Kisah Teladan Ibnu Hajar Al Asqalani (si anak batu)
KompasNusantara - Ibnu Hajar Al Asqalani bernama lengkap Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad Al Asqalani merupakan seorang ulama besar pada zamannya. Semula beliau adalah seorang santri yang sangat sulit untuk menerima pelajaran.
Beliau belajar kepada kyainya sampai beberapa tahun, namun ia sulit sekali untuk menyerap setiap pelajaran-pelajaran, hingga akhirnya diapun berputus asa. Ia pun mohon diri kepada kyainya supaya diperbolehkan pulang. Dengan berat hati sang kyai memperbolehkan Ibnu Hajar pulang.
Akhirnya Ibnu Hajar pulang ke rumahnya. Di tengah perjalanan, hujan turun dengan lebat, ia terpaksa berteduh dalam sebuah gua. Pada saat itulah terdengar suara gemericik. karena penasaran, ia mendatangi sumber suara tersebut.
Ternyata sumber suara itu berasal dari gemericik air yang menetes pada sebongkah batu yang sangat besar. Batu besar itu berlubang karena telah bertahun-tahun terkena tetesan air. Melihat batu yang berlubang tersebut, akhirnya Ibnu Hajar merenung. Ia berpikir,
"Batu yang besar dan keras ini lama-lama berlubang hanya karena tetesan air ini. Kenapa aku kalah dengan batu? Padahal akal dan pikiranku tidak sekeras batu, berarti aku kurang dalam belajar."
Setelah berpikiran demikian akhirnya Ibnu Hajar tidak jadi pulang, ia memutuskan untuk kembali ke pondok. Semangatnya kembali tumbuh untuk belajar kepada kyainya.
Akhirnya, Ibnu Hajar kembali ke pondok, ia lebih sungguh-sungguh dalam belajarnya. Di pondok ia belajar dengan tekun dan rajin serta tidak mengenal putus asa. Usaha tersebut tidak sia-sia. Ia menjadi orang alim, bahkan dapat mengarang beberapa kitab diantaranya kitab fathul bari dan bulughul marom.
Dari asal mula cerita batu di dalam gua, inilah kemudian beliau diberi nama Ibnu Hajar (Anak Batu).
Wallahu a'lam