Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kenapa Perbudakan Di Afrika Menjadi Yang Terbesar Dalam Sejarah?


Munculnya kolonisasi pada abad ke 15 di wilayah-wilayah yang ditemukan dan ditaklukkan oleh bangsa Eropa, kemudian menuntut kebutuhan tenaga kerja yang begitu besar untuk menghidupkan wilayah kolonisasi tersebut dan memberikan kekayaan bagi bangsa Eropa. Wilayah-wilayah ini khususnya yang berada di benua Amerika yang berhasil ditanami komoditas mahal saat itu seperti gula, tembakau, kapas, dan kopi.

Sementara itu, orang Eropa yang bermigrasi ke Amerika tidaklah cukup untuk menjalankan perkebunan-perkebunan ini. Pada awalnya, bangsa Eropa menggunakan penduduk pribumi benua Amerika untuk mengisi kekurangan ini. Tapi perang perlawanan yang dilakukan oleh orang-orang pribumi telah mengurangi jumlah populasinya ditambah dengan serangan penyakit yang dibawa oleh bangsa Eropa juga turut mengurangi jumlah populasi penduduk pribumi Amerika hingga jutaan.

Di benua Afrika, kondisinya sedikit berbeda. Bangsa Eropa sudah melakukan perdagangan dengan penguasa-penguasa lokal setempat. Barang yang dibawa oleh Bangsa Eropa antara lain senjata, pakaian, dan barang manufaktur lain. Di Afrika, barang-barang dari Eropa tersebut ditukar dengan komoditas seperti gading, lada, emas, dll.

Situasinya kemudian berubah setelah kebutuhan tenaga kerja di Amerika semakin mendesak. Spanyol dan Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang mulai menggunakan budak orang-orang Afrika untuk dipekerjakan di Amerika yang dimulai sekitar tahun 1640. Mereka membeli budak-budak ini dari para penguasa lokal Afrika. Budak-budak ini adalah para kriminal, tawanan perang, atau hasil dari penaklukkan suku lain. Lalu bangsa Eropa lain pada akhirnya turut dalam praktik perbudakan ini seperti Inggris yang kemudian mendominasi perdagangan budak dari Afrika.

Kebutuhan tenaga kerja kemudian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya wilayah perkebunan di benua Amerika. Bangsa Eropa juga mulai menyadari keuntungan dari perbudakan orang Afrika seperti, orang-orang Afrika memiliki fisik yang lebih kuat dan lebih kebal terhadap penyakit, sudah terbiasa dalam perkebunan, serta warna kulit dan tempat asal usul mereka yang jauh akan menyulitkan orang Afrika untuk kabur.

Ironisnya, kebutuhan yang semakin tinggi ini kemudian memaksa para penguasa atau pedagang Afrika untuk menculik saudara mereka sendiri dan dijual sebagai budak. Tergoda oleh imbalan yang besar, penculikan ini telah memisahkan ribuan keluarga dari tanah air mereka yang sebagian besar tidak pernah bertemu kembali.

Ratusan budak diangkut dalam setiap perjalanan laut yang memakan waktu sekitar 2 bulan. Dengan kondisi dan perlakuan yang tidak manusiawi selama perjalanan, sekitar 20 % dari para budak ini diperkirakan mati karena disiksa atau bunuh diri. Salah satu jalur perdagangan yang terkenal pada masa itu disebut Jalur Perdagangan Budak Trans Atlantik. Dimana kapal dari Eropa membawa senjata dll ke Afrika untuk ditukar dengan budak. Lalu dari Afrika, budak-budak ini dibawa ke Amerika untuk ditukar dengan komoditas mahal seperti gula, kapas, dll untuk dibawa kembali ke Eropa.

Tidak seperti perbudakan yang telah ada dan berlangsung pada masa sebelumnya, perbudakan orang Afrika membawa perbedaan ras dalam praktiknya. Bangsa Eropa yang menganggap dirinya superior, memandang orang-orang kulit hitam Afrika sebagai ras rendahan. Oleh karena itu orang Afrika dianggap seperti barang yang bisa diperjualbelikan dan tidak memiliki hak kebebasan sama sekali.

Hal ini lah yang menyebabkan status budak orang Afrika ini berlangsung secara turun-temurun. Sekitar 12 juta sampai 17 juta budak Afrika telah dikirim ke Amerika sejak pertama kali perdagangan ini berlangsung di pertengahan abad ke 17 sampai pertengahan abad ke 19, saat Inggris mulai menghapus praktik perdagangan budak ini.

Dirangkum dari berbagai sumber.
close