Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nabi Idris Manusia Pertama Yang Mengajarkan Tulis Menulis Menggunakan Pena


Nabi Idris as merupakan cucu langsung dari Nabi Adam as. Ia keturunan keenam dari Nabi Adam AS, putra dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam AS. Nabi Idris adalah keturunan pertama yang dikaruniai kenabian setelah Nabi Adam AS dan Nabi Syith AS.

Dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Muslim dari Mu’awiyah bin al-Hakam as-Sulami mengatakan, “Dahulu, ada seorang nabi yang menulis dengannya (maksudnya menulis di atas pasir). Barang siapa sejalan dengan tulisannya, demikian itulah (tulisannya)”.

Dalam buku yang berjudul Kitab Peninggalan-Peninggalan Bersejarah Para Nabi karya Abdul Syukur al-Azizi disebutkan, Nabi Idris as merupakan penemu tulisan pertama dalam sejarah peradaban umat manusia di muka bumi.

Kisah Nabi Idris diabadikan dalam Al-Quran surah Maryam (19) ayat 56 yang artinya: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut di dalam Alquran). Sesungguhnya, ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan, kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”

Nabi Idris juga merupakan manusia pertama yang menulis menggunakan pena. Ini terbukti dari penemuan potongan naskah kuno yang disebut Kitab Henokh yang terkait dengan Nabi Idris.

Potongan Kitab Henokh berisi informasi

Bani Qabil yang musnah karena bencana besar dan terdapat 30 mushaf (shuhuf) sebagai bekal untuk diajarkan pada kaumnya. Nabi Idris hidup pada 4.533 hingga 4.188 SM.

Ia diberi julukan oleh Alllah SWT Asadul Usud atau singa dari segala singa. Julukan itu diberikan karena keberanian dan kegagahannya. Selain pintar menulis, Nabi Idris dikenal ahli astronomi, menggambar, dan menjahit.

Oleh Sejarawan, jejak Nabi Idris terlihat peninggalan bangsa Sumeria. Nabi Idris diduga hidup di zaman ini. Hal ini merujuk dari temuan bangsa Sumeria kuno di Irak yang telah mengenal tulisan, ilmu perbintangan, dan sudah pandai menata kota.

Keistimewaan lain dari Nabi Idris adalah, ia bersahabat baik dengan Malaikat Izrail sang pencabut nyawa. Selain itu, ia juga merupakan nabi yang diizinkan Allah SWT pernah merasakan kematian dan hidup kembali serta nabi yang diberi kesempatan untuk melihat surga dan negara.

“Dia (Idris) adalah seorang Nabi yang (pamdai) menulis. Siapa saja yang sesuai dengan (syariat) yang dia tulis, maka itulah (yang benar)” [H.R Muslim 537]

Referensi
Terjemahan; Qashashul Anbiya karya Imam Ibnu Katsir
close