Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KISAH NABI JIRJIS AS


KompasNusantara - Pada zaman dahulu ada seorang raja zhalim penyembah berhala, bernama Darriyan. Seluruh rakyatnya diperintahkan untuk menyembah patung-patung miliknya. Rakyat yang tidak patuh akan dilemparkan ke dalam api besar. Sudah banyak rakyat yang menjadi korban kekejamannya.

Allah ﷻ kemudian mengutus utusannya pada negeri tempat raja zhalim ini. Nabi yang diutus Allah ﷻ adalah Jirjis bin Qulthin عليه السلام. Beliau عليه السلام diutus untuk menghancurkan angkara murka yang dilakukan Darriyan.

Suatu ketika Nabi Jirjis عليه السلام bertemu dengan Darriyan.
Nabi Jirjis عليه السلام berkata dengan tenang,
“Mengapa kamu tunduk menyembah berhala yang tidak dapat mendengar, melihat dan tidak dapat memberi kekayaan kepadamu?”

Darriyan menjawab,
“Sesungguhnya harta dan tahta kerajaan, serta seluruh nikmat kemegahan ini kuperoleh sejak aku menyembah berhala-berhala itu.
Dan aku tidak melihat kesenangan pada dirimu sebagai hasil penyembahanmu pada Tuhan yang engkau agung-agungkan itu.”

Nabi Jirjis عليه السلام membalas,
“Sesungguhnya segala kenikmatan dan kesenangan duniawi akan sirna.
Sedangkan nikmat akhirat yang Allah ﷻ anugerahkan padaku akan langgeng.”

Setelah itu, mereka berdua berdebat makin sengit.
Karena makin terdesak, emosi Darriyan bangkit.
Saking murkanya pada Nabi Jirjis عليه السلام, Darriyan memerintahkan pengawalnya untuk menyiksa beliau.
Utusan Allah ﷻ tersebut kemudian disiram dengan air mendidih yang dicampuri dedaunan sehingga kulitnya melepuh. Daging Beliau عليه السلام kemudian diiris-iris sehingga tulangnya terlihat. Nabi Jirjis عليه السلام pun wafat.

Namun, dengan kekuasaan Allah ﷻ,
Nabi Jirjis عليه السلام bangkit kembali dengan rupa yang lebih menawan dibanding sebelumnya.

Melihat kejadian aneh ini,
Darriyan kemudian memerintahkan pengawalnya untuk membawa enam pasak besi. Dua kaki Nabi Jirjis عليه السلام diikat dan direntangkan, lalu keenam pasak tersebut ditancapkan pada tubuh Beliau عليه السلام. Nabi Jirjis عليه السلام pun wafat kembali dengan mengenaskan.

Namun, Allah ﷻ kemudian mengutus malaikat Jibril عليه السلام untuk mencabuti pasak tersebut.
Nabi Jirjis عليه السلام pun hidup kembali.

“Wahai yang zhalim,
katakanlah tidak ada Tuhan selain Allah!” teriak Nabi Jirjis عليه السلام pada Darriyan.

Darriyan semakin murka.
Ia memerintahkan pengawalnya untuk melemparkan Nabi Jirjis عليه السلام ke belanga besar dengan air bergolak. Nabi Jirjis عليه السلام direbus dalam belanga tersebut. Lagi,
Nabi Jirjis عليه السلام wafat.
Namun dengan izin Allah ﷻ, Beliau عليه السلام hidup kembali.

Sang raja zhalim Darriyan kemudian terus menerus menyiksa Nabi Jirjis عليه السلام dengan siksaan yang beragam hingga 70 kali, bahkan menurut sebagian kitab hingga 100 kali. Namun setiap Beliau عليه السلام wafat, Beliau dihidupkan kembali oleh Allah ﷻ.

Setelah kewalahan dan kehabisan akal, Darriyan merayu,
“Jirjis, jika kau menaatiku, aku akan menaatimu.
Sembahlah berhalaku sekali saja, dan aku akan menyembah Tuhanmu. Bagaimana?”

Nabi Jirjis عليه السلام lama tidak menyahut,
sampai-sampai ada seorang lelaki yang menyangka sang nabi akan menerima tawaran itu.

Darriyan menyambung,
“Aku telah berkali-kali menyiksamu dengan berbagai siksaan. Sekarang marilah ke rumah untuk menghilangkan keletihanmu malam ini.”

Nabi Jirjis عليه السلام kemudian mengikuti Darriyan menuju rumah, namun bukan untuk menerima tawaran tadi, melainkan untuk mencari cara mengislamkan raja zhalim tersebut.

