tahukah kamu, bahwa asal usul alam semesta ini terbentuk dari ledakan yang dahsyat?
Astronomi - Meskipun secara garis besar kita sudah diajarkan tentang bagaimana terbentuknya alam semesta, ada beberapa fakta menarik seputar fenomena dan jejak yang ada di alam semesta, yang jarang atau tak pernah kita pelajari di sekolah.
Menurut ilmu astronomi dan fisika, ada begitu banyak proses panjang yang membentuk alam semesta hingga menjadi seperti saat ini.
Untuk meningkatkan pengetahuan seputar alam semesta, berikut KompasNusantara telah merangkum proses terbentuknya alam semesta, yang perlu kita ketahui.
1. Dimulai dari pemampatan gravitasi yang menjadi energi dahsyat
Pada awalnya, kita bisa membayangkan adanya energi super besar yang termampatkan akibat gravitasi. Dilansir dari Exploratorium, adanya Big Bang atau Ledakan Dahsyat, diawali dengan tersumbatnya energi yang begitu masif sehingga menghasilkan kekuatan fundamental alam semesta.
Yup, mendiang Stephen Hawking pun pernah berkata bahwa pembentukan alam semesta diawali dengan keberadaan hukum gravitasi. Kondisi penekanan energi ini akhirnya mengeluarkan begitu banyak materi dalam bentuk Ledakan Dahsyat.
Nah, jika pendapat mengenai tersumbatnya energi ini benar, itu menandakan bahwa alam semesta ini juga bisa berulang kali lahir dan mati. Kemunculan alam semesta yang sekarang, bisa jadi akibat energi yang begitu besar dari alam semesta pada masa lalu.
2. Proses terjadinya Big Bang
Big Bang atau Ledakan Dahsyat adalah proses yang dianggap sebagai peristiwa terbentuknya alam semesta. Big Bang melontarkan begitu banyak materi, energi, ruang, dan waktu yang akan menjadi cikal bakal jagat raya yang begitu kompleks hingga saat ini.
Menurut ilmuwan dan akademisi, peristiwa besar ini terjadi pada 13,8 miliar tahun lalu. Suhu yang terjadi setelah Big Bang tersebut, diperkirakan mencapai 1 triliun derajat celsius! Dan inflasi awal ini dinamakan fase Planck.
Dijelaskan dalam laman University of California, setelah inflasi selesai, terjadilah ekspansi yang begitu cepat terhadap materi dan antimateri yang dilontarkan pada fase Planck. Sehingga materi, antimateri, dan energi tadi akan silih berganti membentuk formasinya masing-masing.
3. Kemunculan klaster dan gugus bintang yang sangat besar
Setelah materi dan energi saling berinteraksi satu sama lain, alam semesta mulai membentuk kelompok atau klaster atau gugus besar yang berisi banyak objek angkasa.
Dilansir dari laman Space, klaster terbesar di alam semesta adalah Hercules-Corona Borealis. Klaster super ini memiliki diameter sepanjang 10 miliar tahun cahaya.
Lalu, objek apa yang dianggap paling tua di alam semesta?
Ada sebuah bintang bernama Methuselah atau HD 140283 yang konon usianya mencapai 14 miliar tahun. Jika ini benar, maka bintang tersebut berusia lebih tua dibandingkan dengan peristiwa Big Bang.
Namun, banyak ilmuwan yang akhirnya menyatakan bahwa objek tersebut memiliki usia yang sedikit lebih muda dibandingkan dengan peristiwa Big Bang.
4. Alam semesta yang terus berkembang, hingga saat ini
Setela alam semesta terbentuk dan dihuni oleh makhluk hidup seperti manusia, bukan berarti mereka berhenti berkembang lho! Karena alam semesta diketahui masih terus berkembang hingga saat kini.
Jejak-jejaknya masih bisa dilacak dan ditelusuri oleh berbagai macam pengamatan. Dilansir dari laman National Aeronautics and Space Administration (NASA), menjelaskan bahwa galaksi di alam semesta terbentuk akibat gravitasi yang menarik berbagai macam objek angkasa.
Dalam galaksi terdapat banyak tata surya, bintang, planet, nebula, gas, debu, bahkan lubang hitam atau black hole. Biasanya, dalam satu galaksi, terdapat ratusan miliar hingga triliunan bintang. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa jumlah planet yang ada di sebuah galaksi bisa lebih banyak lagi.
Bumi dan tata surya kita berada di Galaksi Bimasakti. Sedangkan, ilmuwan memperkirakan ada sekitar 200 miliar galaksi yang ada di seluruh alam semesta.
5. Planet, bulan, dan bintang baru terus bermunculan
Bumi dan tata surya kita diperkirakan terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu. Jika dibandingkan dengan alam semesta, usia dari tata surya kita tentu sangatlah muda.
Bintang yang ada di alam semesta pun juga terus mengalami evolusi. Tak ada yang abadi, semua bintang akan mengalami lahir dan mati sesuai dengan kadar hidrogen dan heliumnya.
Lalu, apakah alam semesta bisa mati?
Ternyata, alam semesta yang ada saat ini masih berada di tengah perjalanan sebelum kematiannya. Dicatat dalam Discover Magazine, ada beberapa kalangan akademisi yang menyebut bahwa alam semesta bakal kehabisan energi dan mengalami kematian pada 22 miliar tahun mendatang.
Nah itulah beberapa pengetahuan seputar proses terbentuknya alam semesta, yang perlu kita tahu. Semoga informasi ini dapat meningkatkan pengetahuan kita dan memudahkannya untuk memahami proses terbentuknya alam semesta.