TEORI BINTANG KEMBAR DALAM PEMBENTUKAN TATA SURYA
Astronomi - Proses terbentuknya tata surya dapat dilihat melalui berbagai teori. Salah satunya adalah teori bintang kembar.
Teori bintang kembar menyatakan bahwa Matahari adalah bintang kembar yang mengelilingi medan gravitasi. Pencetus teori ini berpendapat bahwa tata surya terbentuk akibat ledakan dari bintang kembar tersebut.
Sejarah Teori Bintang Kembar
Teori bintang kembar pertama kali dikemukakan pada tahun 1930 oleh ahli astronomi berkebangsaan Inggris yaitu Raymond Arthur Lyttleton. Menurut Lyttleton, tata surya terbentuk dari dua buah bintang yang kemudian salah satunya hancur dan membentuk menjadi planet. Sedangkan, bintang yang tidak meledak dikenal dengan nama Matahari.
Adanya dasar pernyataan ini karena telah dilakukan penelitian terhadap tata surya lain, ternyata ditemukan bahwa ada tata surya yang memiliki bintang kembar. Oleh sebab itu, Lyttleton menyatakan bahwa tata surya ini terbentuk dari proses meledaknya bintang kembar.
Mengutip dari Modul Geografi Kelas X yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada awalnya di tata surya ada dua buah bintang kembar, yaitu Matahari dan kembarannya.
Kembaran Matahari tersebut kemudian meledak hingga menjadi serpihan-serpihan kecil dan debu. Kemudian, debu-debu tersebut membentuk menjadi planet dan serpihan batuan yang membentuk jalur asteroid.
Teori Pembentukan Tata Surya Lainnya
Selain teori bintang kembar, terdapat tiga teori lain dalam pembentukan tata surya. Ketiganya adalah teori nebula, teori planetesimal, dan teori pasang surut. Untuk memahami lebih jelasnya, berikut ini penjelasan teori-teori tersebut yang dirangkum dari buku Geografi karya Hartono:
1. Teori Nebula
Teori nebula dikemukakan pada tahun 1755 oleh seorang filsuf asal Jerman bernama Immanuel Kant yang kemudian disempurnakan oleh Pierre de Laplace di tahun 1796. Karena itu, teori ini juga sering dikenal sebagai teori kabut Kant-Laplace.
Menurut Kant, tata surya berasal dari nebula, yaitu gas atau kabut tipis yang sangat luas dan bersuhu tinggi berputar sangat lambat. Kemudian, perputaran yang lambat tersebut menyebabkan terbentuknya konsentrasi materi yang memiliki berat jenis tinggi yang disebut inti massa.
Inti massa yang terbesar terbentuk di tengah, sedangkan yang kecil terbentuk di sekitarnya. Akibat terjadinya proses pendinginan inti-inti massa yang lebih kecil tersebut, maka berubah menjadi planet-planet. Sedangkan yang paling besar masih tetap dalam keadaan pijar dan bersuhu tinggi disebut Matahari.
2. Teori Planetesimal
Pada awal abad ke-20, seorang ahli astronomi Amerika Forest Ray Moulton beserta ahli geologi Thomas C. Chamberlain menyatakan pendapat bahwa tata surya berasal dari adanya bahan-bahan padat kecil yang disebut planetesimal.
Bahan padat tersebut mengelilingi inti berwujud gas dan bersuhu tinggi. Kemudian, gabungan dari bahan-bahan padat kecil itu kemudian membentuk planet-planet, sedangkan inti massa yang bersifat gas dan bersuhu tinggi membentuk Matahari.
3. Teori Pasang Surut
Pada tahun 1917, astronom Jeans dan Jeffreys menyatakan pendapat bahwa tata surya pada awalnya hanya terdiri dari Matahari tanpa memiliki anggota. Planet-planet dan anggota lainnya terbentuk karena adanya bagian dari Matahari yang tertarik dan terlepas oleh adanya pengaruh gravitasi bintang yang melintas ke dekat Matahari.
Nah, itulah teori bintang kembar dan teori pembentukan tata surya lainnya. Teori ini juga sering disebut sebagai teori pembentukan Bumi sebagai bagian dari tata surya.