Di rumah Darriyan, Nabi Jirjis عليه السلام semalam suntuk menunaikan shalat dan membaca Kitab Zabur. Bacaannya malam itu meresap ke hati sang permaisuri.
Istri Darriyan itu menangis, kemudian secara diam-diam menyatakan masuk Islam.

Pagi harinya, Darriyan sekali lagi menyuruh Nabi Jirjis عليه السلام sujud pada berhalanya. Namun Beliau عليه السلام menolak keras. Akhirnya Beliau عليه السلام dibawa ke sebuah gubuk milik seorang nenek pikun yang tinggal bersama putranya yang buta, tuli, dan bisu.
Di gubuk itulah Beliau عليه السلام dipenjara tanpa diberi makan dan minum.

Suatu hari, ketika merasa lapar, Nabi Jirjis عليه السلام berdoa pada Allah ﷻ.
Dengan izin Allah ﷻ, tiba-tiba sebatang kayu tiang rumah tumbuh, menghijau, dan berbuah.
Menyaksikan hal yang menakjubkan tersebut, sang nenek memohon kepada Nabi Jirjis عليه السلام untuk berdoa pada Allah ﷻ supaya menyembuhkan putranya.
Sang Nabi عليه السلام pun memenuhi permintaan tersebut. Putra sang nenek tersebut kemudian sembuh dan memeluk Islam.

Nabi Jirjis عليه السلام berkata,
“Nak, pergilah ke tempat-tempat berhala raja.
Sampaikan pada mereka bahwa Jirjis عليه السلام mengundang mereka.”

Sang anak berangkat. Setelah sampai, ia menyampaikan undangan Nabi Jirjis عليه السلام
pada 70 berhala tersebut.
Dengan izin Allah ﷻ, patung-patung itu mencabut diri dari tempatnya dan berjalan menuju tempat Nabi Jirjis عليه السلام. Setelah patung-patung itu tiba di halaman rumah, Nabi Jirjis عليه السلام memberi isyarat kepada Bumi dengan menjejakkan kakinya. Bumi kemudian terbelah menelan semua berhala Darriyan.

Sang permaisuri yang menyaksikan kejadian luar biasa tersebut kemudian tampil di panggung istana dan berkata,
“Wahai penduduk negeriku, sayangilah jiwa kalian.
Segeralah kalian masuk Islam.
Percayalah, Jirjis عليه السلام adalah seorang nabi yang diutus Tuhan untuk kita.”

Sang raja menjadi murka dan menatap istrinya,
“Sungguh, sejak 70 tahun aku menyaksikan banyak sekali mukjizat atau keajaiban, tapi aku tidak pernah masuk Islam. Namun mengapa engkau masuk Islam hanya karena melihat satu mukjizat saja, wahai istriku?”

Sang permaisuri menjawab,
“Yang demikian itu semata-mata karena kedurjanaan dan kezhalimanmu belaka.
Itulah kemalanganmu. Sedangkan bagiku, ini adalah keberuntunganku.”

Sang permaisuri kemudian dibunuh oleh Darriyan dengan sangat kejam.

Menyaksikan kejadian itu, Nabi Jirjis عليه السلام berdoa,
“Ya Allah, 70 tahun hamba menanggung siksaan kaum kafir, sehingga hamba kehilangan daya. Maka anugerahilah hamba mati syahid.”

Seusai berdoa, Nabi Jirjis عليه السلام melihat nyala api turun dari langit kepada para pengikut raja. Bersamaan dengan itu, orang-orang kafir itu mengangkat pedang membunuh Beliau عليه السلام .
Namun, tak lama kemudian mereka pun, termasuk Darriyan, mati ditelan api.

(Nabi Jirjis عليه السلام hidup dalam zaman Fatrah, sepeninggal Nabi Isa عليه السلام)

Semoga bermanfaat

Disarikan dari kitab As-Sab’iyat fi Mawazh al-Bariyat.
~~~~~
Sampaikanlah ilmu ini kepada orang lain. Semoga mempermudah urusanmu di Dunia Akhirat dan Memberatkan timbangan Amal baikmu di Yaumul Mizan.

Riwayat dari Rasulullulah saw. mengatakan:

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).

Kita menghindari kesia-siaan. Penting untuk menyampaikan kebaikan, namun tidak kalah pentingnya juga untuk memperhatikan cara yang baik dalam menyampaikan kebaikan. Kebaikan harus tersampaikan dengan baik, agar pesannya tidak hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan.

Wallahu a’lam bis-shawab.


close