Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ALLAH SWT SENANTIASA MENUTUP AIB HAMBANYA


Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Pada zaman Nabi Musa عليه السلام, bani Israel ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka.

Mereka berkata,
“Ya Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami.”

Maka berangkatlah Musa عليه السلام bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas. Waktu itu mereka berjumlah lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan keadaan yang lusuh dan kumuh penuh debu, haus dan lapar.

“Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu,
taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, hewan ternak yang memerlukan rumput dan
orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas. Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi yaitu Muhammad ﷺ yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman “.

Tapi langit tetap cerah, tidak ada hujan bahkan tanda-tanda akan turun hujanpun tidak ada.

Kemudian Nabi Musa عليه السلام mengulangi doanya,
“Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, hewan ternak yang memerlukan rumput dan
orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas. Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi yaitu Muhammad ﷺ yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman “.

Maka Allah ﷻ pun berfirman kepada Musa عليه السلام,
"Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi.
Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun.
Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini!
Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya.”

Maka Musa عليه السلام pun berteriak di tengah-tengah kaumnya,
“Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun!"

Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri, tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia saat itu akhirnya ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksudkan.

Ia berkata dalam hatinya,
“Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbukalah rahasiaku.
Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun.”

Maka hatinya pun menjadi gundah gulana, air matanya pun mengalir menyesali perbuatan maksiatnya.
Lelaki itu berkata lirih,
“Ya Allah, aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku, sekarang aku bertaubat kepada Mu dengan sungguh-sungguh, maka terimalah taubatku."

Tak lama setelah pengakuan taubatnya tersebut, maka awan-awan tebal pun bermunculan, semakin lama semakin tebal dan akhirnya turunlah hujan.

Musa عليه السلام pun keheranan,
“Ya Allah, Engkau telah menurunkan hujan kepada kami,
namun tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia, mengakui maksiatnya kepada Engkau selama 40 tahun."

Allah ﷻ berfirman,
“Aku menurunkan hujan kepada kalian oleh sebab
hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun.”

Musa عليه السلام berkata,
“Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku hamba yang taat itu.”

Allah ﷻ berfirman,
“Ya Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah Aku membuka aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!”

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad..

Semoga bermanfaat

Sumber :
Kitab : “Fii Bathni al-Huut” oleh Syaikh DR. Muhammad Al ‘Ariifi, hal. 42
~~~~~
Sampaikanlah ilmu ini kepada orang lain. Semoga mempermudah urusanmu di Dunia Akhirat dan Memberatkan timbangan Amal baikmu di Yaumul Mizan.

Riwayat dari Rasulullulah saw. mengatakan:

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).

Kita menghindari kesia-siaan. Penting untuk menyampaikan kebaikan, namun tidak kalah pentingnya juga untuk memperhatikan cara yang baik dalam menyampaikan kebaikan. Kebaikan harus tersampaikan dengan baik, agar pesannya tidak hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan.

Wallahu a’lam bis-shawab.

close