Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keistimewaan Shalawat, Menghindarkan Dari Siksa Kubur


KompasNusantara - Kisah yang dinukilkan dari kitab at-Tadzkirah karangan al-Qurthubi berikut ini menggambarkan betapa berharganya shalawat untuk Rasul.

Alkisah, ada seorang gadis yang selama hidupnya tidak pernah mau menjalankan perintah dan manjauhi larangan Allah SWT sampai sang gadis meninggal dunia. Meski demikian, ibunya begitu menyayanginya. Dia menangisi kepergian anak tersayangnya itu.

Suatu saat sang ibu tidak kuat lagi menahan rasa rindu terhadap putrinya. Dia memberanikan diri menyampaikan perasaannya itu kepada Imam Hasan al-Bashri.

Dengan mata sendu sembap sang ibu berkata, Wahai Syekh, aku memiliki anak perempuan yang telah meninggal dunia. Aku merindukannya. Dapatkah aku bertemu dengan putri tersayangku itu?

Dengan lemah lembut Imam Hasan menenangkan ibu, Insya Allah, jika Allah menghendaki, tentu saja bisa.

Mendengarkan jawaban tersebut, sang ibu bersukacita. Tanpa banyak kata, sang ibu mendesak Hasan agar memberikan amalan yang dapat mempertemukannya dengan sang buah hati, meski di dalam mimpi.

Bagaimana caranya? Aku sudah tidak tahan ingin bertemu dengannya dan aku ingin tahu keadaannya sekarang, desak ibu itu kepada Sang Imam.

Melihat kesungguhan ibu itu, Imam Hasan menasihatinya agar tidak berlebihan menanggapi kesedihan akibat kepergian orang yang kita cintai. Lakukanlah shalat empat rakaat, setelah melaksanakan shalat Isya pada waktu-waktu terakhir, saat Subuh hampir menjelang. Dalam setiap rakaatnya, bacakanlah surah al-Fatihah dan at-Takatsur. Setelah itu, berbaringlah sambil membaca shalawat untuk Rasulullah hingga Anda terlelap, kata Sang Imam memberikan nasihat.

Mendengarkan arahan itu, sorot mata ibu itu yang tadinya sayu kini bersinar. Ia percaya cara itu bisa mempertemukannya dengan sang putri. Baik, akan saya laksanakan apa yang Anda perintahkan.

Ibu itu pun pergi dan langsung pada malam harinya mengerjakan apa yang diperintahkan Hasan. Benar saja, ia akhirnya dapat melihat putrinya dalam mimpi. Namun, yang membuat ibu itu sedih adalah keadaan di depan matanya yang begitu mengerikan. Ia melihat putrinya yang di dunia cantik jelita itu dalam keadaan tersiksa dalam kubangan azab.

Di tubuhnya terlilit baju dari tembaga yang meleleh.

Karena dipanaskan dan tangan serta kakinya terikat dengan borgol yang terbuat dari api yang menyala-nyala. Ibu itu menangis sesegukan ketika melihat keadaan putrinya yang menyedihkan, disiksa di alam kubur.

Keesokan harinya ibu itu langsung menyampaikan apa yang dilihat dalam mimpinya kepada Hasan al-Bashri. Apa yang harus aku lakukan? kata ibu sambil mengusap air matanya. Bersedekahlah untuknya. Semoga Allah mengampuninya, kata Hasan menyarankan.

Jawaban Hasan:
Pada malam harinya, Hasan al-Bashri bermimpi, seakan-akan ia berada di sebuah taman yang sangat indah, yakni taman-taman surga yang dijanjikan, di dalamnya terdapat ranjang yang tinggi nan indah berhiaskan pernak-pernik yang tak pernah terlihat di kehidupan dunia.

Di atas ranjang itu ada perempuan berparas cantik jelita laksana bidadari surga berhiaskan intan permata dan bertakhtakan mahkota yang terbuat dari cahaya.

Setelah saling pandang, si gadis menyapa Hasan lebih dulu dengan penuh sompan santun Anda kenal dengan saya?

Hasan menggelengkan kepalanya dan berkata. Memang siapa Anda? kata Hasan Aku adalah putri dari perempuan yang mendatangimu kemarin itu dan Anda nasihati agar membacakan shalawat untuk Rasulullah, ujar gadis itu.

Hasan pun langsung tercengang. Ia marasa heran keadaan gadis itu tidak seburuk apa yang dikisahkan sang ibu. Untuk memastikan keadaan bahwa gadis yang bertemu dalam mimpinya itu adalah anak dari sang ibu, Hasan berujar, Ibumu telah menceritakan keadaanmu padaku, tapi aku tidak melihat kau menderita dan tersiksa. Kau tampak mendapatkan kebahagiaan di sini, kata Hasan.

Tapi, kenyataannya sekarang aku baik-baik saja seperti yang Anda lihat, jawab putri itu.

Lalu apa yang menyebabkan kau mendapatkan karunia yang demikian besar dan kedudukan yang terhormat di sisi Allah SWT wahai anakku?

Dengan wajah riang, si gadis menceritakan keadaan dan teman-temannya yang berjumlah 70 orang. Kami mendapatkan azab yang amat pedih sebagaimana diceritakan ibuku padamu.

Nah, suatu saat lewatlah seorang laki-laki saleh membaca shalawat satu kali dan pahalanya ia hibahkan pada kami. Seketika itu Allah menerima amalnya dan membebaskan kami dari azab itu, katanya.

Subhanallah, kata Hasan. Ia pun bergegas menyampaikan berita gembira ini kepada sang ibu.
close