Kisah Thawaf Seorang Lelaki Yang Tak Berkaki Dan Tak Bertangan
Satu waktu, Ibrahim bin Khawas pergi ke kota Mekkah. Ia menempuh perjalanan yang sangat panjang. Ia melewati padang pasir yang sangat panjang dan tak kurang dari 16 jalan ia lalui.
Di tengah perjalanan itu, ia bertemu dengan seorang lelaki yang belum ia kenal dan tak pernah ia temui sebelumnya. Orang tersebut cacat secara fisik, tak memiliki tangan dan kaki sama sekali, yang oleh karenanya ia merangkak dengan badannya. Masyaallah.
Ibrahim bin al-Khawas lalu merasa heran dengan kondisi dan kemauan si cacat tersebut dalam melakukan perjalanan. Karena penasaran, ia lantas bertanya kepadanya dan mengucapkan salam.
“Assalamualaikum..!!”
“Wa’alaikumussalam, wahai Ibrahim!” jawab si cacat tersebut.
Ibrahim bin al-Khawas merasa heran lagi. Pasalnya, si cacat tersebut telah mengetahui dan mengenal namanya. Ia bertanya, “Darimana kamu mengetahui nama saya?”.
“Dari Zat yang mengantarmu ke sini, yang mengetahui apa yang terjadi di antara kita,” jawab si lelaki cacat. (Yang dimaksud oleh si lelaki cacat tersebut adalah Allah)
“Kamu benar. Lantas sekarang kamu mau kemana?” ucap Ibrahim bin al-Khawas kepada si lelaki cacat tersebut.
Lelaki tersebut menjawab, “Saya mau ke Mekkah”.
“Dari mana kamu?” tanya Ibrahim lagi.
“Saya dari Bukhara,” jawab si lelaki singkat.
Ibrahim masih merasa heran dengan si lelaki cacat itu. Ibrahim lalu memandangnya. Pandangan itu pun dibalas olehnya. Karena merasa ada yang kurang pas, lelaki tersebut bertanya kepada Ibrahim, “Apakah engkau merasa heran jika ada orang/zat yang kuat membawa yang lemah?”
“Tentu tidak saudaraku,” jawab Ibrahim. Ia lantas meninggalkan pemuda dan melanjutkan perjalanannya. Dan ketika ia masuk kota Mekkah ternyata si lelaki cacat tersebut terlihat olehnya sedang merangkak mengelilingi ka’bah (thawaf).
Kisah di atas disarikan dari kitab ‘Uyun al-Hikayah karya Ibnu Jauzi dengan judul bab “Lelaki Lemah yang Dijaga Allah”. Banyak ‘ibrah yang bisa kita peroleh dari kisah di atas, salah satunya adalah pertolongan Allah kepada siapa saja yang mau berusaha dan berkomitmen untuk sukses.
Wallahu a‘lam.
Dalam kisah di atas, meski lelaki tersebut cacat “secacat-cacatnya”, namun tetap saja, atas kuasa dan izin Allah, ia bisa melakukan thawaf, dan bahkan kedatangannya di Mekkah lebih dulu daripada Ibrahim bin al-Khawas.
Allah Swt berfirman:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, maka Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Ankabut [29]: 69)
Al-Qasimi dalam kitab tafsir Mahasin al-Takwil menjelaskan bahwa yang dimaksud jihad dalam ayat di atas adalah jihad melawan diri sendiri, hawa nafsu, setan, dan musuh-musuh agama. Orang yang demikian, oleh Allah, akan ditunjukkan jalan menuju Allah, yakni berupa ketaatan.
Tafsiran di atas menujukkan bahwa siapa saja yang sungguh-sungguh dalam menjalankan perintah Allah, maka pasti Allah akan menolongnya. Bukankah kita pernah melihat di media, seorang yang miskin materi namun bisa menunaikan ibadah haji, bukan? Ini adalah salah bukti pertolongan Allah Swt kepada mereka yang mau bersungguh-sungguh.
Oleh karenanya, ayat di atas juga hendaknya menjadi motivasi bagi kita semua dalam segala hal positif yang kita lakukan. Selama niat dan tujuan kita baik serta kita telah berusaha dengan maksimal, maka kita harus yakin bahwa Allah pasti akan memberikan kesuksesan kepada kita dengan bentuk dan cara-Nya.