Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENDOSA YANG MENJADI WALI ALLAH


KompasNusantara - Terdapat seorang lelaki pada zaman Nabi Musa ‘alaihissalam yang meninggal dunia. Orang-orang tidak ada yang mau menguruskan jenazahnya karena kefasikan lelaki ini. Mereka kemudian menyeret kaki mayat tersebut dan membuang jenazahnya ke tempat membuang kotoran (binatang).

Allah Subhanahu Wa Taala kemudiannya memberikan wahyu kepada Nabi Musa ‘alaihissalam. Allah berfirman: “Wahai Musa, seorang lelaki telah meninggal dunia, tetapi orang-orang telah mencampakkan jenazahnya di tempat yang kotor. Dia ialah salah satu kekasih (wali) dari sekian banyak kekasih-Ku. Mereka tidak mau memandikan, mengkafankani dan mengebumikan jenazahnya, maka pergilah engkau uruskan jenazahnya.”

Kemudian Nabi Musa ‘alaihissalam pun berangkat ke tempat tersebut. Nabi Musa ‘alaihissalam bertanya kepada orang-orang tentang lelaki yang meninggal. Maka mereka pun menceritakan tentang lelaki itu. Kemudian Nabi Musa minta ditunjukkan tempat mayat tersebut.

Ketika Nabi Musa sampai di tempat di mana mayat tersebut berada. Dan setelah mendengar persaksian seluruh penduduk tentang kefasikan orang tersebut. Maka nabi Musa pun bermunajat kepada Tuhan-Nya dengan berkata: “Ya Allah, Engkau memerintahkan aku untuk mengurus mayatnya. Padahal semua orang telah menjadi saksi atas kejahatannya, maka Engkau lebih tahu tentang hal yang baik dan yang jelek.”

Kemudian Allah berfirman: “Wahai Musa, benarlah kata-kata kaummu tentang perilaku lelaki ini semasa hidup. Namun, ketika dia menghampiri ajalnya, dia minta syafa’at kepadaku dengan tiga perkara yang jika semua orang yang berdosa memohon dengan tiga perkara ini, pasti Aku akan mengampuninya.

“Ya Allah, apakah tiga perkara itu?” tanya Nabi Musa.

Allah berfirman: “Ketika dia di ambang kematiannya,

1) Dia Benci Kemaksiatan Dalam Hati

Dia berkata: “Ya Tuhanku, Engkau tahu akan diriku, penuh dengan kemaksiatan, sedangkan sesungguhnya dalam hatiku aku sangat benci kepada kemaksiatan. Tetapi walau aku membencinya, aku tetap melakukan ma’siyat karena terkumpul dalam jiwaku tiga hal yaitu:

Hawa nafsuku, teman yang jahat dan
Iblis yang laknat.

Tiga hal inilah yang menyebabku terjatuh dalam kemaksiatan, sesungguhnya Engkau lebih tahu daripada apa yang aku ucapkan, maka ampunilah aku.”

2) Mencintai Orang Sholeh

Dia berkata: “Ya Allah, Engkau tahu diriku penuh dengan kemaksiatan. Dan tempat aku ialah bersama orang fasik. Tetapi aku amat mengasihi orang-orang yang soleh walau aku bukan dari kalangan mereka. Dan sebenarnya aku lebih suka duduk bersama mereka daripada bersama orang fasik. Aku benci kefasikan walau aku adalah ahli fasik.”

3) Mengharap Rahmat Allah Dan Tidak Berputus Asa

Dia berkata: “Ya Allah, jika dengan meminta untuk dimasukkan ke dalam syurga itu akan mengurangkan kerajaan-Mu, sudah pasti aku tidak akan memintanya. Jika bukan Engkau yang mengasihaniku maka siapakah yang akan mengasihaniku?”

Lelaki itu kemudian berkata lagi: “Ya Allah, jika Engkau mengampuni dosa-dosaku bagai buih di pantai, maka bahagialah kekasih-kekasih-Mu, Nabi-Nabi-Mu, dan sebaliknya syaitan dan Iblis akan merasa susah. Sebaliknya jika Engkau tidak mengampuniku, maka syaitan dan Iblis akan bersorak kegembiraan dan para Nabi-Mu dan kekasih-Mu akan merasa sedih. Oleh itu, ampunilah aku wahai Tuhan Pencipta Sekalian Alam, sesungguhnya Engkau tahu apa yang aku ucapkan.”

Maka, Allah pun berfirman: “Lantas Aku mengasihaninya dan Aku mengampuni segala dosanya, sesungguhnya Aku Maha Mengasihani, khusus bagi orang yang mengakui kesalahan dan dosanya di hadapan-Ku. Hamba ini telah mengakui kesalahannya, maka Aku ampuninya. Wahai Musa, lakukan apa yang Aku perintahkan, sesungguhnya Aku memberi ampunan karena kemuliaan lelaki itu kepada orang yang menyalati dan menghadiri pemakamannya.”

(Riwayat Wahhab bin Munabbih, Kitab Tawwabin susunan Imam Ibnu Qudamah)

Ya ALLAH biha Ya ALLAH biha
Ya ALLAAH bikhusnil khootimah..

close