Kutukan Mumi Mesir Kuno yang Menakutkan, Sejarah Atau Legenda?
KompasNusantara - Kutukan Tutankhamun telah memikat dunia dan menginspirasi para pendongeng, demikan tulis Oliver Pfeiffer.
"Prosesnya cukup mengerikan karena melibatkan pengambilan otak melalui hidung. Lalu mereka akan menghilangkan organ-organ dalam - jeroan," kata John J Johnson dari Komunitas Eksplorasi Mesir, menjelaskan proses mumifikasi Mesir kuno yang rumit. "Kemudian tubuhnya akan dicuci dan dibaluri minyak."
95 tahun telah berlalu sejak penggalian makam Firaun Mesir, Tutankhamun. Namun, hingga kini peristiwa tersebut terus memancing ketertarikan khalayak terhadap mitologi Mesir.
Kisah-kisah dalam mitologi itu telah memicu imajinasi para pembuat film yang kemudian terwujud ke berbagai film dengan jalan cerita yang hampir sama: aksi sadis pembalasan dendam akibat penodaan budaya dan cinta terlarang.
Kisah tentang “Kutukan mumi” pertama kali yang mendunia adalah saat penemuan makam Raja Tutankhamun pada 1922 di Lembah Para Raja dekat Luxor, Mesir.
Saat itu Howard Carter membuka lubang kecil pada makam untuk mengintip harta karun yang tersembunyi selama 3.000 tahun, tanpa sengaja, ia juga telah membuka Hasrat banyak orang untuk tertarik kepada Mesir kuno.
Dalam beberapa bulan setelah penemuan makam Raja Tutankhamun pada tahun 1922, orang yang membiayai penggaliannya - George Herbert, Earl of Carnarvon kelima di Inggris jatuh sakit dan meninggal. Tidak butuh waktu lama bagi orang untuk mempertanyakan apakah "kutukan mumi" telah menghancurkan sang earl.
“Harta karun Tut yang berkilauan” menjadi berita utama di banyak media pada kala itu terutama setelah pembukaan makam pada 16 Februari 1923.
Berita utama serupa muncul di surat kabar di seluruh dunia ketika berita tentang penyakit dan kematian Carnarvon tersebar. Dia menderita infeksi yang dilaporkan akibat kecelakaan bercukur ketika dia tidak sengaja memotong bekas gigitan nyamuk. Laporan mengklaim bahwa istrinya, Almina Herbert, juga sedang sakit, tetapi dia sembuh dan dia hidup sampai tahun 1969, meninggal pada usia 93 tahun.
Pada kenyataannya, Carnarvon meninggal karena keracunan darah, dan hanya enam dari 26 orang yang ikut serta dalam ekpedisi saat makam itu dibuka meninggal dalam satu dekade. Howard Carter yang harusnya menjadi target utama kutukan tersebut, justru bertahan hidup hingga 20 tahun setelah makam itu dibuka.
Carnarvon memang mau membiayai pencarian dan penggalian makam Tutankhamun. Howard Carter yang menemukan makam itu pada November 1922, menunda penjelajahan sampai sang Carnavor bisa tiba dari Inggris. Setelah kedatangan Carnarvon, mereka pergi ke makam, melihat artefak "luar biasa" yang terkubur bersama Tutankhamun. Tidak ada tulisan dari Mesir kuno yang menyebutkan kutukan ditemukan di makam.
Sementara gagasan tentang "kutukan" mungkin terdengar konyol, itu sebenarnya telah dipelajari secara serius oleh para ilmuwan, dengan beberapa makalah yang diterbitkan tentang topik tersebut.
“Pekerjaan saya menunjukkan dengan cukup jelas bahwa konsep kutukan mumi sudah jauh ada sebelum penemuan Tutankhamen oleh Carnarvon setelah serratus tahun kematiannya,” kata Montserrat kepada The Independent dalam sebuah wawancara beberapa tahun sebelum kematiannya sendiri.
Sementara banyak orang yang menganggap itu adalah pertunjukan panggung, banyak juga yang percaya bahwa pembukaan makam mumi asli banyak mengihlami para penulis untuk menulis tentang dendam mumi, bahkan seorang penulis kecil bernama Louisa May Alcott.
"Penelitian saya tidak hanya mengkonfirmasi bahwa, tentu saja, tidak ada konsep kutukan mumi yang berasal dari Mesir kuno, tetapi, yang lebih penting lagi, penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa kutukan itu tidak berasal dari publikasi pers tahun 1923 tentang penemuan makam Tutankhamen," tegas Montserrat.
Lain halnya dengan Montserrat, seorang ahli Mesir Kuno di Universitas Amerika di Kairo dan penerima hibah National Geographic Society-Salima Ikram, justru percaya tentang konsep kutukan mumi yang dianggapnya sebagai sistem keamanan primitive.
Dia mengungkapkan bahwa beberapa dinding mastaba (makam non-piramida awal) di Giza dan Saqqara sebenarnya dituliskan "kutukan" yang dimaksudkan untuk menakuti mereka yang akan menodai atau merampok tempat peristirahatan kerajaan.